Episode 2-3

955 135 2
                                    

"kita akan terus mencoba sampai kalian tidak menjatuhkan batunya,"

In-hye menaruh batu di Laras senapan milik Ju-young. "Coba lakukan," ujar In-hye. Ju-young mengangguk pelan, menghembuskan napasnya lalu menarik pelatuknya,

"Kau berhasil!" Seru In-hye menyadarkan Ju-young jika batunya tidak jatuh.

"Na Ra berhasil!" Teriak Ha na. In-hye pun ikut berteriak, "Ju-young berhasil!"

"Yoo-jung juga berhasil," ujar Yeon-joo.

Hari-hari pun berlalu. Mereka telah beradaptasi dengan baik. Mulai dari menyantap makanan yang tidak mengenakkan bagi mereka, lalu tempat tidur yang sepertinya sudah terasa nyaman dan kembali mengulangi latihan yang sama. 

•••

"Aku akan memberikan kalian waktu untuk membongkar dan merakit pistolnya," ujar Letnan Lee. "Jika tidak selesai dalam satu menit, kalian akan dihukum," tambahnya yang malah berikan sorakan oleh anak-anak yang membuat Letnan Lee menatap mereka dengan tajam.

"Siapa yang mengeluh tadi? Majulah," Mereka segera memalingkan wajahnya, tidak berani menatap Letnan Lee.

"Grup satu, bongkar dan rakit senjatanya. Mulai," Letnan Lee menyalakan timer. Setelah semua anak menyelesaikan pembongkaran tanpa hambatan, giliran grup dua yang maju lalu diikuti dengan grup tiga.

"Aih, lihat Deok-jeong," gumam Ju-young kepada Jun-Hee. "Dia membuang waktunya," yang lain pun tertawa melihat Deok-jeong yang menjadi orang terakhir yang berhasil membongkar senjata di grup tiga.

Dan sekarang, grup empat. Ju-young pun duduk di belakang Ae-sol. Ia menghembuskan napasnya menatap senapan yang ada dihadapannya. 'Seperti yang kita pelajari, ayo!' batinnya menyemangati dirinya sendiri.

"Mulai,"

Tak berselang kemudian, Na Ra menyelesaikannya. "Selesai," diikuti juga dengan Ju-young yang akhirnya bisa bernapas dengan lega. Na Ra menatap Ju-young dan mengangguk pelan, 'Tidak salah juga aku belajar dengan Na Ra,' Ju-young membalasnya dengan senyuman kecil.

"Berhenti. Satu menit telah berlalu. Rakit  senapannya lagi," ujar Letnan Lee. "Tamtama Ae-sol, rakit senapannya lagi."

"Baik,"

Ju-young mengintip ke depan, melihat Ae-sol terlihat kesulitan melakukan pembongkaran. Ia mulai mendengarkan keluhan dari anak-anak.

Ae-sol kembali mengulangi rakitannya. Namun, itu lebih dari satu menit dan Letnan Lee menyuruhnya untuk mengulanginya lagi. Anak-anak bergumam keheranan dengannya.

Karena satu kesalahan Ae-sol, ia harus kembali mengulanginya dan jam-jam pun berlalu, sore telah tiba, sayangnya Ae-sol belum berhasil juga melakukannya.

"Astaga,"

"Ae-sol, cepatlah."

Ju-young yang berdiri di sebelah Jang-soo hanya bisa diam mendengarkan keluhan anak-anak, menatap Ae-sol yang masih membongkar senjatanya.

Saat Ae-sol menjatuhkan rakitannya, Bo Ra menendang kursi bagian belakang Ae-sol. Letnan Lee yang tahu akan hal itu segera bersuara, "Peleton dua, perhatian!"

"Siap,"

"Tidak ada individu ataupun aku di tempat latihan. Hanya ada kita. Namun, kalian mengkritik kesalahan teman kalian dan mengejek mereka. Jika ini situasi yang nyata, kalian sudah pasti mati. Karena itu, sampai orang terakhir berhasil, kalian tidak akan mendapatkan makan malam," mendengar hal tersebut membuat yang lain terkejut dan kesal.

Duty After School x readerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang