Ju-young kembali bertemu dengan Soo Chul di lantai atas, tepatnya di kamar inap. Soo Chul sedang sibuk mencari barang-barang yang berguna, sedangkan Ju-young membawa selimut bersih dari ruang perawat, menatap Soo Chul. "apa yang terjadi?" tanya Ju-young. Soo Chul menoleh,
"Tentang apa?" tanya balik Soo Chul, seolah-olah kejadian sebelumnya tidak pernah terjadi. Ju-young menghela napasnya. "Tidak ada, aku salah berbicara." Ju-young menaruh selimut bersih di kasur kamar tersebut, ikut mencari sesuatu yang berguna.
"Kau tidak bertanya apapun?" sontak Ju-young kembali menatap Soo Chul, terlihat bingung dengan pertanyaan Soo Chul.
"Aku tidak penasaran." jawab Ju-young singkat, kembali melanjutkan pencariannya. Soo Chul masih menatapnya, "jika kau ingin mengganggu orang lain, jangan lakukan itu padaku. Aku tak bisa konsentrasi dengan baik." Tambah Ju-young, tahu jika Soo Chul menatapnya.
Soo Chul sepertinya mengacuhkan pernyataannya, "Biasanya kau begitu penasaran jika berhubungan dengan il-ha,"
Ju-young tersenyum masam, "Aku sungguh tak ingin mendengarkan penjelasan kalian berdua." tekannya menatap Soo Chul, "Aku ingin menyelesaikan tugas ini dengan baik, jadi jangan ajak aku untuk berbicara!"
Soo Chul duduk di salah satu kasur yang ada di kamar tersebut, "Aku tahu kau sepertinya sedang kalut dalam masalah percintaan," ujarnya. Ju-young menatap Soo Chul dengan kebingungan. "itu sangat terlihat jelas di wajahmu,"
"Apa? aku?"
Soo Chul mengangguk, "Kau suka dengan il-ha, bukan?" Ju-young pun tertawa. "Aku menyukai Il-ha? sejak kapan?"
"hei, kau melupakan kejadian saat kita junior?" Soo Chul menahan tawanya, "Rumor jika kau berkencan dengan Il-ha. Aku masih ingat sekali bagaimana Il-ha mempermalukan dirinya sendiri di depan yang lain ketika menyatakan perasaannya kepadamu, tapi kau malah menolaknya dengan pukulan,"
"Apa? Rumor? Aish! Hei, itu tidak benar!" ketuas Ju-young. Hatinya menjadi dongkol mengingat kejadian memalukan yang pernah dialaminya, yang malah membuatnya terkenal satu sekolah karena tingkah konyol yang dilakukan Il-ha. "Dia tidak menyatakan perasaannya,"
Soo Chul pun mendengus pelan, "Begitukah? kalau begitu, kau yang menyukainya?"
"Hei! Hentikan!" Ju-young menatap Soo Chul dengan tajam, "Lalu kau? bagaimana? Kau menyatakan perasaanmu?" tanyanya.
"Apa?" Soo Chul menatapnya seperti orang kebingungan. Ju-young pun terkekeh melihat reaksi Soo Chul. "Yeong-shin memberitahuku, kalau kau akan menyatakan perasaanmu kepada Na ra," Soo Chul pun tersenyum miring, "Kau benar. Aku menyatakan perasaanku, karena merasa ini waktu yang tepat,"
"Waktu yang tepat?" Ju-young mengerutkan keningnya, "Apa maksudmu?"
"Bukankah kau yang mengatakan padaku kemarin?" Soo Chul beranjak berdiri, "Aku harus mengecek tempat lain." Meninggalkan Ju-young yang masih memikirkan perkataan Soo Chul.
"Sejak kapan aku mengatakannya?" Ju-young membawa kembali selimut bersih yang ditaruhnya dan berjalan keluar, berpikir dengan keras karena perkataan Soo Chul. "Apa mungkin?" Bisik Ju-young mulai menyadari sesuatu dan kembali mengingat kejadian kemarin malam.
Flashback
Ju-young baru saja selesai jaga malam bersama Hee-rak. "Aih, telingaku." Gerutunya memegangi telinganya yang sudah menjadi 'korban' setelah mendengarkan celotehan panjang Hee-rak.
"Eoh?" Ju-young melihat punggung seseorang berada di dekat altar dan menyadari itu adalah Soo Chul. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Ju-young sembari duduk di sebelah Soo Chul yang kaget dengan kedatangan Ju-young.
Soo Chul segera memalingkan wajahnya. Ju-young menyadari sesuatu. Soo Chul baru saja meneteskan air mata. Akan tetapi, Soo chul segera menghapusnya saat ia datang, "Tidak ada. Lalu kau?" tanya Soo Chul kembali menatap Ju-young.
"Aku habis jaga malam," jawab Ju-young menatap Soo Chul. Niat hati ia ingin menanyai hal yang sedang terjadi, namun segera mngurungkannya sesaat melihat wajah pucat Soo Chul yang sedang menatap altar.
"Kenapa? Apa kau merindukan mereka?" Ju-young segera menggeleng pelan, merasa bersalah telah menanyai pertanyaan yang sudah ia ketahui. "Seharusnya aku tak bertanya seperti itu,"
Setelah perkataannya itu, Ju-young terdiam dan Soo Chul pun ikut terdiam.
"Apa yang akan terjadi setelah perang selesai?" tanya Soo Chul setelah hening sejenak. Ju-young mendengus pelan, ia tak tahu berkata apa. "Apa kita memiliki masa depan?""Masa depan?" Ju-young tersenyum masam, "Kita bahkan tak bisa berpikir jauh apa yang akan terjadi di masa depan." Jawabnya lalu memejamkan mata. "Yang selalu kita pikirkan hanya hari esok, apa kita masih hidup. Hanya itu."
"Apa kita bisa pulang?" gumam Soo Chul.
"entahlah." Ju-young menatap gambar Letnan Lee. "Apa yang terjadi jika saja Komandan Peleton masih bersama kita? Apakah dia akan mencegah kita pergi dan melindungi kita?"
Soo Chul juga menatap gambar Letnan Lee. "Apa orang dewasa bisa dipercaya?" Tanya Soo Chul balik, "Dia bahkan tidak menepati janjinya untuk terus bersama kita,"
Ju-young terkekeh, "Kau benar," lalu menundukkan kepalanya. "Aku begitu merindukannya, tapi kadangkala juga kesal mengingat janji yang telah ia utarakan. Seharusnya kita tidak pernah mempercayai orang dewasa."
"Sejujurnya, terkadang aku begitu takut menjalani hari-hari di sini," gumam Ju-young. Semenjak satu bulan mereka menjalani operasi, tidak ada kabar sama sekali mengenai keberadaan orang-orang di Seoul ataupun daerah lain yang membuat Ju-young merasa resah dengan keadaan keluarganya di Seoul.
"Kita merasakan itu semua." Balas Soo Chul. "Kita merasa seperti hari esok bisa menjadi hari terakhir kita,"
"Kau benar,"
Malam itu, waktu terasa lambat. Keheningan pun melanda mereka. Keduanya sibuk memikirkan sesuatu di benak mereka. Tidak ada yang sanggup lagi untuk memulai percakapan.
Flashback end
Yeon-joo datang, "bagaimana?" Ju-young hanya menunjukkan selimut yang ditemukannya.
"hanya ini?" tanya Yeon-joo menerima selimut yang diberikan oleh Ju-young.
Ju-young mengangguk pelan, "Setidaknya kita menemukan selimut bersih. Kita akan lihat di lantai lain,"Ju-young menepuk bahu Yeon-joo lalu kembali berjalan menuju kamar lain untuk mengecek barang-barang yang bisa mereka gunakan. Ju-young memasuki kamar lain, mencari-cari di lemari. Namun, nihil. Tidak ada barang yang bisa digunakan. Bahkan sekalipun selimut bersih. Saat keluar dari kamar, ia bertemu dengan Na ra.
"Kau menemukan apa?"
"tidak ada,"
"Teman-teman! Apoteknya di sebelah sini." Teriak Soon-yi.
Keduanya pun menoleh, melihat Soon-yi bersama So-yeon menunjukkan sebuah ruangan.
Next Chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School x reader
FanfictionKim Ju-young adalah murid kelas 3-2 yang tengah berjuang untuk mendapatkan penerimaan perguruan tinggi. Di saat yang sama militer mengeluarkan peraturan baru yang mewajibkan seluruh anak kelas 3 mengikuti pelatihan militer. Akan tetapi, sebuah peran...