Dor!
Ju-young berhasil menembaknya. Soo Chul menjatuhkan dirinya ke lantai, wajahnya terlihat masih kaget. Ju-young berlari menghampiri, "Kau baik-baik saja?"
Soo Chul mendongak melihat Ju-young, "Eoh?" Soo Chul segera berdiri dan mengambil senapannya yang terjatuh. "Ya, aku baik-baik saja. Terima kasih,"
Ju-young mengecek sekitar, khawatir bola ungu lain akan muncul secara tiba-tiba. "Anak-anak mungkin akan datang ke sini mendengar suara tembakan." Ujar Ju-young. Soo Chul mengangguk pelan, masih terlihat linglung. "Soo Chul, kau sungguh baik-baik saja?"
"Hei!" Chi-yeol bersama yang lain datang. Sesuai dengan perkataan Ju-young, mereka menanyakan hal yang terjadi.
"Ada bola tadi," jawab Ju-young.
"Ada berapa?" Tanya So-yeon. Ju-young menoleh ke arah Soo Chul.
"Aku tidak melihatnya dengan jelas, tapi Soo Chul Sepertinya tahu." Semuanya menoleh ke arah Soo Chul yang terlihat melamun. Ju-young menggoyangkan bahunya. "Hei, ada apa denganmu?'
"Oh?" Soo Chul menatap Ju-young lalu kepada yang lain, "Hanya tiga."
"Bukankah kita harus pergi sekarang? Aku takut bola lain akan datang mendengar suara tembakan," ujar Yeon-joo. Soon-yi mengangguk setuju.
Saat semua orang berbalik, Ju-young melihat secarik kertas yang ada di lantai lalu mengambilnya. "Apa ini?" Akan tetapi, ia menyadari sesuatu dan membuka kertas tersebut.
Yang lain kembali menoleh mendengar perkataan Ju-young. Soon-yi yang paling pertama melihat kertas tersebut dan mengambilnya dari tangan Ju-young. "Ini milikku,"
"Apa?" Beo yang lain, tak paham maksud dari perkataan Soon-yi.
"Ini jelas-jelas milikku!" Seru Soon-yi. "Kenapa kau memegangnya?" Tanyanya kepada Ju-young yang juga tak menahu akan hal tersebut.
So-yeon segera menyelanya, "memangnya apa itu?"
Soon-yi kembali berteriak jika kertas itu miliknya. Il-ha pun menjadi kesal mendengarnya. "Apa maksud dari perkataanmu itu?"
"Ini kertas suara milikku saat pemungutan suara!" Jelas Soon-yi. "Kenapa kau memegangnya?"
Ju-young menatap Soon-yi lalu menghela napasnya, "Aku melihatnya terjatuh. Aku juga tidak tahu apapun tentang kertas itu," elak Ju-young.
"Apa?"
Soo Chul segera mengambil kertas tersebut dari Soon-yi. "Aku yang memegangnya. Ini memang kertas pemungutan suara kemarin. Aku ingin menghancurkannya,"
Soon-yi menatap Soo Chul dengan intens, namun Chi-yeol pun memutuskan untuk mencairkan suasana yang mulai menegang. "Teman-teman, kita harus pergi sekarang sebelum sore,"
Ju-young membenarkannya. "Jangan buang waktu kita di sini," saat semua orang akan melangkah, Soon-yi kembali bersuara.
"Hei, Do Soo Chul." Panggilannya. "Aku merasa heran tentang ini," Yeon-joo menatap Soon-yi, "Bisa kita berbicaranya nanti saja? Kita harus balik,"
"Tentang apa?" Balas Soo Chul menatap Soon-yi dengan tenang. "Tentang kertas suara ini? Bukankah aku sudah menjelaskannya tadi?"
Soon-yi mendekati Soo Chul, "Tapi, kenapa hanya suara menentang?" Timpalnya yang membuat yang lain terheran-heran dengan sikap Soon-yi.
"Hentikan," putus Ju-young. Soon-yi mengalihkan pandangannya kepada Ju-young.
"Kenapa? Apa kalian juga tidak merasa heran?"
So-yeon mendengus pelan, "Apa ini waktunya kita berdebat?"
"Aku tahu kalian juga memikirkan hal yang sama denganku saat melihat kertas itu!" Tekan Soon-yi meminta pembelaan dari yang lain.
"Apa maksudnya?" Sela Na Ra sudah tak tahan lagi mendengar celotehan Soon-yi yang tak akan berhenti.
"Apa kau mencurangi pemungutan suara?" Ketus Soon-yi. Soo Chul masih menatapnya dengan tenang.
"Hei!" Potong Ju-young, "Hentikan! Apa kau ingin membuat keributan sekarang?"
"Hei, Kim Ju-young. Kenapa kau membelanya?" Soon-yi menatap Ju-young dengan tajam. "Apa tahu sesuatu juga?"
Soo Chul pun bersuara, menengahi keributan yang ditimbulkan oleh Soon-yi. "Kau salah paham. Bukankah aku sudah mengatakannya tadi? Sampai kapan aku harus menjelaskannya?"
"Sampai kau membuktikan jika aku salah,"
"Teman-teman," pangg Young-soo yang membuat semua orang menoleh kepadanya. "Ada bola lain yang muncul," ujarnya sembari memperlihatkan denektor keberadaan bola di sekitar rumah sakit.
"Aish!" Seru Il-ha lalu menatap Soon-yi dengan marah. "Seharusnya kita pergi daritadi!"
"Sebaiknya kita harus pergi sekarang," putus Na Ra. "Jika kau ingin mencari kejelasan, kau bisa bertanya nanti!" Tekannya kepada Soon-yi. Mengajak yang lain untuk segera pergi.
Ju-young mengikutinya, meninggalkan Soon-yi yang masih diam di tempatnya sampai akhirnya Chi-yeol menyuruh Soon-yi untuk ikut dengan mereka.
•••
Kelompok dua berhasil kabur dari rumah sakit setelah memusnahkan bola-bola ungu yang untungnya jumlah hanya ada empat ekor.
Ju-young berjalan bersebelahan dengan Soo Chul yang sejak tadi hanya melamun. Ia berniat ingin menanyakan sesuatu mengenai kertas suara, namun tidak jadi sesaat melihat Soon-yi masih menatap Soo Chul dengan tajam.
Di perjalanan pulang, Yeon-joo terus bergumam jika teman-teman mereka yang lain akan senang mendapatkan obat-obatan yang mereka temukan. Hanya Soon-yi yang terlihat tidak bersemangat.
Sesampainya mereka di penginapan, anak-anak lain menyambut mereka. Yeon-joo bersama Young-soo lebih dulu memamerkan hasil pencarian mereka.
"Kerja bagus," puji Yoo-jung. Wajahnya terlihat kelelahan.
Ju-young memilih duduk di sebelah Hee-rak yang kelihatan lelah seperti Yoo-jung. "Ada apa dengan kalian?" Tanyanya kepada Tae-man dan So-yoon yang juga sedang duduk dengan wajah lemas.
"Jangan ajak kami berbicara," gumam So-yoon.
Seon-il datang dan melihat barang-barang pencarian dari kelompok. "Itu sangat bagus," pujinya dengan wajah yang kusut.
Ju-young menoleh, melihat Soon-yi masuk dengan wajah cemburut dan memilih tidak berbicara saat melewati teman-temannya yang lain. Ju-young pun menghela napas, memikirkan kembali kejadian sebelumnya dan melihat Soo Chul yang terlihat masih melamun di sebelah Yoo-jung.
Next Chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Duty After School x reader
FanfictionKim Ju-young adalah murid kelas 3-2 yang tengah berjuang untuk mendapatkan penerimaan perguruan tinggi. Di saat yang sama militer mengeluarkan peraturan baru yang mewajibkan seluruh anak kelas 3 mengikuti pelatihan militer. Akan tetapi, sebuah peran...