Twenty five

4.9K 237 20
                                    

Sorry for typo

Happy Reading

💚💚💚

Jaemin tersadar saat dinginnya air menyapu kakinya yang tak beralaskan apapun. Ia berkedip beberapa kali menyesuaikan cahaya terang yang akan menyentuh retina matanya.

Saat matanya sudah mulai terbiasa, ia terduduk memandang lautan dengan ombak yang landai di depannya. Pantai itu bernuansa jingga. Diujung sana terlihat matahari yang sebentar lagi tenggelam.

Entah apa yang terjadi pada dirinya sampai ia bisa berakhir di pinggir pantai seperti ini. Baju yang ia kenakan masih sama seperti yang terakhir kali ia pakai tapi bedanya perutnya sudah kempes.

Jaemin bingung dengan situasi ini. Hal terakhir yang ia ingat adalah saat ia dan Jeno pergi ke pengadilan dan ia mengalami pendarahan. Masih melekat dalam ingatannya tangan miliknya sempat meremas baju Jeno saat orang yang ia sayangi itu sedang menggendong tubuh lemahnya. Namun, selanjutnya ia tidak mengingat apapun.

Dalam pikirannya mulai terbesit kemungkinan kemungkinan terburuk yang terjadi pada dirinya. Apa mungkin ia tidak selamat saat melahirkan anaknya? Apa yang terjadi pada bayinya? Apa bayinya juga tidak selamat? Pikiran itu terus menerus berputar di kepalanya.

Tanpa Jaemin sadari ia meneteskan air mata. Air mata itu lambat laun semakin deras. Ia merasakan kehilangan sesuatu yang sangat berharga baginya.

Jaemin meremas perutnya dengan kuat. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan sekarang.

Tangisnya mulai berhenti saat ia mendengar suara wanita yang memanggilnya.

"Jaemin-ah" Suara itu terdengar sayup sayup di telinga Jaemin. Seseorang memanggilnya dari kejauhan.

Jaemin berdiri seraya menghapus air matanya. Kepalanya menengok kanan kiri mencoba mencari sumber suara. Namun ia tapi tidak menemukan siapapun disana.

Pada akhirnya ia memutuskan untuk berjalan di sekitar pantai untuk mencari sumber suara.

Saat ia sampai di batu karang yang besar panggilan itu tiba tiba menghilang tergantikan oleh suara tawa lembut yang sangat ceria. Ia terus berjalan mendekati sumber suara yang berasal dari balik karang yang beras.

Disana ada seorang wanita cantik memakai gaun putih yang tengah berlarian bermain dengan ombak pantai seraya membawa seikat bunga di tanggannya.

"Jaemin-ah!" Panggil wanita itu saat melihat Jaemin berdiri melihat ke arahnya. Ia berlari kearah Jaemin dan memeluk Jaemin dengan erat.

Jaemin tidak merespon. Ia hanya diam karena tidak tau harus merespon seperti apa. Ia belum mengenali siapa wanita yang tengah memeluknya itu.

"Kau datang kesini terlalu cepat nak. Padahal mama ingin melihatmu bisa menggendong baby Jie dan membangun keluarga kecil yang bahagia." Ucap wanita itu masih dengan senyum yang tersemat di wajahnya.

Jaemin mulai membalas pelukan wanita itu begitu ia sadar siapa wanita yang memeluknya ini. Perlahan air matanya kembali menetes. Namun kali ini ada perasaan sedih campur bahagia yang ia rasakan. Ini adalah momen di mana ia pertama kali melihat ibu kandungnya, Yunseo.

Yunseo terlihat sangat muda dan anggun. Wajahnyapun terlihat sangat rupawan tak heran jika dulu Jeno jatuh cinta pada wanita ini.

"Mama?" Panggil Jaemin dengan air mata yang terus menetes.

"Iya sayang. Ini mama kau seharusnya lebih lama berada di sana. Mama ingin melihat Nana bahagia dengan orang yang Nana cintai- benar Nana kan? Jaemin sekarang di panggil Nana kan oleh orang di sekitar Nana?" Yunseo mempererat pelukannya pada Jaemin. Ia bertanya hal sederhana yang membuat Jaemin semakin deras meneteskan air matanya.

Daddy Jen || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang