Fourteenth

7K 430 9
                                    

Happy reading!

💚💚💚

Derap kaki seseorang yang tengah berlari terdengar samar di pendengar Jaemin. Pemuda yang akan berusia 18 tahun itu setengah sadar terbaring di ranjang rumah sakit, matanya mengerjap dengan lemas menyadari bahwa dirinya masih berada di ruang rawat yang terkesan gelap, hanya ada cahaya rembulan yang masuk dari celah jendela yang tidak tertutup tirai.

Ia mulai sadar saat derap kaki itu terdengar mendekat ke arah ruang rawatnya. Terakhir kali ia ingat Taeyong dan Jaehyun yang berpamitan menemui Sungchan dan Shotaro yang telah kembali ke Seoul. Ia sedang membaca buku sampai dirinya ketiduran, dan terbangun dengan keadaan kamar yang gelap. Langkah kaki itu terhenti lalu terdengar suara gaduh seperti orang yang sedang adu tinju.

"Nenek? Kakek? Uchan?" Panggil Jaemin berharap ada orang yang ia kenal di sekitarnya. Namun nihil tidak ada balasan dari luar sana.

Suasana mendadak hening, suara gaduh yang sebelumnya terdengar sirna. Jaemin yang ketakutan membeku di tempat ia bingung apa yang harus ia lakukan sekarang.

Pintu ruang rawat itu perlahan bergeser menampilkan sosok dewasa dengan setelan jas yang berantakan - dasi yang sudah di kendorkan oleh sang empu, kancing kemeja atas yang sudah terbuka menampilan sedikit dada bidangnya, dan juga kemeja yang sudah keluar dari celananya - ia berdiri dengan wajah muram yang tertutup rambut depannya.

Perlahan tapi pasti pria itu berjalan mendekati ranjang milik Jaemin. Langkahnya gontai seperti orang yang tak sepenuhnya sadar. Hingga hanya tersisa beberapa langkah sampai ranjang Jaemin dan samar samar bisa ia cium bau alkohol dari tubuh pria itu.

"Nana." Panggil pria itu membuat Jaemin terkejut. Ia langsung mengetahui siapa pria itu. Bagaikan mimpi pria yang selama ini ia rindukan berdiri di depannya.

Jeno melangkah mendekati Jaemin dan langsung memeluk ibu dari calon anaknya itu. Memeluknya sangat erat seakan kalau pelukan itu terlepas orang kesayangannya akan meninggalkannya.

"Daddy." Ucap Jaemin lirih.

Basah. Jaemin merasa bahunya basah. ia tau Jeno tengah menangis di bahunya. Ini adalah kali pertamanya Jaemin tau Jeno menangis. Selama ini yang ia tau Jeno itu pria yang selalu terlihat tegar apapun yang terjadi, tapi kali ini pria setegar itu menangis di pelukannya.

Jaemin berusaha melonggarkan pelukan Jeno untuk melihat wajah sang daddy, tapi Jeno malah semakin memeluknya erat. "Daddy, Nana ingin melihat wajah daddy please!" Ucap Jaemin masih berusaha melepaskan pelukan Jeno.

Mendengar permintaan Jaemin, Jeno melonggarkan pelukannya, memandang wajah yang sangat ia sayangi. Hanya melonggarkan tidak benar benar melepas.

Jaemin menangkup wajah Jeno yang masih basah dengan air mata. Ia menyeka air mata yang mengalir dari ujung mata Jeno dengan ibu jarinya. Gerakannya amat lah lembut membuat Jeno menarik tangan itu lalu mencium telapak tangan Jaemin. Jaemin tertawa kecil merasa geli di telapak tangannya.

"Apa Daddy tidak tidur dengan baik akhir akhir ini?" Tanya Jaemin saat menyadari kantung mata di bawah mata indah Jeno. Ia mengusap kantung mata itu.

"Bagaimana Daddy bisa tidur kalau tidak ada Nana di samping Daddy." Jawab Jeno seraya menyatukan kedua dahi mereka.

Jaemin tertawa kecil menanggapi ucapan Jeno. Mereka saling menatap rasanya tidak ada bosan bosannya mengamati wajah indah di hadapan mereka. Adegan saling tatap itu berhenti saat Jeno menatap langsung pada bibir kesukaannya. Ia mengusap bibir itu menggunakan ibu jarinya dengan gerakan sensual. Alih alih menjauhkan jari itu dari bibirnya Jaemin malah mencium jari itu dan tersenyum mengalihkankan Jeno dari fokusnya.

Daddy Jen || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang