Eighteenth

4.7K 297 2
                                    

Happy reading!

Sorry for typos

💚💚💚

"Makan yang banyak Nana." Winwin mengusik surai coklat pemuda yang duduk di sampingnya, lalu ia beralih pada perut Jaemin yang mulai membuncit. "Agar baby juga merasakan masakan grandma." Tambahnya.

Seperti yang Winwin janjikan sebelumnya. Begitu sampai di apartment Ia langsung memasakan beberapa menu masakan yang Jaemin suka.

"Iya Grandma terimakasih." Jaemin tersenyum lebar, ia benar benar sangat nyaman bisa berada di antara keluarga ini.

"Dengan senang hati sayang." Winwin tersenyum tak kalah manisnya, ia tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.

Siang ini Winwin memasak tak kalah lengkapnya dengan pagi tadi namun bedanya kali ini ia memasak dagingnya lebih banyak sesuai dengan kesukaan Jaemin. Suasana makan siang pun masih sama dengan sarapan, mereka mengobrol ringan, Winwin sekali kali meletakkan daging di mangkuk Jaemin memastikannya makan dengan baik.

Karena diselingi mengobrol tak terasa piring dan mangkuk di hadapan mereka sudah kosong. Winwin di bantu Jaemin mulai membersihkan meja makan. Sedangkan Yuta sudah mulai menyuci piring di dapur.

Saat Winwin dan Jaemin membersihkan meja tiba tiba terdengar bunyi bel yang menghentikan aktivitas mereka.

"Nana saja yang membuka." Jaemin langsung berjalan menuju pintu. Ia menduga mungkin saja itu Jeno yang akan menjemputnya.

Jaemin membuka pintu perlahan dan benar saja itu Jeno dengan wajah yang lesu. Jeno masuk langsung memeluk Jaemin dengan erat.

"Daddy ken-" Sebelum ia berhasil bertanya Jeno sudah memotong omongannya.

"Maaf." Hanya satu kata yang terucap setelah selama perjalanan menuju kemari Jeno merangkai kata untuk mengungkapkan rasa bersalahnya. Namun nyatanya ia tak sanggup mengungkapkan semua kalimat itu.

Ia sangat menyesal telah membuat Jaemin mengandung anaknya dalam keadaan semua orang belum mengetahui kebenarannya. Gara gara sifat serakahnya sekarang keluarga Jung menjadi berantakan. Karenanya juga Jaemin harus merasakan hamil saat umurnya belum benar benar matang. Semua penyesalan itu terus saja berputar di kepala Jeno, membuatnya sulit mengungkapkan kata kata.

"Maaf." Lagi lagi hanya kata itu, kalau ia hanya berdua dengan Jaemin mungkin ia akan menangis lagi seperti malam saat di rumah sakit.

"Daddy... dengarkan Nana, daddy tak sepantasnya minta maaf pada Nana. Hiks, Nana sayang daddy, nana tak pernah menyesal dengan apa yang terjadi sekarang. Bukan Daddy yang harus minta maaf hiks tapi Nana. Karena Nana hiks karena..." Jaemin tadinya ingin memberi kekuatan lebih untuk Jeno namun perlahan dirinya mulai menangis tersedu sedu di pelukan Jeno. kalimatnya tak selesai karena Jeno memeluknya dengan begitu erat.

"Shut shut shut sayang jangan menangis, ini bukan salah Nana sudah ya, kasian dedek bayinya." Jeno berusaha menenangkan Jaemin, ia mempererat pelukannya dan memberi usapan di punggung si manis.

"Ada apa? Jeno kamu apakan Nana?!" Winwin tiba tiba datang, ia berucap dengan nada yang sedikit tinggi. Sebelumnya ia samar samar mendengar isakan Jaemin, dan saat ia menghampiri keduanya benar saja Jaemin sedang menangis di pelukan Jeno.

Winwin menarik Jaemin dari pelukan Jeno, lalu membiarkan pemuda manis itu memeluknya untuk menenangkan diri. "Mana yang sakit sayang?" Tanya Winwin pada Jaemin yang sudah mulai tenang.

Bukannya menjawab Jaemin malah tersenyum seraya menyeka air matanya sendiri. "Tadi Nana hanya terkejut perut Nana sedikit keram." Tangannya beralih mengusap perutnya.

Daddy Jen || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang