Paris, kota yang terkenal dengan julukan the city of love. Kota yang sangat romantis. Banyak pasangan di dunia ini yang bermimpi mengunjungi kota ini untuk sekedar berkencan atau bahkan berbulan madu. Tapi tidak semua yang bermimpi akan menjadi kenyataan.Impian itu. Impian yang sudah ia dambakan sejak lama. Saat ia bisa menginjakan kaki di sini bersama pasangannya yang pasti akan tersenyum lebar kepadanya. Impian itu musnah. Harapan itu sirna. Impian yang sudah digantung tinggi tinggi jatuh menjadi kepingan kepingan yang membuat hatinya terluka.
Jeno lagi lagi menghembuskan nafas beratnya. Teringat kembali bagaimana kekasihnya dulu menceritakan semua rencana itu dengan semangatnya.
Falshback
"Jen jen, jika kita sudah menikah bagaimana kalau kita berbulan madu ke Paris? dan kita akan sering berkencan ke sana setelahnya" tanya Yunseo, kekasih Jeno yang sekarang dengan manjanya bergelendot di lengan kekar kekasihnya seraya menatap jeno.
"Paris? hmm boleh apapun untukmu sayang" tangannya yang bebas ia bawa untuk mengusik rambut coklat sang kekasih. Yunseo tersenyum penuh kemenangan mempererat pelukannya di lengan jeno
Falshback end
Jeno meraih cup kopi didepannya dan menyeruput sedikit isinya. Impian itu sekarang hanya akan menjadi kenangan. Mengingat ini sudah peringatan ke 16 tahun kepergian sang kekasih.
Lamunannya buyar saat merasa ponsel didalam kantongnya bergetar. Ia meletakan kembali cup kopi ditangannya dan mengambil benda pipih yang bergetar itu.
"Hallo" sapa jeno pada seseorang disana
"Daddy!" pekikan seorang pemuda terdengar sangat nyaring dari sebrang sana. Membuat lawan bicaranya sedikit menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Pelan pelan sayang ada apa hm?" Jeno memperingatkan dengan sangat lembut kepada sang putra. Jaemin.
"Nana rindu daddy, daddy kapan pulang?" Jaemin bertanya dengan nada manja
Gemas sekali~ batin jeno yang sekarang tengah membayangkan pasti orang disebrang sana sedang mengerucutkan bibirnya.
"Bersabarlah sayang, daddy sedang mengunjungi mommy mu sebelum benar benar kembali ke korea" Jelas Jeno, sebenarnya yang Jeno maksud mengunjungi disini hanya sekedar mengenang Yunseo di café yang sebenarnya sudah ia pesan untuk bertemu namun sang kekasih tak kunjung datang.
Setelah nya dia hanya mendengar hebusan nafas dari sebrang sana. "Kenapa hm?"
"Daddy kenapa masih mengunjunginya, Nana tidak suka." Jaemin mengembuskan nafasnya kesal.
"Nana tidak boleh seperti itu dia orang telah melahirkan nana" Jeno yang memahami ketidak sukaan Jaemin terhadap mommy nya sendiri.
"Tapi dad dia sudah meninggalkan kita, bahkan dia tidak merawatku dan yang paling membuat nana sedih adalah saat mengetahui daddy bersedih karenanya." Dengan nada yang manja Jaemin meluapkan emosinya. Walaupun dia sudah berumur 17 tapi tingkahnya memang sangatlah manja. Mungkin sifat ini ia dapat karena ia selalu dimanja oleh sang nenek yang selama ini merawatnya.
"Itu bahkan sangat tidak adil dad kenapa kau harus bersedih karena seseorang yang bahkan tidak memikirkan kita" ucap si manis mengebu gebu.
Jeno mengulam senyum tipis di bibirnya. Terlalu gemas dengan sifat sang putra. "Baik lah kalau itu yang nana mau, apapun akan daddy lalukan untuk kesayangan daddy, sekarang yang harus nana lakukan adalah tidur karena disana sudah malam kan? Ayo tidur sayang"
"Baik daddy!" pekik jaemin
"Selamat malam baby"
"Malam dad"
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy Jen || NOMIN
FanfictionKarena kepergian sang kekasih ia harus mengurus sang putra sendiri, tapi semakin anak itu tumbuh ada rasa ketertarikan yang lebih. . "Nana sangat mencintai daddy" "Daddy lebih mencintaimu baby" . . ⚠️ M-PREG, BXB, GAP AGE, 21+ start: 13 Jan 22 end:...