Sixth

14.4K 732 22
                                    

Sorry for typos

happy reading 💕

💚💚💚

Jeno memijat pelipisnya merasa pusing. Bagaimana tidak perusahaan yang baru saja ia pimpin sekarang tengah dilanda kerugian karena salah satu manager di sana melakukan korupsi. Ia harus memutar otak bagaimana caranya agar kerugian itu bisa tertutupi.

Jeno menekan tombol di telpon yang menyambungkannya dengan sang sekretaris.

"Karin, bisa kau membuatkan ku kopi?" Pinta Jeno, pikirannya mungkin akan lebih tenang setelah meminum secangkir kopi.

"Bisa tuan sebentar." Jawab Karina. Ia langsung bangkit dari duduknya dan pergi ke satu lantai di bawah ruangannya untuk membuat kopi.

Jeno menunggu dengan masih memijat pelipisnya, ia melihat kertas laporan keuangan dari beberapa bulan terakhir. Sial, bisa bisanya manager itu korupsi sampai perusahaan harus menanggung rugi 1 milyar.

Damn, itu sangat merugikan.

Tok tok tok

Suara ketukan mengalihkan atensi Jeno.

"Masuk" Ucap Jeno mengintruksi seseorang untuk masuk.

Pintu terbuka menampilkan Karina yang tengah membawa kopi pesanan Jeno. Ia berjalan mendekati meja kerja jeno lalu meletakkan kopi itu di meja.

"Silahkan tuan." Ucap Karina dengan sopan.

"Terimakasih"

Setelah itu karina berbalik hendak keluar dari ruangan itu. Tapi saat ia hendak membuka pintu suara berat jeno mengalihkan atensinya.

"Apa aku ada jadwal setelah ini?" tanya Jeno setelah menyeruput kopi buatan Karina.

"Tidak ada tuan, tapi hari ini tuan muda pulang lebih awal, jadi anda hanya perlu menjemputnya" Jawab Karina, ia berbalik kembali menatap Jeno.

"Baik lah kalau begitu. Setelah menjemput Jaemin aku tidak akan kembali, kalau ada yang harus aku tanda tangani berikan saja pada resepsionis di lobi apartemenku" Jelas Jeno.

"Baik tuan, saya permisi" Karina membungkukan badannya lalu meninggalkan ruangan Jeno.

Oh iya untuk hubungannya dengan si manis, keduanya terlihat semakin romantis. Ya walau pun hanya saat keduanya di rumah.

Hubungan itu terasa semakin hangat dari hari ke hari. Termasuk ranjang Jeno yang selalu terasa hangat karena kehadiran Jaemin.

Setiap malam keduanya selalu memeluk satu sama lain. mencari kehangatan di tubuh pasangannya.

Jeno selalu mengambil kesempatan bermain dengan puting merah muda kesukaannya. Sejak saat itu puting si manis selalu menjadi candu baginya.

"Ah sial" umpatnya saat merasa adiknya bangun. Huh, kenapa ia harus memikirkan itu sekarang sih?

Jeno melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sebentar lagi si manis pulang. Sebaiknya Jeno bergegas menjemputnya. Walaupun sesak di bawah sana, tidak mungkin kan kalau ia harus bermain solo di kantor.

Jeno turun menuju parkiran yang dikhususkan untuk petinggi perusahan. Seperti keluarga Jung dan juga pemegang saham lainnya.

Ia masuk mobil lalu mulai mengedarai mobilnya menembus ramainya jalanan ibu kota, Seoul.

Jeno mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Setelah menempu kurang lebih sepuluh menit ia sampai di depan sekolah si manis.

Ia mengeluarkan ponselnya, mengirim pesan pada Jaemin kalau dirinya sudah menunggu di bawah.

Daddy Jen || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang