Sixteenth

7.4K 395 10
                                    

Sorry kemarin gue lupa up wkwk

Happy Reading!

💚💚💚

"Enghh daddy jangan bergerak." Jaemin berusaha menahan Jeno agar tidak bergerak menggesekkan penisnya yang diapit oleh kedua paha si manis.

"Kenapa sangat sensitif hm? Padahal daddy tidak memasukkannya" Tangan Jeno tak tinggal diam, ia menyentuh puting yang sedari tadi sudah menegang.

Bukan tanpa alasan Jeno tidak memasukan miliknya. Ya apa lagi kalau bukan karena baby yang ada di kandungan Jaemin

Kemarin, setelah negosiasi yang alot dengan keluarga Jung, akhirnya mereka kembali ke apartemen. Namun sebelum pulang karena Jeno penasaran dengan keadaan bayinya, mereka pergi ke rumah sakit lain untuk periksa kandungan Jaemin.

Walau harus sedikit memutar namun itu lebih baik dari pada harus periksa di rumah sakit Jung dan menerima banyak pertanyaan. Itu adalah skenario terburuk yang ada di kepala Jeno.

Pemeriksaan berjalan lancar dan syukurlah hasilnya sangat memuaskan, kata dokter bayi itu sehat dan berkembang dengan baik.

Selesai konsultasi seperti biasa dokter selalu bertanya apakah ada yang ingin ditanyakan. Karena sebagai orang tua baru pasti banyak sekali hal yang ingin diketahui dan harus diketahi.

Bukannya bertanya Keduanya malah hanya diam. Jaemin menatap Jeno sedangakn Jeno balik menatap Jaemin lalu beralih pada dokter. Begitu terus beberapa kali.

Dokter yang paham langsung menjelaskan kalau Jaemin tidak boleh berhubungan badan sampai minimal usia kandungan 16 minggu. Sedangkan sekarang usia kandungan Jaemin baru memasuki minggu ke 13.

Ada sedikit rasa kecewa dari cara Jeno menanggapi dokter, tapi itu tak masalah selagi bayi mereka bisa berkembang dengan baik.

Mereka sebenarnya baru saja bangun tidur tapi karena semalam mereka belum menyelesaikan 'aktivitas' mereka karena Jaemin yang langsung tidur setelah mandi, jadi pagi pagi sekali Jeno sudah kembali menjamah tubuh Jaemin.

Jaemin yang tidur menyamping sebenarnya agak terkejut dengan gerakan yang dilakukan Jeno dengan menyentuh kejantanannya dari luar celana dalamnya. Jeno mengelusnya entah berapa lama sampai tiba tiba dengan satu gerakan Jeno melepas celana dalam milik Jaemin.

Sangat mudah bagi Jeno melakukannya karena semenjak berbadan dua ketika tidur Jaemin hanya menggunakan piyama oversize yang tipis dan celana dalam tanpa menggunakan celana. Ia memakai baju seperti itu bukan tanpa alasan, karena semanjak berbadan dua dirinya selalu berkeringat banyak bila sedang tidur.

"Ahh daddy jangan." Desah Jaemin saat dengan tidak sopannya tangan kekar milik orang di belakangnya memilin putingnya.

"Sekali saja sayang enghh..." Jeno berbisik tepat di telinga Jaemin lalu melumat telinga itu. Sedangkan pinggulnya terus bergerak mencari pelepasannya.

"Nghh ahh daddy, dedek bayi nghh." Jaemin sedari tadi memegangi perutnya. Entah mengapa ia melakukan itu. Tapi dari dalam dirinya seperti ada naluri tersendiri untuk memegang perutnya.

"Maaf kan daddy, baby." Jeno mencium pipi Jaemin. Dua nyawa yang ia maksud dengan baby. Tangannya juga bergerak memegang tangan Jaemin yang ada di perut.

Pinggulnya terus bergerak. "Nana, nana, nana, aghh." Jeno membisikkan nama si manis tepat di telinga Jaemin. Tangan yang tadi memegang tangan Jaemin bergerak turun untuk memberi kepuasan pada si manis.

Tangan kekar Jeno memegang penis mungil Jaemin, lalu membuat gerakan naik turun membuat Jaemin mendesah tiada hentinya.

"Akh daddy stop, hentikan, nana enghh." Sudah lama sejak terakhir kali tubuhnya dijamah oleh Jeno. Tubuhnya menjadi sangat sensitif.

Daddy Jen || NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang