Part 22: Fake Scenario

82 23 4
                                    





Setelah melihat Reno pergi dengan ekspresi shock, Daven melangkah mundur dua langkah dan berhenti mencium Clint. Daven sendiri tidak mengerti mengapa dia harus mengambil cara tersebut untuk meyakinkan Reno bahwa Clint adalah pacarnya agar Reno berhenti mendekati Clint.

"Maaf kak...", ucapan Daven terhenti ketika ia melihat Clint yang hanya diam saja sembari menyentuh bibirnya dengan satu tangan.

"Kenapa kamu menciumku?!", seru Clint setelah ia tersadar dari apa yang baru terjadi padanya.

Daven menjadi salah tingkah, "Ma—maafkan aku kak. Tadi ada Reno di belakang kakak. Aku cuma mau menjalankan skenario kita dan aku gak kepikiran cara lain selain mencium kakak. Sekali lagi maaf kak, aku gak berpikir panjang."

Clint tidak menjawabnya, ia hanya berucap dalam hati,  Daven selalu saja berbuat sesuka hatinya. Itu ciuman pertamaku... hiks...

Clint bukan merasa kesal karena Daven menciumnya tanpa pemberitahuan, tapi ia kesal karena itu sepertinya bukan ciuman pertama bagi Daven.

"Aku pinjam dulu jaketmu. Nanti kukembalikan setelah dicuci.", ujar Clint membuka percakapan karena mereka menjadi hening yang teramat canggung setelah ciuman tiba-tiba itu.

"Gak usah dikembalikan, buat kakak saja."

"Hmm? Beneran?"

Daven mengangguk-angguk. Ia suka melihat Clint memakai jaketnya. Jika Daven memberikan jaketnya pada Clint, Daven berharap ia akan sering melihat Clint memakainya.

Apa dia gak mau pakai lagi baju yang sudah dipakai orang lain? Mungkin begitu... Tapi brand jaket ini sepertinya gak murah., ucap Clint dalam hati.

"Baiklah kalo gitu. Terima kasih.", ujar Clint.

"Sama-sama kak. Ayo kita kembali ke asrama.", ajak Daven.

"Malam ini aku pulang ke rumah. Hari ini ulang tahun mamaku.", ujar Clint.

"Oh." Daven berdeham. "Eh kakak pulang naik apa? Mau kuantar?" Kebiasaan Daven mengatakannya karena ia kerap mengantar teman-temannya pulang. Daven lupa sekarang ia mau mengantar Clint naik apa? Ia tidak memiliki kendaraan.

"Aku dijemput sopir papaku."

"Ok kak. Kalau gitu sampai jumpa lagi. Oh ya, aku titip ucapan ulang tahun buat mamanya kak Clint. Hati-hati di jalan." Daven berjalan kembali ke asrama sembari menghela napas lega. Tadi situasinya dengan Clint benar-benar terasa canggung.

Stupid. Kenapa aku menciumnya? Aku belum pernah mencium orang sebelumnya, keluh Daven sembari mencuci wajahnya di washtafel. Ia menatap pantulan wajahnya yang basah di cermin sembari menyentuh bibirnya. Kenapa aku gak bisa mengendalikan diriku? Reno. That guy really pissed me off.

Clint telah ditunggu oleh kedua orang tuanya di rumah. Kedua orang tuanya tinggal tidak jauh dari lingkungan institute karena ayah Clint adalah rektor di Wen Institute. Namun, Clint memilih untuk tinggal di asrama agar bisa hidup mandiri. Malam itu, Clint pulang ke rumahnya karena ibunya berulang tahun. Clint sebagai satu-satunya anak yang dimiliki ibunya sudah menjadi kewajibannya untuk pulang.

"Clint, anakku...", ucap seorang Neutrum yang telah menanti kepulangan anak tunggalnya. Ia memeluk Clint dengan hangat.

"Selamat ulang tahun, mama.", ujar Clint sembari memeluk erat ibunya.

"Clint.", panggil seorang pria yang merupakan ayahnya Clint.

"Selamat malam, papa.", sapa Clint. Ia memiliki hubungan yang sedikit canggung dengan ayahnya. Bukan karena ayahnya tidak baik, tapi karena ayahnya cukup tegas. Clint tidak berani memiliki hubungan karena dilarang oleh ayahnya. Ia selalu berpesan pada Clint agar jangan memiliki keterikatan apapun dengan manusia Bumi karena setelah masa bakti ayahnya selama 5 tahun selesai, mereka akan kembali ke Aelius.

City of Abandoned LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang