Part 24: Agreement

95 29 10
                                    




Clint belum menyetujui perjanjian akan jadi pacarnya Daven jika pria itu dapat nilai A di mata kuliah Biokimia yang diajarkan oleh Clint. Tetapi sepertinya Daven sudah memutuskan kalau Clint telah menyetujui perjanjian itu.

Clint belum sempat mengatakan apa-apa, tapi Daven sudah pergi. Ya, pria itu langsung melesat keluar dari toilet setelah membuat perjanjian secara sepihak. Clint terdiam dengan sejumlah pertanyaan dalam kepalanya.

Mengapa Daven harus menunggu mendapat nilai A untuk meminta Clint jadi pacarnya? Mengapa Daven menginginkan Clint untuk jadi pacarnya sungguhan? Apa mungkin Daven juga menyukai Clint?

Daven buru-buru pergi meninggalkan Clint karena dia merasa malu setelah membuat perjanjian itu, sama saja dengan dia menyatakan perasaannya pada Clint. Tapi Daven tidak cukup percaya diri untuk meminta Clint menjadi pacarnya jadi ia menggunakan alasan perjanjian aneh itu agar tidak ditolak duluan oleh Clint. Tapi sekarang Daven bingung sendiri bagaimana bisa ia dapat nilai A dalam mata kuliah yang paling sulit baginya?

"Daven! Tadi kamu kemana?", ujar seorang wanita yang langsung menghampiri Daven begitu melihat pria itu keluar dari toilet.

"Aku perlu bicara dengan Clint.", jawab Daven.

"Memangnya kamu masih ada urusan dengan mantanmu? Aku dengar gak baik masih ngobrol sama mantan karena kamu jadi semakin susah move on."

"Siapa yang bilang aku mau move on? Aku menyukai Clint. Aku akan mendapatkannya kembali. Maaf, aku harus pulang ke asrama. Kamu bisa pulang sendiri kan?", ujar Daven yang langsung pergi padahal Edeline belum menjawabnya.

"Hahh? Kamu mau meninggalkanku? Daven!! DAVENN!!" Edeline berteriak kesal, tapi Daven tak berhenti atau bahkan menoleh. "Dasar pria menyebalkannn!!" Edeline berteriak menggerutu. Tapi akhirnya ia pulang sendiri ke rumahnya.

Sementara Daven benar-benar membulatkan tekadnya untuk belajar. Ia menghubungi ibunya lagi, walaupun di awal masuk institute Daven sempat marah dan menolak berkomunikasi dengan kedua orang tuanya. Daven baru menghubungi ibunya saat kepepet tidak punya uang untuk pergi jalan-jalan. Kali ini ia menghubungi ibunya lagi untuk meminta dicarikan tutor yang dapat mengajarinya.

"Kenapa kamu ingin tutor?, tanya ibunya melalui hologram yang muncul di kamar asrama Daven. Neutrum itu dapat melihat ruangan kamar asrama Daven. Baru kali ini ia melihat langsung melalui komunikasi hologram yang membuatnya secara tak langsung seolah-olah berada di kamar Daven, seperti dalam virtual reality.

"Apa kamu nyaman tinggal di kamar ini?", sang ibu nampak khawatir karena kamar asrama Daven terlihat sangat kecil dibandingkan kamarnya di rumah. Luas kamar asrama Daven paling hanya 1/6 dari luas kamar Daven di rumah.

"Aku sudah tinggal disini selama lebih dari 1 tahun dan ibu baru menanyakan itu?", tanya Daven.

"Ah iya. Maaf, nak. Jadi tadi kamu bilang mau tutor untuk mengajarimu?"

"Ya. Apa aku juga tidak boleh minta tutor? Lagipula jika nilaiku bagus, ayah juga akan senang kan?"

"Tentu boleh, nak. Ayahmu pasti tidak akan melarang juga. Ibu cuma kaget tumben kamu minta tutor." Hologram ibunya Daven menyentuh wajah Daven tapi Daven tak dapat merasakannya. Ia hanya dapat melihat bayangan ibunya yang menyentuh wajahnya. "Ibu kangen kamu, sayang. Nanti waktu liburan pulang ya."

"Iya, ibu. Aku usahakan."

"Kamu masih marah sama ayah?"

"Sedikit.", jawab Daven. Sebenarnya rasa marah Daven karena ayahnya mengirim ia ke institute di kota New Golden menjadi berkurang karena ia bertemu dengan Clint. Jika ayahnya tidak memaksa untuk mengirimnya kesana maka ia tidak akan bertemu dengan Clint. Oleh karena itu, Daven merasa sedikit bersyukur berada disana.

City of Abandoned LandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang