Huftt....
Kesekian kalinya helaan nafas terdengar, geyo meratapi nasibnya yang entahlah baik atau buruk.
Geyo kembali memikirkan memori yang terlintas di pikirannya terlebih itu sama dengan yang ia baca di buku sebelumnya.
Yang berbeda adalah cerita itu dalam sudut pandang anak bernama Yarka Angkayas. Sepertinya itu adalah nama dari sang pemilik tubuh.
Mungkin orang-orang akan berpikir ini transmigrasi, reinkarnasi atau sejenisnya. Tapi geyo yang notabennya no fantasi fantasi mana ngerti dengan yang begituan.
Sekarang yang biasa ia lakukan adalah marah-marah abis itu meratapi nasib ngomel lagi gak jelas meratapi nasib lagi kasian emang nih anak.
Sekarang geyo ada di kosan yang terbilang lumayan lah dan kalau gak salah ini kosannya si Yakra yakra itu.
Mana dia tau pokoknya sampe aja di depan pintu kos abis itu masuk aja dan lanjut menggerutu terlebih dia baru sadar telah berjalan kaki dari halte bus hingga ke kosan gak tau tuh berapa jauh.
"Oke geyo kita ingat-ingat dulu, ada yang minta tolong tapi gak ada orang, Hantu? Emm mungkin, kemudian bangun di rumah yang sama tapi muka gue beda dan mungkin ini sama kayak buku tadi "
Geyo memaksa otaknya untuk bekerja keras hingga ia tersadar dan mengerjapkan mata.
"Tunggu tadi kayak ada yang aneh, rumah tadi seperti benar' bagus dan... Oh sat tamannya bersih, gerbangnya gak karatan, dan tadi ada yang bukain gerbang buat gue, Asu tunggu-tunggu" Kagetnya berusaha untuk mengingat kembali.
"Bentar geyo nama nik anak kan Yarka Angkayas, temennya Jeremy Goyera sama Ramanda Gyel Damelos dan tadi itu rumahnya si Gyel saudaranya Akey Arvano Damelos dan mereka gak akur" pikir kerasnya
"Gue tau gue pinter tapi gak gini juga kalik" teriaknya
"Palak gue sakit" rengeknya lelah berpikir
*****
Huahhh....
Suara lengkungan terdengar di balik selimut tapi sang empu tidak beranjak. Setelah 10 menit akhirnya ia bangun dengan setengah hati. Seluruh tubuhnya terasa sakit karena terlalu banyak berjalan.
Geyo, entak kebodohan atau lupa ia berjalan dari rumah itu hingga ke kosan yang menjadi sebagai rumah singgahnya.
Kalau di hitung jaraknya bukan main, padahal dompetnya ada di saku meskipun ponsel dan barang pentingnya tertinggal.
Berakhir badan serasa remuk semua.
Seingatnya ini hari Rabu kalau gak salah ya jadi harus sekolah. Geyo menggerakkan kakinya menuju kamar mandi. Tak butuh waktu lama ia keluar dengan wajah yang telah segar.
Ia telah berdamai dengan nasib anehnya dan mencoba melihat dulu jalan seperti apa yang ingin di pilih.
Kalau soal yakra, bodo amet siapa suruh kasih tubuh lo ke gue seperti itulah yang geyo katakan.
Setelah selesai menyiapkan segalanya, geyo melakukan kegiatan rutinnya di depan cermin yaitu memuji diri sendiri.
"Yo ganteng, meskipun wajah sangar gue ilang setidaknya masih cakep" puji geyo pada dirinya sendiri
Geyo berjalan dengan sumringah dan sesekali meloncat kegirangan. Karena terlalu enerjik tangannya tidak sengaja menyenggol bingkai foto yang ada di rak.
Meskipun raganya berubah sepertinya skill bertarung dan refleksnya masih setajam pedang. Dengan sigap tangan mungilnya menangkap dengan pasti bingkai foto itu.
"Wkwk cosplay jadi anak cupu nih si yakra " celotehnya dibarengi kekahan
Di taruhannya kembali foto itu di meja kemudian beranjak untuk pergi. Namun langkahnya kembali terhenti, di pandangannya kembali foto tadi lekat membuat senyum sumringah nya luntur seketika.
KAMU SEDANG MEMBACA
Figuran Adu Domba
FantasyGeyo kallarang anak nakal penambah tensi darah yang mukanya kalem tapi kelakuan nauzubillah. Terpaksa menerima nasib sialnya saat menginap di rumah tua. Saat ia pergi ke toilet sendiri banyak hal aneh terjadi buku kusam yang sangat menarik perhatian...