28

1.2K 128 4
                                    

Akey merebahkan diri di lantai keramik yang dingin. Merentanggkan tangan meresap rasa dingin dari kramik dan membiarkan kamar luas itu tertutup kegelapan. Kedinginan dan kegelapan sudah cukup menjadi obat untuk bahu yang perih dan dadanya yang sesak meski tidak ada luka yang berdarah.

" ini bukan keluarga " gumamnya sebelum menutup mata.

Sebelumnya...

Akey terus berontak saat di seret ke mansion Damelos, begitu sampai ia langsung di lepaskan begitu saja. Sekarang dia malah di hadapkan semua manusia yang tidak ingin ia lihat.

Mereka yang menyuruhnya pergi malah memaksanya kembali, tentu saja itu sanggat menjngkelkan.

Romey duduk santai dengan secangkir kopi di tangannya,Velo fokus dengan ponselnya, sedangkan Tiata memangku Gyel yang tertidur.

Mereka meliriknya sekilas tanpa berniat bicara membuatnya kesal. Tanpa memerdulikan mereka ia berbalik ingin pergi.

" ini adalah kesempatan terakhirmu " ucap Romey di langkah pertama Akey setelah sekian lama diam.

" jika bukan karna Gyel kamu tidak akan berada di sini lagi, jadi berterimakasilah " ucap Tiara menambahka.

" kamu terlalu baik sayang untuk orang yang bisa membuatmu terluka, malaikat kecil mommy " ucapnya lembut sembati mengelus kepala Gyel yang tertidur.

Akey yang mendengat itu mengeryitkan dahi, mulutnya gatal ingin menjulit mungkin efek terlalu lama berteman dengan Geyo.

Di lihatnya sekeliling banyak badyguard bertebaran di setiap sudut mansion, dia juga ingat hal serupa di luar tadi jadi kemungkinan untuk ia kabur sangat mustahil.

Ia lebih memilih menuju kamarnya untuk menghindari inyeraksi jenis apapun, jika itu masih menjadi kamarnya.

Akey masuk ke sebuah kamar, kamar gelap dan berdebu. Entah berapa lama ia pergi hingga kamar ini terlihat seperti tempat terbengkalai pikirnya.

Hal pertama yang ia tuju adalah balkon kamar, tempat yang paling menenagkan. Menikmati semilir angin atau meloncat dari sini untuk sekedar berjalan-jalan di hutan.

Mengingat hal itu membuatnya merasa bersalah telah mengatai Geyo gila saat lebih memilih jalan balkon. Sedangkan dia hampir setiap malam turun naik balkon untuk kabur sejenak dari mansion ini.

Banyak hal yang ia lupakan setelah berteman dengan Geyo membuatnya merasa lebih baik dan buruk secara bersamaan.

Lebih baik karena bisa melakukan hal-hal yang menyenangkan, dan merasa buruk karena berani melupakan seperti apa kehidupannya yang sebenarnya.

Akey duduk bersandar di pagar pembatas balkon, menikmati semilir angin hingga tak sadar terlelap karenanya.

🧩🧩🧩

Tok tok tok...

Akey membuka mata perlahan saat mendengar suara kutukan keras di pintu. Sudah berapa lama ia tidur hingga masalah bisa datang sekarang.

Niatnya ingin membiarkannya saja namun suara ketukannya semakin lama bertambah keras.

Dibukanya pintu itu malas dan menemukan seorang yang sangat menjengkelkan.

Gyel berdiri di ambang bintu dengan senyum merekah membuatnya merinding.

" Siapa yang bilang imut woy ini mah horor " batinnya.

"Kenapa " ucapnya ketus.

" hehe Gyel bawa minum buat abang " ucapnya menyodorkan nampan berisi air putih dengan senyum horornya.

"Gue gak butuh " Akey berniat menutup pintu namun di tahan Gyel.

" beneran abang gak mau kalau gitu buat Gyel ya "

Figuran Adu DombaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang