23

1.9K 171 12
                                    

Geyo menatap langit-langit kamar yang asing, sudah pasti ini salah satu kamar di mansion Anendra. Rasanya sangat nyaman saat berbaring di tempat tidur mahal berbeda saat di kosannya.

Ia tidak ada niatan untuk bangkit segera, ia kembali memejamkan mata sembari mengingat beberapa hal sebelumnya.

" siapa Gea itu kalau Tiara udah pasti ortunya Akey, dan tatapan ibuk-ibuk tadi juga menggangguku "

Ia memang mudah tidur tapi ia cukup peka sekitar, jadi sedikit gangguan sudah cukup membanggakan nya.

Ia sudah bangun sejak Deylen dan Vion ingin pergi, niat hati ingin ikut tapi ada sesuatu yang mengganggunya.

Dan benar saja sosok bunda Yana yang lembut penuh kasih tiba-tiba menjadi singa betina yang ganas.

" Gea ya namanya tidak asing pernah dengar di mana ya___ AAAH capek "

Geyo memukul-mukul kasur, ia dapat merasakan asap yang seakan keluar dari kepalanya.

" capek gue kok makin lama makin susah ya, mana tiap hari harus ngedrama jadi cumi lagi. Dari yang gue cari ya transmigrasi atau pindah jiga kayak gini dikasih ingatan, kadang di bantu, malahan ada yang pake sistem lah gua teka-teki ada. Otak gue juga bukan kayak memori tersimpan muluk, kadang pikun juga gue. Jir kok gue jadi kayak ibuk-ibuk tadi ya " gerutunya.

Geyo bangkit dari posisi tidur dan meregangkan tubuhnya yang kaku. Di bukanya tirai sehingga cahaya pagi dapat masuk dengan leluasa.

Menghirup udara segar dengan rakus kemudian kembali mengluarkannya. Di sepanjang hanya pepohonan yang ia lihat, mansion ini memang berada jauh dari pusat kota di kelilingi oleh hutan rindang dan tertutup dari dunia luar.

Ia yakin banyak orang yang tidak sadar jika ada bangunan megah seperti ini di hutan.

" Dulu jam segini mah udah pergi turing sama yang lain motor ngebut ngebutan abis itu_ "

Geyo baru menyadari suatu yang penting, dengan cepat ia keluar kamar. Karena kamarnya ada di lantai dua ia pun berlari menuruni tangga dengan cepat.

Satu langkah lagi ia sampai ke bawah tubuhnya tiba-tiba melayang.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan papa Andra, yang membedakan sekarang adalah raut wajah khawatir bercampur marah.

" turun " berontak Geyo

" apa yang kamu lakukan ha dengan berlari di tangga " marah papa Andra

" lepasin gue mau ke sekolah " berontaknya.

Aksinya tidak sampai di situ ia dengan nekat menggigit tangan papa Andra. Geyo mengencangkan gigitannya karena tangan yang melilitnya itu tidak kunjung lepas dan sekarang pun masih belum lepas. Ia semangkin menajamkan gigitannya tapi masih juga belum lepas hingga para bodyguard memegangnya dan melepaskan gigitannya.

Di lihatnya wajah papa Andra yan meredam kemarahan membuat nyalinya menciut.

" apa kamu tidak tahu bahayanya berlarian di tangga "

Geyo mengacuhkannya dan lebih memilih melihat sekelilingnya meskipun dalam hati takut.

" semuanya terkejut saat melihatmu berlari turun "

" cuma jalan cepat kok " gumam Geyo.

" jalan ha dengan melompati satu tangga bagaimana jika kau terpeleset "

" kan udah hati-hati " ucap ya pelan.

Papa Andra mengusap wajahnya kasar pagi-pagi jantung dan tensi darahnya melonjak.

" Hah... baiklah kenapa harus berlari di tangga "

" buru-buru "

" YAAA KENAPA " geram papa Andra.

Figuran Adu DombaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang