Jam sembilan malam, ada seorang perempuan usia belasan tahun yang sedang tertawa di depan layar handphonenya. Perempuan itu adalah Nahida yang sedang menonton video di aplikasi tiktok, sebuah video kucing yang bertingkah lucu dan menggemaskan.
"Aku boleh pelihara kucing nggak ya sama mama?" gumannya dalam hati, setelah ia puas melihat banyak sekali video kucing yang lucu di hpnya.
Lalu tak lama setelah itu, Nahida pun menarik selimut dan memejamkan matanya. Malam ini, ia harus tidur lebih awal karena esok pagi, dirinya harus berangkat pagi-pagi buta karena besok adalah hari pertama dia masuk sekolah SMA.
Tiba tiba, sosok yang baru saja ia bicarakan dalam hatinya itu mengetuk pintu seraya memanggil nama anaknya.
"Nahida," panggilnya.
"Iya mah, kenapa?" balasnya, lalu beranjak dari kasur untuk membukakan pintu.
"Buat besok pagi, udah disiapin semuanya?"
"Udah dong, dari tadi malahan."
Sang ibu pun memperhatikan sekitar, dan memang benar semuanya sudah disiapkan dengan rapi.
"Mamah, aku boleh pelihara kucing nggak? Ini loh dari tadi di tiktok keluar video kucing lucu terus, kan aku jadi pengen," Tanya Nahida pada ibunya dengan penuh harap.
"Gak boleh," balas ibu Nahida.
Ibu Nahida adalah sosok perempuan yang berusia hampir 40 tahun, dan Nahida adalah anak pertama dan satu-satunya yang ia miliki. Chandra, nama yang dia punya, dan dirinya bekerja sebagai pegawai bank sejak beberapa tahun yang lalu.
"Kenapa?" Tanyanya sekali lagi.
"Mamah kan alergi sama bulu kucing, emang kamu mau mamah batuk-batuk terus nanti?"
"Yaudah deh kalo gak boleh," ucap Nahida lirih penuh kekecewaan.
Padahal, dari tadi Nahida sudah melihat bayangan bagaimana dia bermain-main dengan kucing serta belajar merawat kucing dengan baik dan benar. Bahkan ia sudah memikirkan berbagai macam nama untuk kucing yang akan dia pelihara. Namun semua itu hanya menjadi angan-angan belaka, karena mau bagaimanapun, ia tidak mungkin bisa memelihara kucing di rumah yang ia tinggali itu.
"Yaudah mah, Nahida tidur dulu ya," Ucapnya setelah setelah itu, sambil mempersilahkan ibunya untuk keluar kamar dan menutup pintu.
Keesokan harinya, dengan seragam baru yang menempel di tubuhnya, Nahida menyalami sambil mencium tangan ibunya. Ia pun berpamitan untuk berangkat ke sekolah.
"Bekalnya nggak lupa dibawa kan?"
"Ini udah di dalem tas, yaudah mah ... Aku berangkat dulu ya."
"Iya, hati-hati ya, belajar yang sungguh-sungguh."
"Siap, ibu negara, hihihi, Assalamualaikum," balasnya seraya memperagakan gerakan hormat seperti saat upacara.
"Waalaikum salam."
Ibunya Nahida itu hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat tingkah anaknya.
Setelah melewati masa pengenalan lingkungan sekolah yang berlangsung selama seminggu, kini Nahida pun resmi menjadi murid SMA dan mengenakan seragam putih abu-abu.
"Anak kita sekarang udah gede ya pah," ucapnya setelah melihat Nahida menutup pintu, sekalipun tidak ada siapa-siapa selain dirinya di rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)
Teen FictionSetelah lulus SMA, Nahida dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke Jepang dan tinggal di sana. Akan tetapi, dirinya akan meninggalkan sosok Ivan yang dia kenal sejak kelas satu. Karena perasaannya yang begitu kuat dan sangat kecil kemungkinan merek...