"Rangga, main yuk ke pantai," ajak Nahida pada pacarnya melalui telefon.
"Kok tiba-tiba ngajakin ke pantai? Kesambet apaan lo? Biasanya aja cuma ngajakin makan di McD atau KFC."
"Nayla dari kemaren pamer mulu ke gue, dia liatin terus foto-foto dia main ke pantai sama pacarnya ... Padahal itu udah sebulan yang lalu dia main."
"Lo iri? Terus si Nayla bilang 'iri? Bilang boss' gitu?" canda Rangga.
Nahida bangun dari rebahannya, dia mengambil susu kotak yang ada di meja belajarnya.
"Enggak, tapi gue tuh ngerasa kayak pengen bales dia ... 'Nih lo nyet, gue juga bisa' gitu."
"Emm, gue minggu ada acara sih sama temen ... Gimana kalo minggu depan? Tapi hari sabtu," jelas Rangga.
"Ya gapapa kalo mau hari sabtu, biar minggunya bisa istirahat."
"Okeyyyyy ... Ngomong-ngomong lo sekarang lagi belajar gak sih?" ucap Rangga mengalihkan pembahasan.
"Enggak, lagi rebahan ... Lo sendiri?"
"Rebahan juga ... Belajar sono lo, ntar bego lo kalo kaga belajar."
"Buset dahh, harusnya lo ngomongnya ke diri lo sendiri ... Secara nilai gue sama nilai lo bagaikan langit dan bumi."
"Beda jurusan bos ... Coba lo kerjain soal-soal jurusan IPS, pasti nilainya nol."
"Lo kalo kerjain soal-soal jurusan IPA, nilainya langsung minus."
Mereka berdua pun tertawa bersama setelah itu, dan tentu saja saling mengejek satu sama lain.
"Dah ah, gue mau tidur," ucap Rangga, setelah dua jam dia dan Nahida saling berbincang.
"Lemah amat jam 12 udah tidur," balas Nahida mengejek.
"Daripada besok bangun kesiangan, emang lo mau gue dihukum di gerbang kalo besok berangkat telat?"
"Mau aja sih, malah pengen liat, hahaha."
"Anjir, dah lah ... Yaudah gue mau tidur, lo jangan tidur kemaleman.
Rangga pun langsung menutup telfonnya, bahkan sebelum Nahida mengucapkan selamat malam.
Beberapa saat setelah itu, bel rumah pun berbunyi. Dan yang menekan tombol itu adalah orang yang sudah dia tunggu sejak tadi, yaitu ayahnya. Dia pulang bersama sang ibu setelah dijemput dari bandara. Sementara itu Nahida tidak bisa ikut karena ada tugas sekolah yang harus dia selesaikan tadi.
Dengan buru-buru dirinya berlari ke arah pintu, membukanya dan langsung memeluk sosok ayah yang sudah lama sekali tidak bertemu dengannya. Tahun lalu, ayahnya tidak bisa pulang karena ada alasan pekerjaan yang membuatnya super sibuk. Dan kali ini, dirinya diberi waktu cuti yang sedikit lebih lama.
"Mamah nggak dipeluk juga nih?" sindir ibu Nahida yang berjalan mengikuti suaminya itu.
Pak Rudi, nama ayah Nahida. Dirinya sudah bekerja di jepang sejak Nahida masuk ke bangku SMP, yang artinya dirinya sudah ada disana sejak lima tahun yang lalu. Dan sejak saat itu, dirinya hanya beberapa kali punya kesempatan pulang ke Indonesia. Jadi, wajar saja jika sekarang ini Nahida benar-benar menanti kepulangannya, hingga dirinya rela begadang sekalipun saat ini hari sudah mulai berganti.
"Bentar, masih kangen sama ayah," ucapnya.
"Jangan lama-lama loh ya, kamu harus tidur, besok sekolah," balasnya.
"Apa sih mamah, ngerusak suasana aja, lagi terharu nihhh!!"
Kedua orang tua Nahida hanya tertawa setelah itu, "Bener kata mamah, ini udah larut, besok puas-puasin kamu ngobrol sama ayah," ucap sang ayah.
"Tuhh kan? Ayah juga capek abis naik pesawat sembilan jam," sahut ibu.
Mau tidak mau, Nahida hanya bisa menurutinya. Dirinya pun kembali ke kamarnya dengan sedikit perasaan kesal, namun selebihnya dia juga merasa sangat bahagia melihat ayahnya pulang.
Di keesokan harinya, di sekolah, dia pun bercerita pada Vivi, bahwa ayahnya pulang ke Indonesia semalam. Vivi yang mengenal ayah Nahida sejak lama, seperti biasanya dia ingin sekali bertemu dengannya.
"Da, nanti pulang sekolah gue mampir rumah lo boleh kan?" tanya Vivi penuh antusias.
"Kenapa lo harus tanya, bukannya tiap kali dia pulang ke Indonesia juga lo selalu mampir ke rumah gue kan? Jadi ya pastinya boleh dong ... Lagian pasti dia juga kangen ketemu sama lo."
Mendengar sedikit keributan dari bangku belakang, Nayla menoleh dan menyela obrolan mereka berdua.
"Apa ini ribut-ribut, pake kangen-kangen segala," ucapnya.
"Ayah Nahida pulang ke Indonesia," balas Vivi.
"Lo mau ikut? Nanti pulang sekolah Vivi mau mampir ke rumah gue."
"Emmm, boleh deh ... Sama sekalian biar gue tahu rumah lo itu di mana."
"Nahida belom pernah ngajak lo main ke rumahnya, Nay?"
Nayla mencoba mengingat-ingatnya, sembari menatap langit-langit kelas yang sebenarnya tidak ada apa-apa di sana.
"Pernah apa belum ya? Eh, pernah apa belom sih, Da?"
"Belom, rumah gue mah kalo jam-jam pulang sekolah mah sepi, toh gaada apa-apa juga ... Jadi mending main di luar, tapi kalo sekarang rame, jadi ayo aja gue mah." balas Nahida riang.
Selanjutnya, sehabis pulang sekolah, mereka bertiga pun ke rumah Nahida. Dan sesampainya di sana, ayah Nahida sedang duduk di teras dengan segelas kopi dan sebatang rokoknya, serta sedang mengoperasikan laptop miliknya yang dia taruh diatas meja.
"Konnichiwa, Rudi-san," ucap Vivi menyapa.
*(Selamat siang, Pak Rudi)"Konnichiwa ... Vivi-chan ka? Hisashiburi," balasnya.
*(Selamat siang, Vivi ya? Sudah lama tidak bertemu."Nahida yang tidak paham bahasa jepang, menyentil pelipis Vivi tiba-tiba.
"Woy, pake bahasa indonesia aja bisa gak sih?" protes Nahida.
"Hehe, sorry-sorry ... Lo sih, makannya belajar bahasa jepang, biar ngerti!"
Setelah itu Nahida masuk ke dalam rumah setelah menyalami ayahnya, lalu diikuti oleh teman-temannya dan mereka pun duduk di teras tempat ayahnya berada.
"Vivi sekarang makin tinggi ya?" ucap Pak Rudi.
"Yaa, karena lama gak ketemu sih jadi makin tinggi ... Coba kalo ketemu terus, makin gemuk aku."
Seketika, Pak Rudi teringat oleh-oleh yang dia bawa dari Jepang. Lalu dirinya memanggil Nahida agar teman-temannya ini diseduhkan mie ramen instan dan teh asli Jepang yang dibawanya semalam.
"Nah kan, kalo ketemu langsung dibikinin ramen, heheh." ucap Vivi dengan rasa senang.
"Biasanya kan gitu kalo pulang ... Ngomong-ngomong, kalo yang ini namanya siapa ya? Baru pertama kali om liat kamu," tanya Pak Rudi, sambil menunjuk Nayla yang duduk disebelah Vivi.
"Nayla om, sebenernya ini juga baru pertama kali main kesini."
"Kamu temen sekelasnya?"
"Sama Vivi juga temen sekelasnya, kita bertiga satu kelas di tahun ini."
"Kalo aku sih nggak sekelas lagi om, tapi sebangku ... Kalo Nayla sebangku sama Nahida dulu waktu kelas satu, kalo sekarang depan belakang."
Ayah Nahida mencermati apa yang diucapkannya, sambil membayangkan bagaimana posisi duduk mereka saat di kelas.
"Om, liatin foto-foto waktu di Jepang dong!" pinta Vivi.
"Gak ada bosen-bosennya ya kamu tiap tahun minta liat foto terus."
"Hehehe, tahun kemarin kan absen."
Nahida pun keluar, sambil membawa oleh-oleh dari Jepang yang sudah diseduh dan ikut melihat foto-foto baru di layar laptop ayahnya itu.
Ada banyak sekali foto yang diambil Pak Rudi selama dua tahun terakhir, mulai dari Natsu Matsuri atau liburan musim panas di Nagoya, foto saat dia bermain ke berbagai tempat di Tokyo, hingga saat dirinya liburan bersama teman-teman kerjanya di pantai Okinawa.
Dan setelah itu, Nahida dan teman-temannya serentak berkata "wahh, keren."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)
Teen FictionSetelah lulus SMA, Nahida dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke Jepang dan tinggal di sana. Akan tetapi, dirinya akan meninggalkan sosok Ivan yang dia kenal sejak kelas satu. Karena perasaannya yang begitu kuat dan sangat kecil kemungkinan merek...