"Daaaaaa," tegur Vivi, walaupun ia sangat memahami perasaannya, namun dia rasa tidak sepantasnya Nahida berlaku seperti itu pada tuan rumah, atau setidaknya pada orang yang akan merawat kucingnya.
"Iya, iya, ... Baik Rangga, lo sendiri apa kabar? Udah setahun lebih gue gak lihat lo di manapun"
"Yaaa, gue mengurung diri di kamar, nyari duit lewat komputer, ... Mau ngapain lagi, gue udah gak sekolah juga, nyari duit buat biaya kejar paket C."
"Eh?" ucap Nahida terkejut.
Rangga, dia tidak melanjutkan sekolahnya sejak di keluarkan waktu itu. Ayahnya sudah tidak mau membiayainya untuk sekolah, dan mau tak mau ibunya harus menurut walaupun sebenarnya ia ingin sekali menyekolahkan anaknya kembali.
"Lo nggak sekolah, Van? Sejak keluar waktu itu?" tanya Nayla yang juga sama terkejutnya.
"Iya, bapak gue udah gak mau keluar duit lagi buat nyekolahin gue ... Di sekolahin biar pinter malah bikin masalah katanya, ya bener sih yang dia bilang, dan jangankan keluar duit, keluar suara buat ngomong sama gue aja gak pernah lagi," balasnya menjelaskan apa yang terjadi selama setahun terakhir.
"Kok gue jadi sedih sih liat lo kaya gitu sekarang, Ngga."
"Yaaa, mau gimana lagi Nay ... Ini buah dari apa yang dulu gue tanam, dan gue nyesel banget kenapa gue sebodoh itu buat ngelakuin hal yang harusnya nggak gue lakuin," ucap Rangga sambil melihat Nahida sekilas.
"Tapi, dibanding semua itu, mungkin yang paling menyakitkan itu ketika gue denger ibu gue di hujat sama tetangga, atau bahkan ayah gue juga di gunjing sama saudara sendiri, katanya jadi orang tua gak becus banget ngurus anak ... Padahal di sini murni kesalahan gue, karena lingkungan pertemanan gue yang nggak sehat, tapi malah orang tua gue yang kena imbasnya,"
Sementara itu, Nahida yang mendengar apa yang di katakan Rangga, rasa marah yang ada di hatinya selama ini tiba-tiba hilang seketika. Ia jadi merasa iba pada mantan pacarnya itu, karena dia sama sekali tidak mengira bahwa rencananya bersama Kaila waktu itu akan berakibat seperti ini.
"Rangga ...," panggil Nahida.
"Iya, Da?"
"Gue minta maaf, sebenernya lo keluar dari sekolah itu gara-gara gue,"
"Gue udah tahu kok, Da ... Beberapa waktu yang lalu gue sempet ngobrol sama Rania, dan ya, gue diberi tahu soal rencana lo sama dia buat bikin moment putus di kosnya dia."
"Lo gak marah?"
"Enggak, justru yang gue pikirin malah gue pengen minta maaf paling serius sama lo ... Bahkan andaikata lo kasih izin ke gue buat minta maaf sambil sujud di depan kaki lo, gue lakuin."
"Gak perlu sampai segitunya, Ngga ... Tapi kalau lo mau tahu, sebenernya semua yang terjadi mulai dari kita putus sampai lo keluar dari sekolah, itu rencana Kaila."
"Kaila?" tanya Rangga.
"Iya, mungkin gue marah sama lo, tapi rasa marah gue gak ada apa-apanya di banding Kaila ... Bahkan kalo lo mau minta maaf sambil sujud, lebih baik lo lakuin itu di hadapan Kaila daripada di depan gue."
"Tolong kasih tahu gue, ada apa sama Kaila?" tanya Rangga sekali lagi.
"Gue gak tahu harus mulai dari mana, tapi gue rasa yang paling penting dan lo harus tahu adalah ... Rania itu kakak kandungnya Kaila."
Seketika, Rangga langsung melongo mendengar hal itu. Ia tidak percaya sama sekali dengan apa yang baru saja di dengarnya.
"Dan juga dulu, satu-satunya tujuan dia pacaran sama lo itu biar bisa mukul kepala lo ... Dia semarah itu sama lo, tadi aja gue iseng ngajak dia buat ke sini, dia jawabnya 'ogah, najis gue ketemu sama Rangga,' gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)
Fiksi RemajaSetelah lulus SMA, Nahida dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke Jepang dan tinggal di sana. Akan tetapi, dirinya akan meninggalkan sosok Ivan yang dia kenal sejak kelas satu. Karena perasaannya yang begitu kuat dan sangat kecil kemungkinan merek...