Ketika Nayla mendengar cerita Nahida tentang apa rencananya setelah lulus, ia langsung heboh seperti tidak percaya. Bahkan dia sampai ngambek dan tidak mau membalas chat ataupun mengangkat telfon dari Nahida maupun Vivi untuk beberapa hari. Sampai pada akhirnya, moment kelulusan pun tiba.
Sama seperti acara wisuda anak SMA pada umumnya, tidak ada hal yang benar-benar menarik di sana. Hanya ada pidato dari kepala sekolah dan berbagai kegiatan membosankan lainnya.
"Da, lo kapan terbang ke sana?" tanya Vivi di depan gerbang sekolah setelah serangkaian acara mereka selesai, maksudnya adalah pergi ke Jepang.
"Tiga hari lagi kayaknya."
"Terus ijazah lo gimana?"
"Ambilin ya, hehe," balas Nahida cengengesan.
"Lah, emang bisa?"
"Ya gak tahu, semoga aja bisa ... Semoga aja Bu Dewi mau bantuin biar bisa."
Ayah dan ibu Nahida keluar dari parkiran dengan mobilnya, lalu berhenti di hadapan Nahida yang sedang duduk berdua bersama Vivi.
"Kamu pulangnya mau sekarang atau nanti?" tanya ibu Nahida dari dalam mobil.
"Nanti, masih ngobrol sama Vivi."
Kedua orang tua Nahida pun pergi setelah itu, lalu tak lama kemudian tiba-tiba Nayla menghampiri mereka berdua.
"Udah nggak ngambek lagi, sayang?" tanya Nahida sedikit menggodanya.
"Apa sih, orang gue gak ngambek."
"Chat gue gak di bales, telfon gak diangkat ... Itu namanya ngambek, neng!!!!!"
"Lo belom pulang, Nay?" tanya Vivi.
"Enggak, ada yang pengen gue tanyain ke kalian berdua."
"Apa?" balas Nahida dan Vivi serentak.
"Pergi ke Jepang mahal gak ya?"
Ucapan Nayla membuat mereka berdua terkejut dan bingung, baru beberapa hari yang lalu dia terlihat sedikit marah karena di tinggal pergi jauh, tapi sekarang ia seolah-olah ingin pergi juga.
"Lo mau ke Jepang juga?"
"Beberapa hari ini gue scroll Tiktok, liat-liat gimana kehidupan di Jepang keliatannya asik ... Gue jadi ngebayangin gimana kalo gue kuliah di sana."
"Biaya hidup di Jepang itu mahal loh Nay, kalo lo gak percaya tanya aja ayah gue."
"Enggg, gimana ya," ucap Nayla bingung.
Nayla bingung, karena sebenarnya ia hanya tidak ingin di tinggal sendirian di Indonesia oleh kedua sahabatnya itu.
"Kalo lo mau kerja di sana, gue punya banyak info yang membantu ... Cuman ya pasti ada biayanya."
"Emang berapa?"
"Paling murah sih setahu gue 20 juta."
Nayla hanya bisa menganga mendengarnya, uang sebanyak itu tidak mungkin dia tinggal minta ke orang tuanya.
"Itu duit semua, Vi?" tanya Nayla, seolah-olah dia tidak percaya dengan omongan Vivi.
"Iya lah."
"Ya kali daun, Nay ... Tapi ada kok LPK yang bisa bayarnya nanti pas udah kerja, maksudnya pake sistem potong gaji, cuman ya gue gak tahu detailnya gimana," jelas Nahida.
Nayla yang cemberut, tiba-tiba menjadi sedikit merasa bahwa masih ada harapan untuk ikut pergi ke Jepang bersama kedua sahabatnya itu. Setelah mendengar penjelasan itu, mereka bertiga mulai mencari informasi di semua sosial media tentang LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) yang sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh Nahida tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)
أدب المراهقينSetelah lulus SMA, Nahida dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke Jepang dan tinggal di sana. Akan tetapi, dirinya akan meninggalkan sosok Ivan yang dia kenal sejak kelas satu. Karena perasaannya yang begitu kuat dan sangat kecil kemungkinan merek...