"Ehhhhh, seriusannnn????" ucap Nayla setelah mendengar cerita Nahida tentang apa yang terjadi kemarin setelah pulang sekolah.
"Iya, gue juga agak kaget sih kemaren sebenernya pas denger dia ngajak pulang bareng," balas Nahida.
"Terus, terus, lo sama dia di jalan ngobrol apaan?"
"Emmm, apa ya ...." balas Nahida mencoba mengingat-ingat apa yang mereka bicarakan selama perjalanan pulang, sembari memejamkan mata dan mengetuk-ngetuk jidatnya dengan jari.
Tapi sayangnya, tiba-tiba Ivan masuk ke kelas. Dan seketika obrolan mereka terhenti sampai di situ. Ini lebih pagi dibandingkan jam biasanya dia berangkat sekolah setiap harinya.
"Nggak tahu kenapa ya kemaren gue jadi canggung, jadi nggak banyak ngobrol ... Nanti aja gue ceritain, takut orangnya denger."
Setelah itu, mereka berdua pun menghentikan obrolan mereka. Tapi tiba-tiba, dari bangku belakang, Ivan memanggil Nayla. Dan hal itu membuat dirinya sangat panik, karena ia takut Ivan tahu jika mereka berdua baru saja membicarakan dirinya. Dan tanpa disadarinya, Nahida pun juga merasakan hal yang sama.
"Apa woy, pagi-pagi dah bikin gue kaget aja!!" balas Nayla sedikit membentak.
"Ehhh, perasaan gue gak ngagetin lo deh? Lo ngantuk?"
Panik, seketika Nayla memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Ehh, enggak, enggak, enggak ... Apa, ada apa lo manggil gue?"
"Cihh, dasar aneh lo ... Pelajaran kimia ada PR gak?"
"Nggak ada sih, tapi kalo Bahasa Inggris sama PPKN ada ... Lo udah ngerjain?"
"Udah sih, yaudah deh kalo gaada," ucap Ivan, lalu ia berdiri dan pergi keluar kelas sendirian.
"Lah tumben lo ngerjain PR."
Melihat hal itu, Nayla pun memanggil Ivan, tepat setelah ia satu langkah melewati pintu kelas.
"Ivannnnn ...," teriaknya.
"Apa?" balas Ivan sembari memalingkan wajahnya ke arah Nayla.
"Mau kemana? Nahida mau ikut katanya."
"Kan...," Balasnya.
Terkejut akan hal itu, Nahida langsung menampar paha Nayla dengan telapak tangannya. Bahkan sebelum Ivan menyelesaikan jawaban dari pertanyaan Nayla itu. Cukup keras, bahkan sampai sahabatnya itu berteriak kesakitan.
"Itatatatata, sakit tauk, lo kenapa sih."
"Nggak tau, reflek aja," balas Nahida singkat dan datar.
Setelah itu, Nahida berjalan menyusul Ivan yang sedari tadi menunggu dan merasa heran dengan tingkah laku kedua temannya itu di depan pintu kelas.
Mereka berdua pun berjalan bersama ke arah kantin, ya, walaupun jarak antara mereka berdua lebih dari lima meter. Karena sebenarnya Nahida tidak memiliki rencana untuk pergi ke kantin, sedangkan Ivan juga tidak ada niat untuk menyamakan langkah dengan perempuan yang berjalan di belakangnya itu.
Sesampainya di kantin, Ivan dan Nahida pun berpisah. Di area kantin tersebut, ada empat kios kantin yang diurutkan sesuai abjad oleh pihak sekolah, mulai dari kantin A sampai kantin D. Ya walaupun semua siswa yang ada di sekolah tidak peduli akan hal itu. Dan pagi ini Nahida ada di kantin A, atau yang dikenal seluruh siswa sebagai kantin Bu Nurul.
"Ibukkkk," sapa Nahida pada Bu Nurul yang sedang mengaduk beberapa gelas teh hangat.
"Iya, eh, Nahida ... Nggak sarapan lagi kaya kemarin?"
"Udah tadi buk, tapi laper lagi, hehehe," Balas Nahida sambil cengengesan.
Nahida pun memesan semangkuk soto dan segelas teh hangat, lalu duduk di bangku terdekat sembari mencari-cari dimana sosok Ivan berada. Kemudian, beberapa saat setelah dirinya melirik kiri dan kanan, dirinya menemukan sosok yang dicarinya berada di kantin D. Namun, ia sedang mengobrol dengan seorang perempuan yang tidak ia kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)
أدب المراهقينSetelah lulus SMA, Nahida dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke Jepang dan tinggal di sana. Akan tetapi, dirinya akan meninggalkan sosok Ivan yang dia kenal sejak kelas satu. Karena perasaannya yang begitu kuat dan sangat kecil kemungkinan merek...