Pengakuan

0 0 0
                                    

"Kenapa kok kaget begitu?" tanya Anissa.

"Semalam Nahida itu dari rumah gue, jam 10 malam dia pulang ... Dan padahal rumah gue ke arah rumah Nahida itu nggak lewat taman kota," jelasnya.

"Ahhhh, ngapain coba malem-malem di taman kota."

Nayla yang mendengar hal itu, langsung menyahut obrolan mereka.

"Main ke rumah lo kok gak ngajak gue sih?"

"Ya gimana ya, lo kan tiap malem minggu pacaran mulu."

"Semalem gue enggak ya, Billy lebih milih main PS sama temennya daripada main sama gue."

"Cih, kasihan banget sih lo."

"Engg, lebih kasihan lo sih sebenernya, gak punya pacar, hehe," ucap Nayla dengan nada meledek.

"Hidup lo mah yang dipikirin cuma pacarannnn mulu," sindir Vivi.

Anissa heran, bagaimana bisa Nahida keluar rumah di malam hari, sementara dia tidak pernah diizinkan pergi jika bukan untuk urusan yang sangat mendesak.

"Dia gak pernah dikasih izin sama ibunya keluar rumah malam hari kecuali buat urusan yang bener-bener mendesak, emangnya ada apa dia main ke rumah lo?" tanya Anissa.

"Dia pergi tanpa izin kak."

"Lah, justru kalo begitu pasti lebih mendesak lagi, atau malah darurat."

"Dia putus sama pacarnya."

Kali ini, yang terkejut mendengar hal itu malah Nayla. Karena sebelumnya, Nahida berkata bahwa dia dengan Rangga tidak punya masalah apa-apa.

"Lo ngomong yang bener nyet, ya kali Nahida bohongin gue kemarin?"

"Bukannya mau bohong, dia mau cerita, cuma nunggu waktu yang tepat aja."

"Lo jelasin sekarang, atau lo berdua gue usir dari sini!" gertak Anissa.

"Tuh kan, gue juga kena," sahut Nayla

"Ta ... Tapi ... Kak ... Nahida bilang jangan sampai orang lain tahu soal ini, nanti kalo gue ceritain sekarang, dia bisa marah-marah sama gue."

"Ntar gue yang marahin dia balik, cepetan jelasin sekarang!"

"Sebenarnya ...."

Vivi menjelaskan apa yang dialami Nahida selama seminggu terakhir, mulai dari awal kejadian, keseluruhan rencana yang mereka lakukan, serta kesedihan Nahida yang sempat ia ketahui. Dan semua itu, Vivi menjelaskannya dengan sangat detail. Namun, apa yang terjadi setelah Nahida pulang benar-benar diluar perkiraannya, ia pikir sahabatnya itu benar-benar pulang ke rumah setelah pergi dari tempat tinggalnya.

"Gue gak nyangka dia bakal kepikiran rencana kek gitu, andaikata gue yang ngalamin hal kek begini, pasti gue cuma bisa nunggu karma," ucap Anissa.

"Iya kak, Nahida juga pernah bilang kalo daripada Rangga hancur dengan sendirinya, lebih baik dia sendiri yang bikin Rangga hancur."

"Padahal Rangga itu baik orangnya, kok bisa ya," kata Nayla.

"Mau sesuci apapun seseorang, dia pasti punya wajah lain yang dia sembunyikan ... Cuman kali ini, kebetulan aja wajah Rangga yang lain bisa ketahuan."

Tiba-tiba, Nahida terbangun dari tidurnya. Lalu Nayla memeluk tubuh Nahida.

"Aduh, duh, duh ... Sakit Nay."

"Ehh, sorry ... Gue khawatir sama lo tauuuu, sampai gak bisa tenang seharian."

"Da, kenapa kemarin lo nggak langsung pulang sih?" ucap Vivi yang juga khawatir, sembari mendekat ke tubuh Nahida.

"Yaaaa, keknya gue gak bisa deh pulang ke rumah pas kondisi lagi nangis."

Nahida mengetahui bahwa Vivi benar-benar trauma dengan kecelakaan, dia langsung meyakinkannya bahwa dirinya baik-baik saja dan tidak ada lagi yang perlu ditakutkan.

"Sorry ya, Vi ...," ucap Nahida.

"Syukur lo selamat, Da," balas Vivi sambil menangis.

Waktu pun berlalu begitu cepat setelah itu, hingga pada akhirnya Nayla dan Vivi pulang ke rumahnya masing-masing. Nahida yang kini sudah bisa bercanda dan tertawa berhasil meyakinkan mereka berdua bahwa dirinya baik-baik saja, hanya saja, dia dengan terpaksa memberi tahu mereka bahwa kakinya sedikit bermasalah. Jadi dia masih belum bisa berangkat ke sekolah esok hari, dan saat sudah bisa berangkat nanti, mungkin dia harus mengenakan kursi roda atau tongkat penyangga kaki. Dan soal rencana mereka, Nahida meminta Vivi untuk mulai menyebar luaskan video itu saat ia sampai di rumahnya nanti.

"Jadi, lo putus sama Rangga?" tanya Anissa.

"Kok lo tahu?"

"Tadi temen lo cerita."

"Iya, gue putus sama dia."

"Gue juga diceritain soal rencana balas dendam lo."

Nahida sedikit terkejut mendengarnya, padahal dia sudah bilang pada Vivi untuk tidak menceritakan ini kepada siapapun, dan juga Vivi berjanji untuk melakukannya.

"Lo ngancem Vivi ya? Soalnya dia udah janji gak bakal bilang ini ke siapapun, dan dia nggak mungkin bocorin ini semudah itu."

"Enggak, gue cuma bilang kalo sampe adik gue marahin lo, nanti gue marahin balik dia, hehe."

"Hmm, yaudahlah, lagian juga rencananya mau disebar ke semua orang."

"Gue salut sih sama lo, bisa kepikiran rencana kaya gitu waktu lagi sakit hati dikhianati ... Tapi, lo yakin rencana itu bakal berjalan mulus?"

Anissa berdiri, mendekat ke tempat dimana Nahida merebahkan tubuhnya

"Maksudnya? Emang kenapa?" tanya Nahida.

"Enggak, cuman kalo dipikir-pikir ini gambling banget sih."

"Gambling?"

"Iya, maksudnya kayak pertaruhan gitu ... Lo bisa menang atau kalah, lo bisa bikin dia keluar dari sekolah, atau lo malah bisa kena pasal pencemaran nama baik," jelasnya.

Nahida semakin bingung dengan apa yang dikatakan kakak sepupunya itu.

"Kenapa bisa gitu?"

"Ya karena lo gak punya bukti apa-apa atas tuduhan lo itu, lo cuma punya video dialog kalo lo putus sama dia ... Dan video kedatangan dia di kos itu gak bakal berpengaruh apa apa."

Nahida diam setelah itu, merenung, memikirkan apa yang Anissa katakan itu benar atau salah.

"Rangga gak bakal bisa di dropout dari sekolah, karena gak ada buktinya ... Tapi lo masih bisa berharap dia keluar dari sekolah dengan sendirinya."

"Hmmm, kok gitu?" tanya Nahida.

"Ya itulah kenapa gue sebut ini pertaruhan, karena lo menang ketika lo sebar video itu, dia bakal merasa malu dan lebih milih pindah sekolah ... Tapi kalo dia bisa nyari celah dari semua ini, dia justru bisa laporin lo ke polisi."

Nahida yang terkejut mendengar hal itu, langsung menelfon Vivi agar membatalkan rencana mereka menyebar Video itu, namun Anissa mencegahnya bertepatan setelah Vivi mengangkat telfon.

"Woyyy," tegur Nahida, karena telfon genggamnya direbut paksa oleh Anissa.

"Sstttt," balasnya, sembari mengangkat jari telunjuknya.

Anissa mulai bicara pada Vivi.

"Hallo, Vi, gue kakak Nahida yang tadi ... Bisa minta tolong gak, buat menghindari hal yang nggak diinginkan, lo cukup sebarin video Rangga sama Nahida pas lagi ribut aja ... Tanpa narasi apa-apa, maksudnya jangan bilang-bilang kalo dia sewa jasa open BO."

"Baik kak, tapi Nahida gimana?"

"Gue udah ngobrol sama dia tadi, dan dia udah setuju ... Soalnya kalo dipikir-pikir, agak beresiko buat dia, dan tentu buat lo juga."

"Oke kak kalo gitu, untung ini gue belom sampai rumah, jadi videonya belom disebar."

"Hehe, iya ... Sebelumnya makasih ya, makasih juga udah nemenin ngobrol tadi."

"Iya kak, sama-sama ... Makasih juga udah ngejagain Nahida."

Anissa menutup telfonnya, dan langsung berkata pada adiknya bahwa semua akan berjalan baik-baik saja.

Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang