Ada sebuah kejadian traumatis yang dialami Vivi saat dulu dia masih kelas satu SMP, dimana dia mengalami kecelakaan saat pulang dari Jogjakarta. Kala itu, sang sopir mengantuk hingga menyebabkan mobil yang Vivi dan kedua orang tuanya tumpangi menabrak pembatas jalan hingga terpental ke lajur jalan sebelah. Naasnya, ada sebuah truk kontainer melaju dengan kecepatan yang tidak mungkin bisa diberhentikan secara mendadak. Mobil itu terguling hingga korban jiwa pun tak dapat terhindarkan saat itu. Dan beberapa detik setelahnya, terdengar sebuah teriakan yang memekikkan telinga, itu adalah Vivi yang melihat kedua orang tuanya bersimbah darah dan tak bernafas tepat di hadapannya.
Vivi benar-benar depresi kala itu, tidak ada satu hari pun yang dia habiskan tanpa tangisan selama seminggu penuh. Bahkan, dirinya sering berfikir untuk mengakhiri hidupnya agar kesedihannya tak terus-menerus ia rasakan, dan sudah dua kali dia benar-benar hampir melakukannya.
Untung saja saat itu ada Nahida yang menemaninya sepanjang hari, bahkan dia juga rela tidak berangkat ke sekolah selama seminggu penuh agar dia bisa mengawasi Vivi yang sedang depresi itu. Hingga sejak hari itu, keceriaan Vivi memudar seperti air yang menguap. Jarang tersenyum, muka datar, dan raut wajah yang tidak mencerminkan keceriaan. Tak jarang, itu membuat orang lain yang melihat atau berbicara denganya menjadi salah paham. Namun, dibalik semua itu, hanya Nahida seorang yang mengetahui dan memahami apa yang pernah dialami oleh sahabatnya di masa lalu, karena Vivi tidak pernah menceritakan apapun dan pada siapapun tentang apa yang terjadi pasca kematian kedua orang tuanya.
"Tapi kesampingkan soal mama sama papa, gue ngajak lo kesini bukan buat nostalgia," ucap Vivi sembari membuka folder file di laptop yang ada di hadapannya.
"Emang apa? Keknya serius banget."
Vivi membuka salah satu file video, itu adalah rekaman cctv yang terpasang menghadap halaman kost yang ditinggalinya itu. Vivi pun memutar video berdurasi 45 detik itu.
"Tunggu sampai sesuatu bikin lo kaget."
Dan benar saja, Nahida sangat terkejut setelah video itu selesai diputar. Raut wajahnya tanpa ekspresi, dan dirinya masih tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya.
"Bajingan."
Ucap Nahida secara reflek, itu sebuah kata yang tidak pernah satu kalipun diucapkan olehnya.
"Cepetan lo bilang kalo ini cuma editan!!" ucap Nahida.
Vivi menarik nafasnya, dan menggelengkan kepalanya seraya mematikan laptop miliknya. Bahkan dirinya tak menatap wajah Nahida yang sedang duduk di belakangnya.
"Kalo gue gak liat pake mata kepala gue sendiri, gue gak mungkin copy rekaman cctv dari komputer tante gue."
"Lo kenal siapa cewek itu?"
"Cewek yang tadi."
Setelah itu, Nahida langsung pamit pulang. Perasaan sedih dan marah bercampur aduk menjadi satu di hatinya. Setelah dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat, yaitu rekaman cctv dimana Rangga dan seorang perempuan masuk ke kamar kos milik tante Vivi.
Keesokan harinya, Nahida terlihat pucat dan tidak tersenyum sama sekali dari dirinya masuk ke kelas hingga bel pulang berbunyi. Akan tetapi, dirinya masih bersikap biasa saja saat bertemu Rangga, seolah tidak ada satupun hal yang mengganggunya.
"Vivi, gue mau ke rumah lo ... Gue ada perlu sama temen lo yang kemaren," kata Nahida saat di parkiran.
"Mau berantem?"
"Gak."
"Yakin?"
"YAKIN!!!" balas Nahida penuh penekanan.
Setelah yakin akan ucapan Nahida, akhirnya Vivi mengiyakannya. Lalu mereka berdua berjalan beriringan dengan sepeda motor masing-masing menuju tempat dimana Vivi tinggal. Dan beruntungnya, sosok perempuan yang bernama Rania itu ada di kamarnya.
"Ran, temen gue nyariin lo tuh." panggil Vivi.
"Siapa?"
"Temen gue yang kemarin."
"Kenapa?"
"Udah samperin aja, gue juga gak tau dia mau ketemu lo buat apa."
Rania pun beranjak ke kamar Vivi, bertemu dengan Nahida yang sudah ada di sana dan menyalaminya.
Berbicara soal Rania, dia adalah sosok perempuan yang tinggal di kos bebas ini cukup lama. Dirinya adalah salah satu diantara beberapa orang di kos ini yang menjual jasanya di aplikasi Mi Chat, atau lebih di kenal dengan sebutan open bo.
"Ada apa nyariin gue?" tanya Rania.
"Lo open bo ya?"
Seketika Rania langsung menatap Vivi, seperti ingin marah.
"Lo kemarin main sama cowok ini?" ucap Nahida sembari menunjukan layar hpnya, yang menunjukan foto Rangga dengan jelas di sana.
"I ... Ya ..., kenapa? Lo kenal dia?"
"Dia pacar gue, seenggaknya buat waktu itu."
"Ya gue gak tau dong, orang dia sendiri yang dateng ke gue ... Lagian dia juga nggak bilang kalo punya pacar, kalo gue mah ga peduli mau gimana pun yang penting gue dibayar."
Vivi yang mulai tidak nyaman dengan suasana yang seperti ini, memilih untuk keluar dari kamarnya.
"Iya, tahu kok ... Gue nggak berpikiran kalo lo yang salah, sama sekali engga."
"Terus?"
"Apa yang dia lakuin kemaren udah bikin gue marah, dan gue mau balas dendam sama dia ... Jadi sekarang gue perlu bantuan lo, dan lo gak perlu khawatir soal bayarannya."
"Balas dendam? Emang lo mau gue ngapain?"
Nahida mulai menjelaskan rencana yang sudah dia susun semalaman, awalnya Rania sedikit tidak paham dengan apa yang diminta Nahida. Namun setelah beberapa saat, dia mulai mengerti maksudnya. Sementara itu Vivi yang menguping dari luar, dia langsung masuk ke kamarnya kembali dan bergabung ke obrolan mereka berdua.
"Lo serius mau ngelakuin ini, Da? Apa alasan lo bikin rencana kaya gini," tanya Vivi.
"Gue udah gak mau lihat muka dia lagi, jadi gue mau bikin dia di drop out dari sekolah ... Gue tahu, apa yang dia lakuin kali ini bakal bikin dia hancur dengan sendirinya suatu saat nanti, tapi gue gak suka itu, gue lebih suka kalo yang bikin dia hancur itu gue sendiri."
"Tunggu ... Tunggu ..., bisa nggak kalo bagian HS-nya diganti, gue gak bakal bisa nyaman kalo harus begituan lagi," potong Rania.
*HS = Having Sex/ Berhubungan Badan."Terserah, gue cuma perlu lo sama dia satu kamar," balas Nahida.
Setelah itu, Nahida mengeluarkan sejumlah uang yang cukup banyak untuk membayar jasa Rania, akan tetapi Rania menolaknya.
"Kenapa ditolak? Ini bayaran buat jasa lo kedepannya," ucap Nahida.
"Gak perlu, gue bantuin lo sebagai temen, karena temen Vivi itu temen gue juga ... Tapi lo harus janji satu hal ke gue, ketika lo udah saling tatap muka sama Rangga, maka mulai detik itu juga jangan bikin gue terlibat lebih dalam lagi."
"Dan jangan pernah bilang ke siapapun kalo gue yang rekam," sahut Vivi.
"Itu pasti, tapi kalo lo emang gak mau terima uang ini ... Bawa aja dulu buat pegangan selama lo ngejalanin rencana gue."
Akhirnya Rania pun menerima uang itu, dan pembicaraan mereka beralih ke pembahasan yang lain.
"Emang cewek kalo open BO ngasih harga berapa sih?" tanya Nahida penasaran.
"Tergantung mau berapa jam sih, dan tiap masing-masing orang kadang beda-beda," balas Rania.
"Kalo lo sendiri berapa?"
"Kenapa tanya-tanya gitu, Da? Jangan bilang lo tertarik buat open BO!" sahut Vivi.
"Yaaa, cuma mau tahu aja."
Setelah itu, mereka bertiga saling mengobrol tentang hal lainnya. Ya, setidaknya agar Nahida dan Rania saling mengenal satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)
Teen FictionSetelah lulus SMA, Nahida dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke Jepang dan tinggal di sana. Akan tetapi, dirinya akan meninggalkan sosok Ivan yang dia kenal sejak kelas satu. Karena perasaannya yang begitu kuat dan sangat kecil kemungkinan merek...