"Nay, kayaknya sekarang gue berubah pikiran deh," ucap Nahida, di pinggir lapangan saat pelajaran olahraga berlangsung.
Ini adalah jam istirahat mereka, dimana siswa laki-laki sedang bermain sepak bola dan siswa perempuan duduk santai di tepi lapangan melihatnya. Tes lari yang mereka lakukan baru saja selesai, dan masih ada sisa waktu yang cukup banyak. Jadi, itulah yang mereka lakukan sekarang untuk menunggu pergantian jam mata pelajaran berikutnya.
"Apanya yang berubah pikiran?" tanyanya.
"Soal Ivan."
Ini sudah lebih dari seminggu sejak kepulangan mereka dari Gunung Prau, dan sejak hari itu Ivan terlihat sangat menghindari Nahida. Bukan karena marah, tapi karena dirinya merasa tidak enak hati. Ivan merasa bahwa dia telah gagal menjaga Nahida sebagai pendaki pemula yang diajaknya. Rangga pun juga demikian, Kaila apalagi, bahkan dia sampai jauh-jauh datang ke rumah Nahida dan juga menemui ibunya untuk sekedar meminta maaf. Padahal, Nahida tidak merasa Kaila dan yang lainnya bersalah terhadapnya.
"Kenapa?"
"Gue gak mau lagi deh deketin dia."
"Ehh, lo yakin? Bukannya lo suka ya sama dia?"
"Ya suka sih, cuman gimana ya ... Cuman salah paham begini diem-diemannya sampe seminggu lebih, apalagi kalo misal pacaran terus putus."
Nayla pun terdiam, berfikir kata-kata seperti apa yang pas untuk menjawab pernyataan Nahida itu.
"Apalagi, sekarang gue juga jadi gak enak buat ngobrol lagi sama dia," ucapnya sekali lagi.
Saat ini, Nahida berfikir jika keikutsertaan dirinya waktu itu telah merusak kesenangan Ivan dan teman-temannya. Ternyata Ivan dan Nahida sama-sama merasa tidak enak hati satu sama lain.
"Yaa, gitu lah ya, suka sama temen sekelas ... Ada kemungkinan bakal ditolak, kalau diterima sekalipun juga ada juga kemungkinan bakal putus, tapi yang paling nggak enak tuh habis itu masih ketemu tiap hari," jawab Nayla.
Nahida hanya diam meresponnya, dan masih melihat Ivan menggiring bola di lapangan dari kejauhan.
"Ngomong-ngomong, di kelas dua nanti kita masih sekelas gak ya?" tanya Nayla.
"Entahlah, tapi gue harap sih kita sekelas terus sampe lulus ... Ahhh, kenapa sih sekolah ini murid-muridnya harus diacak waktu kenaikan kelas?" balas Nahida kesal.
"Udah udah, lagian masih ada satu semester lagi ... Dan di kelas dua juga masih ada kemungkinan buat satu kelas lagi."
Setelah itu, bel pergantian pelajaran pun berbunyi, seluruh siswa bergegas kembali ke kelas. Ya, walaupun ada beberapa yang mampir ke kantin terlebih dahulu, termasuk Nayla dan Nahida.
Waktu pun berlalu, hingga akhirnya seluruh siswa berhamburan keluar sekolah karena bel pulang telah berbunyi.
Saat di tempat parkir, secara tidak sengaja ia berjumpa dengan Rangga, karena kebetulan motornya terparkirkan bersebelahan.
"Nahida?" panggilnya.
"Iya, ehh ... Siapa ya?" jawab Nahida kebingungan.
"Alah, baru juga seminggu ketemu udah lupa aja."
"Enggak, aku tuh inget ... Tapi lupa namanya, toh juga waktu di gunung kita gak banyak ngobrol."
"Rangga, lo inget-inget tuh ... Biar gak 'siapa ya' lagi waktu ketemu."
"Iya-iya, btw ... Sorry ya kemaren gue ngerepotin kalian," ucap Nahida, membahas tentang apa yang terjadi saat di Gunung Prau seminggu yang lalu.
"Justru gue sama temen-temen yang minta maaf,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)
Novela JuvenilSetelah lulus SMA, Nahida dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke Jepang dan tinggal di sana. Akan tetapi, dirinya akan meninggalkan sosok Ivan yang dia kenal sejak kelas satu. Karena perasaannya yang begitu kuat dan sangat kecil kemungkinan merek...