Di kelas 10 IPA B, kelas Nahida, ada beberapa wajah yang nampak lesu, namun ada juga yang terlihat sangat bahagia, serta ada juga ketakutan. Sekarang ini baru beberapa menit setelah bel masuk berbunyi, namun semua siswa yang ada di kelas itu sudah datang, dan juga Pak Aldi yang sudah ada di dalam kelas sejak sebelum suara bel itu berbunyi.
Pak Aldi, guru matematika yang terkenal sangat ketat dan paling tegas diantara guru-guru lainnya. Walaupun di luar jam belajar dia adalah guru yang dikenal asik, namun saat jam pelajarannya berlangsung, sama sekali tidak ada kompromi bagi siswa yang tidak bisa mengikuti bagaimana dia mengajar.
"Nahida!" panggil Pak Aldi dari mejanya.
Dengan raut wajah yang sedikit cemas, Nahida pun maju ke depan. Lalu ia menerima selembar kertas dari pak Aldi.
"Belajar lebih giat lagi, tingkatkan nilai kamu!" Ucap Pak Aldi.
"Siap pak, terima kasih."
Ia pun kembali ke bangkunya, dengan raut wajah yang berbeda dari sebelumnya, lalu setelah itu giliran Nayla yang dipanggil untuk maju ke depan karena nomor absennya berada di urutan setelah Nahida.
"Dapet berapa?" Tanya Nayla pada Nahida setelah kembali.
"Mepet banget sama KKM, 7,6 ... Lo dapet nilai berapa?"
"Hehehehe," balas Nayla tertawa, sambil menunjukan lembar kertas yang terdapat angka 8,8.
"Yahhh, lo sih dimintain contekan malah pura-pura budeg."
"Yeeeee, gue juga gak mau kali kek si Panji sama Ridwan ... Mending kalo yang kena hukuman cuma yang nyontek, lah kemaren yang kena dua duanya."
Kemarin, saat setelah Ridwan dan Panji ketahuan saling berbagi jawaban. Panji di hukum dengan mengerjakan tes tertulis itu di lantai depan kelas. Sementara Ridwan harus berhenti mengerjakannya, dan memulai ulang ujiannya saat jam pulang sekolah. Kabarnya, Ridwan baru bisa pulang dari sekolah saat adzan maghrib berkumandang.
"Ivannnnn, lo dapet nilai berapa?" tanya Nahida dengan membalikan badannya, karena meja milik Ivan berada di barisan yang sama dengannya, hanya saja ada di pojok paling belakang.
Sama sekali tak ada jawaban dari Ivan, tapi Nahida paham jika nilai yang didapat Ivan berada di bawah KKM. Dan karena ia sangat penasaran, Nahida pun menghampirinya.
"Hahahahah, itu nilai apa rukun islam, Van?"
"Gak usah ketawa lo," balas Ivan penuh emosi.
"Hahahahaha."
"Yeee, malah makin kenceng ... Emang lo dapet nilai berapa sih, sombong amat?"
"Minimal diatas KKM dong," balas Nahida sembari menunjukan lembar kertas ujiannya.
"Yaelah, segitu doang ... Yang laen juga banyak yang nilainya diatas lo."
"Yang penting kan nilai gue diatas lo, hahaha," ucap Nahida masih dengan tawa yang sama seperti sebelumnya.
Karena kesal, Ivan pun tak berbicara apapun lagi setelah itu. Sementara Nahida terus saja menertawakan Ivan, lalu kembali ke bangkunya setelah ia puas dengan hal itu.
"Ya, nilai KKM ujian kali ini 7,5 ... Dan bagi siswa yang nilainya ada di bawah nilai tersebut, harap setelah pulang sekolah tetap di kelas untuk mengerjakan remidial," ucap Pak Aldi setelah selesai membagikan lembar jawaban masing-masing siswa.
Setelah mendengar hal itu, Nahida pun memalingkan wajahnya ke arah belakang, dan pada saat itu juga terjadi kontak mata antara dia dan Ivan. Nahida pun menjulurkan lidah ke arah Ivan.
"Wekkkkk," ejeknya, dan hal itu membuat Ivan semakin kesal dengan apa yang baru saja ia lihat. Namun ia tidak bisa membalas apa apa, karena pelajaran pun berlangsung setelahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)
Fiksi RemajaSetelah lulus SMA, Nahida dan keluarganya memutuskan untuk pergi ke Jepang dan tinggal di sana. Akan tetapi, dirinya akan meninggalkan sosok Ivan yang dia kenal sejak kelas satu. Karena perasaannya yang begitu kuat dan sangat kecil kemungkinan merek...