Tahun Terakhir

6 0 0
                                    

Empat bulan berlalu sejak hari itu dan sekarang Nahida sudah duduk di kelas tiga, tentu saja permintaan Nahida untuk pindah sekolah waktu itu ditolak mentah-mentah oleh ibunya, apalagi oleh Vivi dan Nayla. Hal itu membuat dirinya kini lebih suka berdiam diri di kelas, walaupun sekarang dia sudah bisa berjalan kembali dengan normal. Dan juga pembagian siswa yang diacak waktu kenaikan kelas membuatnya terpisah dengan kedua sahabatnya itu, atau lebih tepatnya, Nahida, Vivi, dan Nayla ditempatkan di kelas yang berbeda.

Sekalipun ada Kiara dan Lisa dari kelas sebelumnya, dan juga teman-teman yang sudah ia kenal sejak kelas satu, Nahida tetap merasa sendiri. Ia benar-benar merasa kesepian di kelas tiga kali ini. Serta jadwal pelajaran yang mulai padat membuat Nahida, Vivi, dan Nayla menjadi jarang sekali bertemu.

"Da, lo baik-baik aja?" tanya Lisa, setelah melihat Nahida membenamkan mukanya diatas meja.

"Gue baik, cuman ... Ya ... Agak kesepian aja kalo gak ada Vivi sama Nayla," balasnya sembari memalingkan wajah ke arah Lisa, namun kepalanya masih tertunduk di atas meja.

"Ya, mau gimana lagi ya, pisah kelas sama sahabat emang nggak ada enak-enaknya ... Tapi lo yakin gak mau gabung sama temen-temen baru? Seru tauk!!"

"Ya, tapi mungkin lain waktu aja, Lisa ... Gue masih belom bisa move on dari kelas kita sebelumnya."

Raut wajah Lisa menjadi sedikit lebih serius seketika.

"Da, lo tahu, selama kelas tiga ini lo banyak berubah ... Atau lebih tepatnya, lo mulai berubah sejak lo kecelakaan waktu itu."

"Berubah? Gue jadi agak kurus kah? Atau gue jadi lebih tinggi?"

"Serius lah!"

Lisa kesal mendengar jawaban yang alakadarnya itu, dia pun menyentil jidat 
Nahida begitu keras hingga ia merasa kesakitan.

"Iya, oke, serius ... Maksud lo berubah itu yang kaya gimana?" tanya Nahida sembari mengelus-elus jidatnya.

"Entahlah, tapi Nahida yang gue kenal sejak kelas satu itu orangnya ceria, jahil, dan mudah bersosialisasi ... Tapi sejak lo kecelakaan waktu itu, gue belum pernah lihat sosok Nahida yang gue kenal, walaupun cuma satu detik aja."

"Emmm, gue gak tahu juga Lis ... Atau jangan-jangan gara-gara kepala gue disayang sama aspal kali ya, hehe," balas Nahida bercanda, berusaha meyakinkan Lisa bahwa dirinya sama sekali tidak berubah.

Lisa menatap mata Nahida dengan serius, dan Nahida belum pernah melihat sosok Lisa yang seperti ini sebelumnya.

"Enggak, lo kecelakaan setelah putus sama Rangga kan? Dan sehari setelah itu, Video lo sama Rangga ribut di depan kosan tiba-tiba muncul ... Apa yang terjadi sebenernya?"

"Orang kalo habis putus mah pikirannya kacau, Lis ... Jadi gak fokus di jalan, dan tiba-tiba aja duarrrr gitu."

"Gue agak notice sama omongan lo di video yang bilang 'Kira-kira apa yang bakal dilakuin cowok sama cewek di kamar kos bebas kaya gini...,' dan menurut gue, kayaknya ada yang janggal deh di sini."

Nahida menarin nafas panjang, lalu menghembuskannya secara perlahan.

"Gue sebenernya udah nggak mau bahas ini, Lis ... Tapi kalo lo mau tahu, apa yang diomongin Rangga buat bantah video itu cuma omong kosong doang."

"Maksud lo?"

Nahida pun melanjutkan ceritanya, ia menjelaskan secara detail mulai dari ia diajak main ke rumah Vivi hingga akhirnya kecelakaan terjadi. Lisa tidak begitu terkejut mendengarnya, karena inti dari semua yang diceritakan Nahida benar-benar sesuai dengan dugaannya selama ini.

"Lo yakin, Da ... Dia udah nipu satu sekolah dan lo sebagai korban dia satu-satunya mau diem aja?"

"Gue capek, Lis ... Hari-hari gue selama empat bulan terakhir itu kerasa berat banget, dan sekarang gue udah nggak mau ngelakuin hal yang berpotensi bikin masalah baru lagi."

"Tapi gue marah banget anjir sama Rangga, dia udah nipu satu sekolah dan dia udah nyakitin lo."

Nahida hanya tersenyum membalasnya.

"Jangan sekarang, nanti pasti ada waktunya."

Nahida tiba-tiba berdiri, beranjak pergi meninggalkan bangkunya dan meninggalkan Lisa yang duduk di sebelahnya tadi.

"Mau kemana lo?" tanya Lisa.

"Kamar mandi, ada perlu."

Setibanya Nahida di kamar mandi, disana sudah ada Kaila yang berdiri dan bersandar di tembok. Mereka sudah janjian untuk bertemu saat sebelum berangkat sekolah tadi.

"Jadi, lo mau ngomong apa?" tanya Nahida, sesaat setelah terjadi kontak mata antara dia dengan Kaila.

"Rangga nembak gue semalam."

Nahida hanya membalas itu dengan senyuman, walaupun sebenarnya dia sedikit terkejut mendengar hal itu.

"Setelah ini, bakal ada kemungkinan lo ngerasa kesel atau marah ataupun sedih, lo yakin?" tanya Kaila.

"Suka-suka lo aja ... Gue udah nggak punya perasaan apa-apa."

Setelah itu, mereka berdua pun berpisah, kembali ke kelas masing-masing. Walaupun hanya perbincangan yang singkat, namun itu memberi Nahida informasi yang benar-benar dia butuhkan.

Beberapa jam setelah pertemuan itu, saat jam istirahat kedua, Nahida makan siang bersama Vivi dan Nayla di kantin. Ini adalah kali pertama mereka berkumpul sejak beberapa hari terakhir, bahkan sudah tiga hari Nahida sama sekali tidak melihat batang hidung Nayla.

"Arggghhh, udah seminggu nggak ngumpul begini ... Lo berdua pada kemana sih?" tanya Nayla.

"Lo yang kemana? Gue aja kemarin ketemu sama Vivi, tapi gue udah tiga hari nggak lihat muka lo" ucap Nahida.

"Dih, ngumpul nggak ngajak-ngajak."

"Dia nyamperin kelas gue sih, Nay ... Minjem penggaris doang, abis itu pergi deh," jelas Vivi.

"Anjir lah, pisah kelas gini bikin jarang ngumpul ... Kelas jadi kerasa sepi deh," ucap Nayla menggerutu.

"Pisah kelas aja bikin kita jarang ngumpul, gimana ya nanti kalo udah lulus," kata Nahida tiba-tiba.

Seketika, oborlan mereka terhenti, keadaan menjadi hening secara tiba-tiba.

"Setelah lulus nanti, gue mau kuliah, dan kita berdua masih bisa sering ketemu kalo kuliah di tempat yang sama, Nay ... Tapi Vivi, dia mau kerja di Jepang," ucap Nahida memecahkan keheningan diantara mereka bertiga.

"Emang lo mau ke Jepang, Vi?" tanya Nayla.

"Emmm, gue gak pernah ya cerita ini ke lo ... Tapi sejak SMP gue sering banget ngobrol soal ini ke Nahida, makanya tiap kali ayah Nahida pulang, gue selalu antusias buat ketemu dan ngobrol sama dia."

"Kalo lo mau kuliah di mana, Da?" tanya Nayla.

"Gue belum punya gambaran Nay, tapi kalo memungkinkan ya pasti gue maunya di Universitas Negeri ... Kalo lo sendiri?"

"Gue belom sempet kepikiran soal itu, Da."

"Ahhh, waktu kerasa cepet banget ya ... Kaya baru kemarin aja kita bertiga ketemu waktu pendaftaran, eh tiba-tiba sekarang udah masuk tahun terakhir di sekolah ini."

Obrolan mereka tentang masa depan yang mereka inginkan itu terus berlanjut, hingga tiba-tiba terlihat Rangga dan Kaila berjalan berdua menuju ke arah kantin tempat mereka makan siang. Apalagi, kini mereka berdua ditempatkan di kelas yang sama, jadi kedekatan mereka saat ini semakin tidak bisa dibantah lagi.

Nahida, Kucing, Dan Negeri Sakura (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang