Saat Laskar muncul melewati koridor, para siswi berbisik ketika Laskar berjalan menuju kelas XI. Tentu hal itu membuat mereka bingung karena kelas XII berada di lantai atas. Apa yang hendak dilakukan Laskar di kelas XI?
Saat tubuhnya menghilang dari balik koridor dan sudah memasuki kelas, semua siswi yang di koridor mengikuti Laskar dari belakang.
Semua penghuni kelas itu menatap Laskar bingung dan terkejut. Perihal ia memasuki kelas orang lain, tentu ini pertama kalinya bagi Laskar. Laki-laki yang terkenal acuh terhadap sekitar, kini lebih berani untuk mendekat pada keramaian.
Saat memasuki kelas, tatapan matanya tertuju pada seorang gadis yang duduk di dekat jendela kelasnya. Gadis itu juga tengah menatapnya bingung dengan kehadirannya.
Langkah Laskar sudah sampai di depan bangku gadis itu. "Ikut gue!" ucap Laskar sembari menarik pergelangan tangan gadis itu agar bangkit dari tempat duduknya dan mengikutinya.
Gadis itu tanpa sempat berbicara untuk meminta penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi, Laskar justru tak memberinya jeda.
Gala yang duduk di belakang Gesya ikut bangkit dan mencegah pergelangan tangan Gesya agar Laskar berhenti menariknya.
Laskar terhenti, ia menoleh ke belakang. Seseorang yang dikenali sebagai pengantar makanan tempo hari kini ikut menarik pergelangan gadis itu.
"Jangan ganggu dia. Gue nggak akan biarin Gege dalam masalah karena lo," ucap Gala dengan tatapan tajam.
"Lo pacarnya?" tanya Laskar dingin.
Gala bungkam. Ia tak bisa berbicara apa-apa lagi setelah mendengar perkataan itu keluar dari mulut Laskar. Gala memang bukan pacarnya yang punya hak atas diri Gesya. Yang Gala lakukan hanya ingin melindungi gadis itu agar tidak terjerumus dalam masalah Laskar.
Gala melepaskan pergelangan tangan Gesya perlahan. Laskar kembali menuntunnya untuk keluar dari kelas.
Sepanjang koridor, Gesya hanya bisa menatap punggung Laskar yang lebar. Bahkan matanya kembali menatap pergelangan tangannya yang disentuh oleh Laskar.
"Kak, lo mau bawa gue ke mana?" tanya Gesya.
"Ke tempat sepi."
"Ada apa sebenernya sama lo, Kak? Kenapa kita nggak ngomong di sini aja?"
Laskar menghentikan langkahnya. Ia menatap sekeliling bahwa mereka masih diperhatikan oleh para siswa-siswi sedari tadi. Kemudian ia menoleh kepada gadis di belakangnya. "Gue nggak yakin bakal aman, soalnya ini rahasia," ucap Laskar sedikit berbisik.
"Rahasia apa yang mau lo omongin, Kak? Udah cukup!" Gesya melepaskan ikatan tangannya dari Laskar. "Gue nggak mau terbawa suasana lagi sama lo, Kak."
"Ge, sebentar aja. Tolong, pinjam waktunya." Laskar menatap gadis itu dengan intens. Berusaha terlihat iba agar gadis lugu itu benar-benar mau memberi waktunya.
Gesya pasrah. Melihat wajah Laskar yang memelas itu membuatnya tak bisa menolak.
Laskar kembali berjalan dan diekori Gesya dari belakang. Laskar menghentikan langkahnya saat dirinya sudah sampai di taman sekolah yang lumayan sepi.
Laskar berbalik badan menatap Gesya yang juga sedikit mendongak karena menatapnya. "Jangan datang ke rumah itu lagi," ucap Laskar.
"Kenapa?"
"Sejak kapan lo tau rumah gue?"
"Baru kemarin. Itu juga kebetulan, karena gue beneran nggak tau kalo itu rumah lo, Kak."
"Cowok itu? Dia kan orangnya yang ngasih tau lo?"
"Gala maksudnya?" tanya Gesya peka saat Laskar tak menyebutkan nama orang yang dimaksud. "Nggak, Kak! Gala nggak bilang apa-apa. Gue tau pas lo tiba-tiba berhenti di depan rumah. Gue sama Gala kan cuma nganterin makanan aja," jelas Gesya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I stay alive?
RandomGimana lo akan menjelaskan tentang kehidupan yang sempurna itu? Terlahir dari keluarga yang kaya? Memiliki orang tua yang utuh? Cinta sejati? Ketenangan? Atau berumur panjang? Hidup gue dinilai dengan pandangan mereka yang melihat gue sebelah mata...