13. Resiko

514 130 496
                                    

"Keberadaan gue yang selalu tampak di hadapan lo nyatanya tak pernah terlihat dalam pandangan lo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keberadaan gue yang selalu tampak di hadapan lo nyatanya tak pernah terlihat dalam pandangan lo. Apa mungkin lo akan menyadarinya setelah gue mati?" -Gerald Anggara Laskar

Saat motornya baru saja tiba di halaman rumahnya, Laskar buru-buru mempercepat langkahnya untuk segera menemui ibunya dengan harapan sang ibu baik-baik saja.

Bagi Laskar, hal paling penting di dunia ini adalah sosok ibu. Karena ibu adalah hidupnya, cinta pertamanya, bahkan harta berharga yang ia miliki satu-satunya saat ini.

"Bik, Mama di mana? Gimana keadaannya?" tanya Laskar saat baru saja memasuki rumahnya.

"Di kamar, Mas. Barusan saya sudah menyuruhnya buat istirahat," jawabnya.

Baru beberapa hari yang lalu Laskar mempekerjakan seorang Asisten Rumah Tangga untuk menjaga ibunya. Meski tahu Gangga tak pernah mengizinkan adanya ART di rumahnya, akan tetapi Laskar tetap mempekerjakannya demi sang Ibu yang sakit. Persetan peraturan yang ada dalam rumahnya, Laskar tidak peduli.

Sang Ibu tak bisa melakukan apa pun, bahkan Gangga suaminya pun jarang sekali ada di rumah. Tentu saja hal itu mengundang amarah bagi Laskar. Sampai akhirnya membuat Laskar menjadi anak laki-laki yang menentang ayahnya.

Laskar sudah berada di kamar sang ibu. Laki-laki itu menatap ibunya dengan tatapan sendu. Ia meraih punggung tangan ibunya yang kini terbaring lemah di atas ranjang.

"Ma, maafin Laskar karna nggak bisa jagain Mama," lirih Laskar dengan suara parau. Baru saja ia merasa bahagia karena sang ibu sudah kembali dari rumah sakit. Kini Laskar harus mendapati ibunya terbaring lemah di atas ranjang lagi.

Netra Amira masih tertutup rapat. Kehadiran sang anak tak membuatnya sadar dari lelapnya. "Apa Laskar putus sekolah aja, Ma? Biar bisa jagain Mama di rumah? Laskar nggak mau Mama kenapa-napa lagi." Rasa sedih dalam hatinya kini tak tertahan lagi, air mata yang sudah membendung di kelopak matanya keluar setetes demi setetes.

Seberapa kalipun Laskar mencoba menahan diri untuk tidak menangis di depan ibunya, ia tak bisa mengelaknya. Justru, melihat raut wajah sang ibu yang terlihat lelah, sakit, sedih, malah makin membuat Laskar ingin menangis dalam pelukannya.

"Laskar! Laskar! Di mana kamu? Cepat keluar!" Teriakan Gangga dari luar membuat Laskar mengusap air matanya dan menghampiri ayahnya dengan malas.

Baru saja Laskar ingin bertanya ada apa satu tamparan keras sudah mengenai pipinya. Sontak Laskar meringis kesakitan.

"Dia," tunjuk Gangga pada ART yang berdiri tak jauh darinya. "Siapa dia? Siapa yang bawa orang asing ke dalam rumah ini?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Harus banget ya setiap pertanyaan itu satu kali tamparan?" smirk Laskar. Pipinya terasa sakit, tapi Laskar memberanikan diri untuk menatap tajam ayahnya. "Laskar yang bawa dia ke sini. Laskar yang nyuruh dia buat kerja di sini? Kenapa? Papa mau marah? Silahkan! Toh, Laskar udah kebal sekarang!"

Can I stay alive?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang