Jari jemari Gala sibuk mengaitkan tali sepatu agar terikat dengan rapi. Kepala yang menunduk ke bawah itu tak sadar jika sedari tadi seorang wanita paruh baya memperhatikannya dari belakang.
Tali sepatu itu sudah terikat. Gala kembali mengangkat kepalanya dan bangkit dari sofa ruang tamunya. Ia sengaja berbalik karena mengetahui kehadiran sang ibu.
"Ma, Gala berangkat dulu, ya?" pamit Gala menyalim tangan ibunya.
Intan tak menjawab, melainkan terus menatap Gala dengan tatapan intimidasi. Gala yang peka dengan tatapan sang ibu yang tak biasa lekas bertanya, "Mama kenapa liatin Gala begitu banget?" tanya Gala.
"Sejak kapan, Gal?" ucap Intan.
Pertanyaan Intan yang aneh itu membuat Gala mengernyit. Apa yang dimaksud dengan pernyataan sang ibu menanyakan hal itu tiba-tiba?
"Maksud Mama apa? Apanya yang sejak kapan?"
"Bukannya Mama sudah bilang, kalau kamu itu sudah yatim sejak lahir. Jangan cari tau apapun tentang hidupmu. Terima dan jalani apa yang sudah terjadi sekarang," ujar Intan.
Gala makin tak mengerti dengan ocehan ibunya. Gala mengernyit penuh kebingungan. "Gala nggak ngerti maksud Mama apa, tolong jelasin ke Gala kenapa Mama tiba-tiba ngomong gitu?"
Intan terdiam, tak melanjutkan ucapannya melainkan menghindari Gala melangkah menuju dapur.
Gala lekas mencegah langkah sang Ibu, menahannya agar bisa menjawab pertanyaannya dan tak membuatnya kebingungan. "Apa Mama nyembunyiin sesuatu dari Gala? Apa ada sesuatu yang nggak seharusnya Gala tau?"
Intan masih tak menjawab, sengaja bungkam agar Gala menyerah dengan segala rasa penasarannya. Nyatanya, diamnya tak membuat Gala menyerah. Justru makin membuat Gala makin ingin menyuarakan rasa keingintahuannya.
Gala teringat sesuatu. Sesuatu di masa lalu yang membuatnya tak ingin bertanya dan mengungkit kehidupan masa kecilnya dulu. Sesuatu yang Intan sembunyikan sejak dulu. Sesuatu yang ingin Gala ketahui kebenarannya dan menemukan jawaban atas semua rahasia yang disembunyikan dengan rapat itu.
"Apa ini ada kaitannya sama pertanyaan Gala waktu kecil dulu? Apa karena ini Mama jadi sampai seperti ini? Apa Gala juga nggak boleh mencari tau informasi tentang meninggalnya Tante Anna?" seru Gala dengan sedikit penekanan.
"Ma, Gala nggak mau bikin Gege jadi kayak Gala yang hidup tanpa tau kebenaran apa-apa. Gege pasti tertekan karena nggak tau alasan, penyebab, dan siapa yang sudah membuat ibunya meninggal. Gege bakal terus menyesalinya karena nggak bisa berbuat apa-apa, sama kayak Gala dulu, Ma. Dan itu pasti jadi luka paling dalam buat Gege karena dia nggak akan bisa hidup tenang ke depannya," sambung Gala menatap Intan dengan intens. "Seperti Gala sekarang, Gala nggak bisa hidup tenang karena terus terbayang-bayang pertanyaan yang masih belum diketahui jawabannya sama Gala."
"Jangan terlibat, Gal," kata Intan pelan.
"Apa Mama setega itu sama Gege? Dia sekarang hidup sendirian, Ma. Cuma Gala yang bisa bantu Gege. Dan Tante Anna kan sahabat Mama, kalian sudah dari muda bersama-sama. Kenapa Mama mendadak jadi kayak gini?" pekik Gala tak menyangka.
"Atau Mama tau sesuatu tentang kematian Tante Anna?" tanya Gala membuat Intan mendelik.
"Gal, Mama cuma takut kamu kenapa-napa. Jangan terlibat dengan kasus orang dewasa," kata Intan.
"Itu urusan Gala. Gala nggak akan ngebiarin orang-orang jahat di dunia ini hidup dengan tenang. Mereka harus menerima hukumannya."
"Gal.." seru Intan sedikit berteriak. "Tolong dengerin Mama! Kasus Tante Anna biar Polisi yang menangani, kamu cukup fokus sama sekolahmu aja. Jangan sampai kamu juga jadi sasarannya," sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I stay alive?
RandomGimana lo akan menjelaskan tentang kehidupan yang sempurna itu? Terlahir dari keluarga yang kaya? Memiliki orang tua yang utuh? Cinta sejati? Ketenangan? Atau berumur panjang? Hidup gue dinilai dengan pandangan mereka yang melihat gue sebelah mata...