Langkah sepatu itu bergesek-gesekkan pada lantai koridor sekolah. Seorang gadis dengan rambut yang menggantung sebahu itu berjalan dengan semangat menuju ke ruang guru.
Bibirnya terus mengukir senyum seolah merasa lega karena akhirnya tugasnya telah selesai. Tak ada hal yang perlu dikhawatirkannya lagi. Sepulang sekolah nanti, sudah dipastikan ia akan beristirahat dengan puas tanpa memikirkan tugas sekolah.
Gesya meletakkan buku tugasnya di atas meja Pak Edy. "Pak, sudah saya selesaikan. Saya sudah boleh pulang, kan?"
Pak Edy tersenyum. "Kerja bagus, Ge. Tapi besok jangan diulangi lagi, ya? Emangnya mau mengerjakan tugas dua kali?"
Mengingat Laskar yang menemaninya belajar dan mengajarinya membuat Gesya semakin ingin mengulangi hal yang sama. Pikirnya kapan lagi bisa berduaan seperti itu dengan Laskar.
"Saya usahakan ya, Pak?"
"Harus, Ge!"
"Siap, Pak!" Gesya seraya hormat mematuhi ucapan Pak Edy.
"Oh, iya, Ge. Gala juga tadi belum ngumpulin tugasnya. Seharusnya sekarang sudah dikerjakan. Nanti tolong bilangin Gala suruh cepat kumpulkan sebelum Bapak pulang, ya?" titahnya pada Gesya.
Gesya terkejut, lantaran tadi pagi ia melihat Gala mengumpulkan tugasnya ke depan. Bagaimana mungkin tiba-tiba laki-laki itu belum mengerjakan?
"Tapi, Pak, bukannya tadi pagi Gala udah kumpulin ke Bapak, ya?" tanya Gesya ragu.
"Memang. Tapi diambil lagi katanya salah bawa buku."
Gesya sedikit tak percaya dengan ucapan Pak Edy. Tak mungkin Gala seperti itu. Gala tipe orang yang detail dengan apa yang dikerjakannya. Tak mungkin laki-laki itu bisa lupa atau salah bawa. Gesya menyadari ada sesuatu yang aneh dengan Gala.
"Nanti saya bilangin, ya, Pak. Kalau gitu saya permisi!" Gesya melangkah kembali ke kelasnya hendak meminta penjelasan pada Gala.
Saat dirinya tiba di kelas, kelas itu sudah kosong tak berpenghuni. Padahal bel pulang baru berbunyi lima menit yang lalu. Ke mana perginya Gala? Secepat itu ia meninggalkan kelas? Gala seperti memang sengaja melakukannya. Laki-laki itu tak biasanya mendahuluinya pulang.
Gesya mencoba menuju parkiran, siapa tahu Gala masih ada di sana tengah menunggunya. Namun sampai di parkiran, tak ada sosok Gala di sana. Dari banyaknya kendaraan yang terparkir, hanya menyisakan beberapa dan motor Gala masih terlihat di parkiran. Itu menandakan bahwa Gala masih ada di lingkungan sekolah.
Gesya kembali mencari Gala ke penjuru sekolah. Berharap menemukan sosok Gala. Karena memang Gesya selalu berangkat dan pulang bersama Gala.
Terlihat bahwa Gesya tengah menahan emosinya. Ia kecapekan ketika Gala tak kunjung ketemu. Gadis itu mengepalkan tangannya seolah ingin sekali memaki dan memukul Gala jika bertemu.
Kali ini Gesya menuju kantin, tempat yang kemungkinan masih menyisakan beberapa para murid. Tempat ramai yang selalu dikunjungi. Gala pasti ada di sana, meski tak tau apa yang sedang dilakukan laki-laki itu.
Tepat saat kakinya terhenti di kantin, Gesya langsung menemukan sosok Gala yang sedang sibuk memainkan ponselnya.
Dengan kesal Gesya menghampiri. "Jenggala Pranudiptaaa!" teriaknya saat melewati beberapa meja kantin.
Gala yang fokus dengan ponselnya mendadak menoleh mendengar suara itu. Tanpa mengetahui bahwa Gesya sedang menahan rasa kesalnya, Gala dengan santai tersenyum seolah tak terjadi apa-apa. "Udah selesai tugasnya, Ge?"
Gesya menekuk wajahnya, entah kenapa senyuman Gala terlihat menyebalkan dari biasanya. "Enak ya lo main game di sini? Gue nyariin lo sampe keliling sekolah tau!" keluhnya menyilangkan dada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I stay alive?
RandomGimana lo akan menjelaskan tentang kehidupan yang sempurna itu? Terlahir dari keluarga yang kaya? Memiliki orang tua yang utuh? Cinta sejati? Ketenangan? Atau berumur panjang? Hidup gue dinilai dengan pandangan mereka yang melihat gue sebelah mata...