16

6.1K 377 167
                                    


Its literally a long chapter.

I've been in the bad mood with lots of shit happen in my life right now.. And i want some sweet words from you guys.. I've been down lately .. :(

Well, here's the update. I hope you guys enjoy. Sorry for the nc chapter, I could write it better but just let it be like that for now..

Happy reading!




***

Sebagian dari dirinya berteriak memintanya untuk segera mendorongnya menjauh namun dia juga tidak dapat menyangkal bahwa saat ini dirinya tengah berbagi hasrat sama yang begitu langka dan kuat sehingga menenggelamkan semua pemikiran yang koheren dalam otaknya. Night tidak bisa memikirkan hal lain kecuali bagaimana tangan north terasa hangat di kulitnya, bagaimana mulutnya meninggalkan jejak kesemutan di semua tempat ia mendarat. Tangannya yang sedikit kasar dan panas itu mengusap punggungnya yang telanjang. 

North melepas ciuman mereka, membuat night secara tak sadar mengerang sebagai protes. Saat night mengira semuanya hanya berakhir di sini, ternyata dia salah karena north sekarang menciumnya lagi, menyusuri setiap pipinya sampai ke telinga kirinya. Night menggigil saat lidah north melesat ke depan, menelusuri setiap lekukan dan garisnya, diakhiri dengan sebuah gigitan pelan yang membuatnya mengerang pelan.

Seniornya ini ADALAH seorang ahli dalam melumpuhkan tingginya tembok yang ia bangun. Bagaimana bisa dia merasa begitu.  .  .  tenggelam dalam lautan gairah ketika mereka hanya saling berciuman? Dan bagaimana bisa sentuhan tangannya selalu meninggalkan rasa panas pada kulitnya, tapi.. dia tak mau sensasi itu hilang darinya. Semakin panas sentuhannya semakin ia merasa ketagihan.

Tangan night mencengkram belakang kepala north sembari meremas rambutnya saat seniornya itu mulai menciuminya ke bawah ke sisi lehernya sementara jari telunjuknya dengan ringan menelusuri tulang punggungnya.  "Beautiful...," gumam north. Tapi night tidak mendengarnya.  Darahnya yang hangat dan panas berdebar kencang sehingga hanya itu yang bisa night dengar. 

Perlahan, night merasa dirinya didorong ke lantai. Saat kulitnya pertama kali bersentuhan dengan lantai yang dingin, sebagian dari pikirannya yang koheren kembali menyadarkannya. Dia membuka matanya dan mendorongnya menjauh. Dia akan menyemburkan semua kata-kata marah ketika dia melihat raut wajah north yang masih berada dekat di atasnya. Ada pandangan bingung, frustasi, marah, sakit dan memohon bercampur aduk dalam sorot matanya. Tidak, itu bukan tampilan kesakitan yang sederhana. Itu adalah penderitaan yang melampaui kata-kata.

"Please" gumamnya parau.  "I need you."

Kelembutan di mata dan suaranya yang serak itu menghentikan night untuk mengatakan apa pun. Ditambah lagi, dia tidak pernah berpikir seseorang yang sombong, seksis, dan sebangga dia bisa mengatakan kata tolong. Bisa memelas kepadanya.

Tentu saja, alkohol bisa mendorongnya untuk mengucapkan kata itu dengan nada lembut dan putus asa. Batin night masih berusaha untuk bertarung. Dia harus mengatakan tidak;  dia harus menghentikan kebodohan ini, momen kebodohan dan kecerobohan ini. Dia tidak boleh jatuh pada perangkapnya lagi, dia tidak bisa membiarkan senior cabul nya itu menjamah tubuhnya lagi. Dia sudah merelakan kesuciannya, first time nya, dengannya. Dan dia tidak bisa membiarkan tubuhnya direnggut lagi oleh north.

Namun di sisi lain, north tidak melakukan apapun selain menatapnya dengan tatapan lembut memberinya waktu untuk berpikir dan tenang.

Napas night tercekat saat tatapannya, dengan sendirinya, turun ke bibir seniornya yang sedang menunggu dirinya. Mulut dan tenggorokannya tiba-tiba terasa sangat kering sehingga dia merasa perlu menelan dan menggerakkan lidahnya di sepanjang mulutnya. Kutuklah tubuhnya karena bereaksi begitu sembrono hanya dengan melihat bibirnya. Dia tahu bahwa dia juga hina, merindukan sentuhannya, ciumannya dan bohong baginya jika dia tidak mengakui bahwa pria di depannya ini memang sudah memiliki suatu efek cukup besar di hidupnya.

TRY ME!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang