FS • 1

595 62 0
                                    

Firegious Sanguis


____________________

Happy Reading

____________________

FS • 1
•• PLAN ••


"Tuan, persiapan kita sudah hampir sempurna."

Seorang pemuda terlihat berdiri ditengah-tangah sekumpulan orang yang membentuk setengah lingkaran. Ia duduk dengan kaki yang terangkat dan di letakkan di kaki yang lain. Duduk dalam posisi tegap dan kedua tangan ditempatkan pada kiri kanan sofa. Baginya, sikap sangat berkaitan erat dengan kehormatan. Dan di sinilah dia, dikelilingi oleh orang-orang yang bahkan siap mati demi membantu dirinya yang seorang kelahiran darah campuran meraih salah satu ambisi terbesar. Oh, tidakkah itu menyenangkan? Bukannya ia bangga dengan status darahnya, tapi ia tidak pernah meminta bantuan mereka. Jangankan untuk meminta, membicarakannya saja ia tidak pernah. Tidak sebelum mereka semua yang merangkak dengan senang hati.

Dan ini adalah saat yang tepat untuk melebarkan sayap. Grindelwald, penyihir hitam yang saat ini tengah menggemparkan dunia sihir karena memercikkan api di tengah minyak. Kabar yang ia dengar adalah bahwa Grindelwald berniat menghabisi semua Mudblood karena mereka di anggap bisa menjadi ancaman bagi para penyihir. Dan seperti semboyan yang di ciptakan Grindelwald 'Untuk kebaikan yang lebih besar'. Banyak penyihir pureblood yang mengikuti langkah Grindelwald bahkan Tom sendiri menyetujui gagasan itu mengingat Salazar Slytherin yang merupakan kakek buyutnya juga bercita-cita menjauhkan bahkan kalau bisa memusnahkan para Mudblood dari dunia sihir.

Tapi lihatlah, sementara Grindelwald mengacaukan dunia sihir. Ia justru berada di ruang kebutuhan bersama para pengikutnya yang tengah mempersiapkan diri. Ini adalah tahun terakhir di Hogwarts. Dan ia akan memanfaatkan hal itu sebaik mungkin. Grindelwald dikabarkan belakangan ini semakin tidak terkendali. Dunia sihir mengharapkan Pak-Tua-Dumbledore-yang-hebat untuk mengalahkannya. Tapi yang mereka dapatkan hingga saat ini hanyalah ketidakpastian karena Dumbledore bahkan sepertinya takut pada Grindelwald. Dan inilah saat yang tepat untuk dunia sihir melihat kehebatannya.

"Kita akan berangkat tepat saat liburan natal dimulai," ujar Tom dengan tegas lalu berdiri dan pergi meninggalkan tempat pertemuan mereka.

Sepanjang perjalanan menuju asrama ketua murid, pikirannya di penuhi segala macam siasat untuk mencari jalan keluar lain jika rencananya gagal. Yeah, sebetulnya itu tidak perlu terlalu di pikirkan karena ia sendiri merasa rencana mereka sudah berhasil sekitar sembilan puluh persen. Masalah yang masih terpikirkan olehnya adalah fakta bahwa Grindelwald adalah seorang Seer. Terbukti ketika kejadian Macusa, di Amerika yang mana Grindelwald bisa melihat seorang bocah laki-laki mampu mengungkapkan identitas dunia sihir kepada Muggle dan memperdayanya. Yang jelas, Grindelwald dapat melihat masa depan dari orang-orang tertentu yang ingin dia lihat.

Pemikirannya tertunda ketika mendapati ia sudah berada di depan asrama ketua murid. Terkadang dirinya merasa sangat kesal dengan jabatan ketua murid. Tidak pernah sekalipun ia berniat untuk melakukan semua hal melelahkan ini. Tapi baiklah, ia hanya harus menjadi lebih kuat dan terus melakukan akting ini dengan baik. Setidaknya, Tom mendapatkan kamar dan fasilitas yang bagus hanya untuk dirinya sendiri. Baiklah terjemahan, kamar sendiri dan fasilitas yang diharuskan berbagi dengan partner ketua muridnya. Ia benci berbagi, itu mengingatkannya dengan tempat menjijikan di dunia Muggle. Otaknya tidak pernah berhenti memikirkan mengapa ibunya bisa jatuh cinta pada seorang Muggle?! Merlin, darah murni Slytherin telah tercampur dengan kotoran yang hina seperti itu, dan betapa dia membenci kenyataan bahwa hal kotor hina yang menjijikan itu ada dalam tubuhnya.

Juga partnernya, sungguh, mengapa di dunia ini, dari sekian banyak perempuan yang ada, dia tidak pernah sekalipun menemukan perempuan yang bersikap normal. Meski normal dalam sudut pandangnya berbeda dengan normal dalam sudut pandang orang lain. Sejauh ini, perempuan yang ditemuinya adalah perempuan yang idiot. Bagus, sekarang Tom mengungkapkan semua keburukan perempuan dalam satu kata.

"Hai, Tom."

Tom berusaha menekan sihirnya yang mulai berderak liar, "selamat malam, Miss. Anderson."

Ia tersenyum ke arah perempuan itu dengan sedikit menganggukkan kepala. Dan coba lihat apa yang terjadi pada idiot itu, dia tersenyum dengan mata yang berbinar. Oh Merlin, batinnya sambil menarik nafas. Menjadi orang tampan sedikit merepotkan.

"Jadi, apa kau sudah selesai berpatroli, Tom?" Tanya Anderson

Ia berusaha mempertahankan topeng ramah serta senyum di wajahnya. Meski sedikit sulit untuk mencegah dirinya tidak memutar bola mata karena pertanyaan bodoh gadis itu.

"Tentu saja aku sudah selesai. Bukankah aku sudah berdiri di sini? Di hadapan mu?" Jawab Tom tenang meski sarkas sedikit menetes.

Dan gadis itu terkikik menjijikan. Sungguh, sekali lagi, hanya untuk memperjelas bahwa gadis itu terkikik atas hinaan yang ia lontarkan. Oh, tentu saja, gadis itu jelas tidak menyadari hinaan yang terselip dalam kalimatnya. Merlin, bagaimana bisa ia tinggal satu asrama dengan gadis bodoh ini.

"Baiklah Miss. Anderson ak--"

"Tom, panggil aku dengan nama depan ku. Dellaine. Kita adalah partner Tom. Sampai kapan kau ingin memanggil ku menggunakan nama-"

Cukup. Pikir Tom kesal. Cahaya kuning terlihat melesat ke arah wanita itu dan seketika saja tubuhnya terjatuh ke lantai. Senyum licik terlukis di wajah tampan Tom. Menyenangkan sekali bukan, jika kau bisa melakukan sihir tanpa tongkat dan non-Verbal? Tapi sayang sekali karna ia hanya bisa melakukan sihir tanpa tongkat untuk mantra-mantra dasar yang sederhana dan tidak terlalu sulit. Seperti yang baru saja ia gunakan pada partnernya. Itu hanya mantra Stupefy yang akan membuat korban jatuh pingsan.

"Dan satu hal lagi," Ucapnya seraya mengeluarkan tongkat putih pucatnya. Sejauh ini ia adalah satu-satunya murid yang memiliki tongkat berwarna putih seperti ini. Sementara tongkat murid lain didominasi oleh warna coklat kehitaman. Mungkin terkesan berlebihan tapi warna tongkatnya cukup meyakinkan bahwa ia memang berbeda dari yang lain.

"Obliviate," Gumamnya dan mengarahkan tongkat ke gadis itu untuk memodifikasi ingatannya. Mana mungkin Tom akan membiarkan Anderson mengetahui dan mengingat bahwa dia lah yang menyerang. Meski hanya mantra sederhana tapi, ayolah, Anderson tidak lebih dari seorang gadis manja menjijikan yang bahkan tidak bisa menangkis kutukan. Awalnya ia berniat meninggalkan 'partnernya' tergeletak di lantai, tapi mari buat semua ini terlihat alami. Jadi, ia mengangkat tubuh gadis itu -menggunakan tongkat- dan membaringkannya di sofa.

"Bagus," sarkasnya karena telah membuang-buang waktu. Seharusnya saat ini dia sudah berada di kamar lebih tepatnya di atas ranjang dan tertidur pulas. Bukan malah mengurusi gadis manja seperti ini.

Ia melangkah untuk berjalan ke tangga kamarnya, "Salazar, aku akan gila jika harus bertahan enam bulan lagi dengan gadis banshee itu," Gumam Tom frustasi sebelum membuka pintu kamar lalu mendorongnya keras hingga tertutup. Ia langsung berbaring di ranjang, tidak peduli pada seragam yang masih lengkap beserta jubah panjang yang melekat. Singkat saja, ia terlalu lelah bahkan hanya untuk mengganti pakaian.

"Salazar aku benci Godric," Tom berdesis kesal. Ia segera melambaikan tongkat dan sekejap saja seragam lengkapnya sudah digantikan oleh piyama. Lain kali ingatkan bahwa aku seorang penyihir, pikirnya. Darah Muggle idiot yang mereka sebut sebagai ayahnya terkadang membuat Tom lupa bahwa ia bisa melakukan banyak hal dengan sihir. Bagus, apakah hal itu berpengaruh? Tidak, kau hanya harus diam dan tertidur, batinnya.

'Satu dari dua selalu bersamanya. Tempat dimana matahari tidak dapat meneranginya. Yang pertama akan menjadi yang terakhir. Temukan keyakinan dan cobalah untuk berfikir. Akan kau temukan yang kau cari. Asal tidak ada yang menyadari.' 

____________________

-TBC-

Firegious Sanguis √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang