Chapter 3

2.5K 109 26
                                    

Guys yuk vote, jangan cuma jadi silent reader ya!

Happy reading!✨


Jam sudah menunjukan pukul 8 pagi, Jisoo sudah bangun dan bersiap-siap untuk berangkat ke kantornya. Bekerja sebagai Sr. Account Manager di salah satu Perusahaan Hospitality Ibukota membuatnya diliputi dengan pekerjaan yang menumpuk.

Jisoo dengan cepat menggunakan skin care dan make up tipisnya serta tak lupa memakaikan foundation di area leher untuk menutupi bekas semalam. Berdiri mencari pakaian yang pas untuk dipakai di musim kemarau dan cuaca panas Jakarta, kini pilihan Jisoo jatuh kepada mini dress kotak kotak dan atasan short shirt warna coklat yang sangat menyatu baik dengan kulit putihnya.


"Kenapa pake pakaian minim bahan kaya gitu sih?" celetuk Seokjin yang kini berjalan keluar dari kamar mandi dan memandangi pakaian Jisoo dengan tatapan sinis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa pake pakaian minim bahan kaya gitu sih?" celetuk Seokjin yang kini berjalan keluar dari kamar mandi dan memandangi pakaian Jisoo dengan tatapan sinis.

Jisoo hanya membolakan matanya malas, "Kenapa sih? biasanya juga pake kaya gini kalo pergi ke kantor."

"Ganti jis, pake celana panjang aja biar lebih nyaman juga kan?"

Jisoo tak mengindahkan perkataan Seokjin dan tetap melanjutkan aktivitasnya. Merasa dihiraukan, Seokjin pun merampas paksa make up yang berada di tangan Jisoo sembari tangannya melucuti paksa rok yang ia kenakan. 

Melihat itu pun membuat Jisoo naik pitam dan ia mencoba mendorong tubuh Seokjin secara kasar. Walaupun Jisoo seorang perempuan, jangan remehkan tenaga kuatnya.

"Apa sih jin, lo tau kan gue ga suka diatur atur apalagi masalah pakaian!"

"Oh lo udah berani bantah ya! lo tau kan jis apa yang bakal gue lakuin kalo lo bantah gue?"

"Kenapa? Lo mau apa? nyetubuhin gue? gitu aja terus, yang ada di otak lo cuman sex sex dan sex. Gue muak jin, ga usah bertindak seakan akan lo pacar ataupun suami gue yang bisa ngelarang gue ngelakuin ini itu. Lo lupa kalo lo pernah bilang we're just friends, right? Jadi lo ga berhak ngelarang gue." teriak Jisoo ke arah Seokjin dengan memperlihatkan urat lehernya karena dilanda emosi yang sudah memuncak. 

Mendengar perkataan Jisoo membuat Seokjin makin naik pitam dan tangannya bergerak melayang ke pipi Jisoo dengan cukup keras hingga suara khas tamparan itu terdengar sangat nyaring dan miris bagi siapapun yang mendengarkannya. 

Sakit dan sangat perih, itu yang dirasakan Jisoo saat ini.

Jisoo pun meringis dan perlahan air matanya menetes. Rasa sakitnya melebihi apa yang ia bayangkan, tidak, ini sangat sangat sakit. Jisoo tidak suka dikasari. Coba katakan siapa di sini yang suka laki-laki kasar? Tidak ada bukan?

Seokjin yang sudah sadar akan perbuatannya pun langsung menghampiri Jisoo dan merengkuh tubuhnya ke dalam pelukannya. Merutuki kebodohan yang sudah diperbuat dengan penyesalan yang datangnya selalu terlambat.

My Dear Friend | JinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang