Chapter 23

1K 81 31
                                    

Guys yuk vote, jangan cuma jadi silent reader ya!

Happy reading!✨


"Misi mba, mau beli test pack." ucap Jisoo kepada apoteker yang sedang bertugas.

"Mau test pack yang jenis apa kak?" Jisoo menggarukan kepalanya yang tidak gatal.

Jika boleh jujur ini adalah pertama kali baginya untuk membeli barang seperti ini dan tadi pagi pun ia juga tidak sempat untuk mencari informasi ataupun melakukan riset mengenai brand terbaik dari barang tersebut.

"Mm adanya apa aja ya mba?" tanyanya dengan nada ragu. 

"Ada strip, digital, atau yang cassette test, untuk brandnya ada variasi dari sensitif, akurat, atau incinta." jawab sang apoteker seraya tangannya mengeluarkan test pack dari lemari kacanya kepada Jisoo. 

Setelah melihat deskripsi dari masing-masing test pack, akhirnya Jisoo melabuhkan pilihannya. "Mau yang strip aja mba, mereknya akurat satu ya," Sang apoteker mengangguk paham dan mengambil pesanan yang diminta oleh Jisoo dan membungkusnya ke dalam plastik.

"Ada lagi yang dibutuhin, kak?" tanya sang apoteker ketika ia sedang menuliskan barang yang Jisoo beli ke dalam nota. Jisoo hanya menggelengkan kepalanya. "Ngga mba, itu aja." 

"Baik, totalnya 23.500 ya, kak." Jisoo langsung mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikan uang pecahan lima puluh ribu kepada sang apoteker. 

Setelah memberikan kembalian, sang apoteker langsung menyerahkan barang Jisoo seraya mengucapkan terima kasih dengan nada sopan dan hanya diberi anggukan kecil oleh Jisoo sebagai respon. 

Lantas, Jisoo langsung menarik kenop pintu dan keluar mencari udara segar Jakarta di pagi hari. Tidak terasa hari ini adalah hari sabtu, itu artinya Jisoo memiliki waktu luang untuk dirinya sendiri. Setidaknya, cuaca hari ini tidak terlalu buruk untuknya berjalan-jalan disekitar komplek apartemen.

Jangan tanya mengenai kelanjutan hubungannya dengan Seniornya. Setelah perdebatan semalam,  Jisoo  benar-benar tidak mempunyai alasan lain selain membohongi seniornya. 

Sejujurnya, Jisoo sendiri masih tidak yakin apakah dirinya kini tengah mengandung atau tidak, tapi sepertinya tidak ada cara lain selain mengatakan jika dirinya sedang hamil agar Haein bisa bergerak mundur. 

Flashback on

"Kak sorry. Aku bener bener ga bisa terima ini." 

Jisoo menghadapkan tubuhnya ke arah Haein dan menatap lekat manik mata laki laki berlesung pipit dihadapannya.

"Karena aku hamil anak Seokjin."

Haein tersentak tak percaya, bagaimana mungkin? Jisoo sendiri yang mengatakan kepadanya jika hubungannya dengan Seokjin hanya sebatas hubungan sepupu. Itu artinya mereka masih ada ikatan darah satu sama lain.

"Jis, please tell me — kamu cuma bicara omong kosong kan?" tanya Haein dengan suara beratnya menahan rasa kecewa di dalam dirinya.

Jisoo menggeleng pasti untuk meyakinkan, "Nggak kak. Aku bener lagi hamil anaknya Seokjin." tegasnya lagi dengan menatap netra hitam seniornya.

"Maaf, karena aku udah ngebohongin kamu sebelumnya. Aku sama Seokjin sama sekali ga ada hubungan darah dan ya, udah tiga bulan ini aku tinggal bareng dia di sini." lanjutnya lagi.

Haein hanya menatap kosong ke arah Jisoo, ia sungguh tidak tahu harus bagaimana. Hatinya hancur mengetahui fakta ini.

"Kamu seharusnya bilang ke aku dari awal, Jis." ucap Haein dengan sedikit menundukan pandangannya dan tangannya meremas kemudi mobilnya. 

My Dear Friend | JinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang