Chapter 8

1.9K 90 19
                                    

Guys yuk vote, jangan cuma jadi silent reader ya!

Happy reading!✨


"Halo ma?"

[...]

"Oke, kita kesana nanti."

Bersahabat selama 15 tahun tentu bukan lah waktu yang singkat, bisa dibilang Seokjin dan Jisoo menghabiskan setengah umur mereka dengan tumbuh bersama, tentunya persahabatan mereka juga mengeratkan hubungan kedua orangtua mereka.

Seperti malam ini, mama Seokjin menelpon anak sulungnya datang ke rumah untuk makan malam bersama mumpung kini anggota keluarga mereka dengan formasi yang lengkap.

 Walaupun hubungan Seokjin dan Ibu Tirinya awalnya sangat canggung, namun karena ketulusan dan kasih sayang seorang Erina membuat Seokjin akhirnya dapat menerima presensi Ibu Tirinya dengan baik.

Setibanya di kediaman orangtuanya, Seokjin langsung memencetkan bel rumah. "Oh bang Seokjin? Ayo masuk mama sama papa udah nunggu di dalem." sapa pekerja kepercayaan keluarga Seokjin ramah yang bernama Bi Inah.

Bi Inah adalah salah satu pekerja senior di rumah keluarga Adhyaksa. Bi Inah bahkan sudah bekerja pada saat Seokjin umur 6 bulan, bisa dibilang Seokjin tumbuh dengan kasih sayang seorang Bi Inah karena baik Papa maupun Mama Seokjin adalah orang yang sibuk dan tidak memiliki waktu untuk Seokjin. 

Jadi jangan heran jika Seokjin bisa begitu dekat dengan beliau. Bahkan mungkin rasa sayang Seokjin kepada Bi Inah ini lebih besar daripada rasa sayangnya kepada kedua orangtuanya.

Seokjin memeluk hangat tubuh Bi Inah yang sudah menjadi kebiasaanya sejak dulu. "Malem bi, apa kabar?"

"Baik bang." jawab Bi Inah dengan tersenyum hangat sembari tangannya membalas pelukan Seokjin dan mengusap punggung Seokjin pelan.

Terlahir dari keluarga sendok emas sedari kecil tidak menjadikan seorang Adhyaksa Seokjin Pratama sebagai orang yang sombong. Justru bagi Seokjin, kekayaan harta tidaklah penting jika ia tidak merasakan kenyamanan di dalam rumah. Tanpa ia sadari, kehadiran Jisoo dan Jungkook di dalam hidupnya dapat memberikan makna 'rumah' yang sesungguhnya.

"Sayang." sapa sang Erina kepada kedua putra kesayangannya dengan senyum sumringah.

"Apa kabar ma?" tanya Seokjin dengan mencium tangan sang mama.

"Baik bang, seneng deh akhirnya bisa kumpul komplit gini."

Jungkook berdehem karena sedari tadi mamanya hanya fokus kepada abangnya dan menghiraukan keberadaanya. Tipikal Jungkook akan merasa kesal jika dia tidak mendapatkan atensi dari orang orang sekitarnya.

"Jungkook di sini ma."

"Hahaha dasar anak bontot, sini nak." ucap sang mama dengan merentangkan kedua tangannya tanda meminta pelukan dari anak bungsu kesayangannya.

Jisoo yang melihat adegan itu pun merasa hatinya menghangat. Sejujurnya Jisoo sedikit iri dengan keluarga Seokjin, Jisoo terkadang bertanya kepada dirinya sendiri bagaimana rasanya memiliki keluarga utuh yang saling menyayangi satu sama lain? 

Banyak orang bilang jika 'setelah hujan pasti akan ada pelangi' tetapi kenapa Jisoo merasa kehidupannya hanya dipenuhi dengan awan hitam yang selalu menutupi kebahagiaannya?

"Astaga, Jisoo kamu juga datang nak? Sini sayang." Jisoo pun menghampiri Mama Erina dan membalas pelukan wanita yang sudah dianggap seperti mamanya sendiri.

"Halo ma, apa kabar?" balas Jisoo dengan posisi masih berpelukan dengan sang mama.

"Baik sayang, kamu gimana kabarnya hm? Lama banget ga mampir ke rumah."

My Dear Friend | JinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang