Chapter 15

1.5K 89 38
                                    

Guys yuk vote, jangan cuma jadi silent reader ya!

Happy reading!✨


"Divisi aku jadi dimutasi, aku bakal ke Bali." celetuk Jisoo tiba tiba ketika ia merasa deru nafasnya sudah kembali normal

Dan ya disini lah mereka berada, di sebuah kamar Deluxe King Hotel Fairmont dengan pemandangan kota Jakarta yang bisa mereka lihat dari arah balkon. Meninggalkan pesta pernikahan Suho dan Irene begitu saja setelah perdebatan panjang yang mereka lalui sebelumnya. Kini baik Seokjin dan Jisoo mengakhiri adu mulut itu di atas ranjang dan menutup tubuh polos mereka di bawah selimut.

Seokjin terdiam sejenak dan mendudukan dirinya di headboard kasur "Kapan?" hanya itu pertanyaan singkat yang keluar dari mulutnya

"Mulai per-Q2, Juni akhir udah packing terus first day of work per Juli, sekarang aku udah mulai sibuk handover kerjaan." Seokjin hanya berdehem tapi otaknya masih ramai dengan banyak suara

"Terus mami juga ikut ke Bali?"

"Mami udah aku tawarin tapi katanya udah nyaman tinggal di sini, jadi yaudah aku juga ga bisa maksa kan?"

"Emangnya mutasi ke Balinya cuma divisi kamu doang?"

"Ya engga, ada beberapa divisi lain yang juga ikut dimutasi, karena emang headquarter perusahaan aku lagi ngurangin orang yang di Jakarta."

"Haein juga ikut dimutasi ke Bali?" tanya Seokjin tiba tiba dan Jisoo yang tadinya masih memejamkan matanya dengan posisi terlentang ke depan kini melirik ke arah Seokjin dan ikut menyamakan posisinya seperti Seokjin yang duduk di headboard ranjang.

"Ya emangnya kenapa kalo kak haein juga ikut dimutasi?"

"Jadi dia juga bakal stay kerja di Bali kaya kamu?" Jisoo hanya mengangguk kecil

Seokjin terdiam sejenak, pikirannya terlalu rumit dan saling beradu. "Emang apa baiknya si Haein itu sih?"

Jisoo menatap ke arah Seokjin dengan kening berkerut "Kenapa sih tiap kita ngobrol sekarang jadi nyeret nyeret nama dia?" balas Jisoo dengan nada kesal

"Ya katanya kamu bilang lagi masa pendekatan sama dia kan? Emang dia mau sama kamu kalo tau kamu bekas aku? Kamu yakin dia bisa tau titik sensitif nikmat kamu?"

"Kayak gini." sembari tangannya bergerak meremas bongkahan dada polos dan menempelkan bibirnya di balik daun telinga Jisoo dengan menghisap, menjilat dan memberikan kecupan basah lalu mulutnya turun ke bawah untuk menyusu dan tangannya ia masukan ke dalam milik Jisoo yang masih terasa basah dibawah sana.

Jisoo melenguh menerima sentuhan dari Seokjin yang memang benar jika hanya Seokjin yang tahu dimana letak sensitif tubuhnya.

Seokjin bergerak untuk mendekatkan tubuh Jisoo kedalam pelukannya sembari tangan kanannya menyibakan rambut berantakan Jisoo ke belakang sela sela telinganya dan sesekali mengecup kening dan ubun ubun Jisoo lembut. 

Jisoo hanya memejamkan matanya, melingkarkan tangannya ke pinggang Seokjin dengan kepalanya yang ia sandarkan di dada bidang sang pria yang terasa sangat nyaman. 

"Dia tau ga kalo hobi kamu suka desahin nama aku kenceng banget kalo kita lagi main? Apalagi kalo kamu udah minta aku buat gerakin lebih cepet lagi."

"Seokjinh yes please, faster aah." lanjutnya lagi dengan menirukan kebiasaan Jisoo ketika mereka sedang bermain.

Jisoo melirik Seokjin tajam – for pete sake Seokjin terlihat sangat menyebalkan sekarang.

"Kamu kan ga tau punya dia kaya gimana? Kalo dia penyakitan gimana? Bisa jadi kan punya dia udah impoten? Mending aku udah berkali kali tojos kamu dan dijamin keperkasaannya."

My Dear Friend | JinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang