Chapter 29

811 75 26
                                    

Guys yuk vote, jangan cuma jadi silent reader ya!

Happy reading!✨


Sudah ketiga kalinya Jisoo harus bolak balik kamar mandi pagi ini. Tidurnya tidak tenang karena ia terus terbangun di jam satu, tiga hingga sekarang jam enam pagi.

Seokjin yang mendengar Jisoo muntah-muntah itu pun berjalan ke kamar mandi dan mengurut tekuk dan mengelus punggung kekasihnya lembut yang masih terus muntah walaupun hanya air yang dikeluarkan.

"Pusing ngga, Sayang?" tanya Seokjin lembut sembari tangannya masih mengelus punggung wanitanya.

Jisoo hanya menggelengkan kepalanya sebagai respon. "Ya udah, kita nanti check up ke Dokter Ciara lagi ya?" lagi-lagi Jisoo hanya mengangguk sebagai respon.

Jisoo langsung membasuh wajahnya dengan air dan Seokjin membantunya untuk mengambilkan handuk kecil untuk kekasihnya. Sejujurnya, Seokjin tidak tega melihat wajah lemas wanitanya yang kini terlihat pucat pasi.

Setidaknya di awal-awal kemarin Seokjin bisa merasakan bagaimana menderitanya morning sickness, walaupun ia tidak bisa merasakan seluruhnya. Tapi setidaknya itu sudah membuat Seokjin untuk tidak bertindak seenaknya terhadap orang hamil.

"Aku nanti check up sendiri aja."

"Ngga, aku anter," sanggah Seokjin dengan cepat. "Emang kamu ga kerja?" tanya Jisoo heran. Pasalnya Seokjin sudah beberapa kali ijin dan mengambil jatah cutinya. Jisoo hanya tidak ingin pekerjaan Seokjin menjadi sedikit keteteran karenanya.  

"Aku bisa ijin nanti." Jisoo hanya menghela nafasnya panjang. "Kamu kemaren udah cuti loh? Aku bener bisa check up sendiri kok, jadi kamu ga u—"

"Ya kenapa sih kalo aku yang mau nganterin kamu?" sela Seokjin dengan nada kesal.

Jisoo menangkup wajah Seokjin dengan kedua tangannya, mengelus pipinya lembut. "Aku gapapa, Sayang," ucapnya meyakinkan dengan nada lembut. "Ini tuh gejala morning sickness aja, kamu ga usah khawatir, ya? Apalagi sampe ijin ke kantor." 

Seokjin sudah bersiap untuk bersuara namun Jisoo memotongnya lebih cepat. "Emang kamu ga kasian sama temen kamu yang gantiin kerjaan?"

Laki-laki itu menghela nafasnya berat, memejamkan matanya untuk menenangkan dirinya sejenak sebelum kembali merespon. "Ya udah, tapi jangan lupa ngabarin aku apapun itu, oke?" Jisoo tersenyum simpul seraya tangannya beralih mengusap surai hitam legam kekasihnya lembut.

"Iya, Sayangku." Seokjin tersenyum sembari tangannya meraih pinggang ramping kekasihnya, membawanya ke dalam dekapannya.

Sejak Jisoo berbicara kepada Tiffany masalah kehamilannya, Tiffany sangat senang mendengar kabar kehamilannya dan langsung memberi keringanan untuk bisa bekerja secara WFH sebanyak dua kali dalam seminggu. Sisanya Jisoo tetap harus berangkat ke kantor.

Tentunya nanti jika sudah mendekati hari kelahiran, Jisoo akan mendapatkan cutinya lagi sebanyak 90 hari, hal ini sesuai berdasarkan UU. Ketenagakerjaan Pasal 84, No 13 Tahun 2003.

Seperti hari ini, Jisoo menggunakan hak kerja WFH nya untuk pergi check up ke dokter kandungan karena terakhir kali dirinya pergi check up sudah satu bulan yang lalu, ketika ia memeriksakan kepastian kehamilannya bersama Seokjin.

Setelah ia terbangun karena perutnya yang mual, kini Jisoo lebih memilih untuk berkutat di dapur flat apartemen Seokjin untuk menyiapkan sarapan pagi dan bekal kantor kekasihnya.

Ya, baik Seokjin dan Jisoo kini masih tinggal bersama di flat apartemen sang pria. Jisoo juga sudah tidak memperpanjang kontrak apartemennya dan ia sudah resmi pindah tinggal di apartemen milik Seokjin sejak seminggu yang lalu tanpa sepengetahuan kedua orangtua mereka tentunya.

My Dear Friend | JinsooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang