Ch 3

956 124 4
                                    

  Setelah hari itu,aku belum pernah lagi ke cafe poirot. Alasannya? Sederhana, aku super duper malas. Bukan berarti aku tidak mau ketemu karakter DC,jangan salah paham. Tapi aku harus menata rapi dulu mentalku dan hatiku, takut jangan sampai aku kehilangan kendali. Dan alhasil, aku terus menerus di rumah....... Rebahan. Dan berujung pada malas ... Yg berakhir dengan super duper malas.

  Aku pun keluar rumah,sekedar mencari angin. Kebetulan, sepertinya temanku sedang kesulitan, jadi aku membantunya mencari solusi lewat ponsel. Aku berjalan tanpa arah sambil menelpon temanku itu.

Aku senggang? Tidak, menjadi guru juga cukup sibuk. Tapi aku lebih suka mengerjakan semua tugasku dulu baru bermalas-malasan atau berleha-leha.

.
.
.
.
.
.
.

  Hari sudah mulai sore. Matahari mulai terbenam, sehingga langit yg tadinya berwarna biru kini berwarna oranye. Cukup indah, pikirku. Berarti ini tanda langit mulai menunjukkan bintangnya setelah langit yg berwarna oranye berubah menjadi gelap.

Ihk..! Aku benci basa basi, tapi malah terus basa basi.

Ok. Acuhkan yg diatas.

Aku menutup ponsel lipatku, menghela nafas pelan, lalu mendongak ke atas menatap langit. Lama aku memandang ke atas, menikmati momen-momen langit saat ini

'Indah'

Itu berarti sudah mau malam. Astaga, berapa lama aku telponan? Dan ada di mana aku..?

Aku sadar,ini bukan lingkungan kompleks ku. Aku tidak tersesat kan..?

"... Are..? Shinomoto-sensei?"

Huh? Aku merasa dejavu.

Aku menoleh ke sumber suara. Aku menemukan seorang gadis kecil, berambut blonde strawberry, dan memiliki mata berwarna hijau.. lebih ke emerald..?

Oh! Karakter Favoritku juga!

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, tetap dalam bertatapan mata dengannya. Memeriksa apa ini bukan halusinasi atau bukan. Si gadis juga menatapku bingung, mungkin karna aku.

"... 'imut'" ahk! Kenapa harus selalu kata itu yg keluar di benakku, syukur tidak kuucapkan secara langsung.

"Ah, Ai-kun" sadarku.

Akhirnya aku memutuskan, tidak mungkin halusinasi.

"Apa yg sensei lakukan di sini? Dengan.. bir..?" Ai melirik tangan kananku

Karna kelamaan ngobrol panjang lebar dengan temanku di telpon,aku haus, jadi aku beli bir dingin.

"Ceritanya panjang.." jawabku lembut, tersenyum dengan kedua mata yg menyipit.

"Ngomong-ngomong, Ai-kun, daijoubu?" Tanyaku mengalihkan topik

"Hm?"

Ai sedang membawa banyak belanjaan yg dibungkus menjadi satu kantong. Dia mengangkatnya sendiri, dengan tubuh/tangan kecilnya.

Tidak sebesar yg kalian bayangkan kantongnya.

"Sepertinya itu cukup berat, butuh bantuan?"

Ai menggeleng pelan, "iie, aku baik-baik saja membawanya sendiri."

Aku mendekatinya seraya melempar kaleng bir ku ke arah tong sampah terdekat. Dan sekali lempar langsung masuk. Lucky!

"Kau yakin, tidak butuh bantuan? Sensei bisa membantumu, soalnya sensei sedang senggang~"

Ai menggeleng lagi, lalu ia tersenyum, "Terima kasih atas tawarannya, sensei."

Entah kenapa, Ai yg seharusnya menjadi karakter DC yg sulit didekati, aku justru malah bisa berbicara santai dengannya seperti ini. Ini bukan yg pertama kalinya.

Desire... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang