Ch 7

875 110 7
                                    

Author POV End:

.
.
.

Saat ini aku bersama Conan sedang bersama di dalam sebuah cafe. Ini bukan cafe Poirot. Aku memilih cafe langgananku saat aku kuliah. Cafe ini memang tidak populer, tapi memiliki pelanggan setia yg masih sering datang. Tempatnya bagus untuk dijadikan diskusi penting. Sepi pengunjung dan nyaman.

Ngomong-ngomong aku dan Conan memesan milkshake coklat. Menu di sini kebanyakan tentang kopi dan makanan pencuci mulut, sekaligus berbagai minuman seperti milkshake ini contohnya.

Kebetulan hari ini suasana cafe lebih sepi pengunjung dari pada biasanya. Hanya 2, jadi 4 di tambah aku dan Conan. Suasananya juga berbeda dengan cafe poirot. Di sini lebih ke nuansa cafe tua. Karna memang sudah lama didirikan.

"Conan-kun, jadi.. apa yg terjadi setelah kau pulang..?" Tanpa basa basi lagi aku langsung to the point.

Aku yakin saat ini sorot mataku terlihat kosong. Jujur saja, aku tidak mau Conan terlibat masalahku sedikit pun. Dia sudah disuguhi masalah yg cukup berat ditambah dengan tubuh anak kecil. Tapi, tidak mungkin juga Conan bakal ikut campur.

Setelah Conan menyeruput sedotan milkshake nya, ia pun menatapku, ada keringat di ujung pelipisnya. Ah, dia menatap ke arah mataku lebih tepatnya.

Conan menceritakan semua kejadiannya. Mendengar itu, aku bersyukur di dalam hati. Karna Conan memang benar-benar peka. Belum lagi dia juga menanyakan beberapa informasi yg menurutku cukup berguna. Sepertinya orang sana tidak curiga dengan tindakan Conan.

.
.

Aku mengusap puncuk kepala Conan lembut. Conan tertegun dengan tindakanku yg tiba-tiba itu. Aku tersenyum sambil menangkup daguku dengan punggung tangan kiriku yg ada di atas meja. Menatap Conan dan tersenyum.

Conan hanya memandangku, bingung harus apa.

Aku pun menurunkan tanganku dari kepalanya. Kembali pada minuman milkshake ku.

"Arigatou." Ucapku

Awalnya Conan terdiam, walau pada akhirnya ia menjawab dengan senyuman, "ya."

Conan kembali meminum milkshake nya. Aku senang nih anak tidak bertanya. Dia mungkin sadar dengan auraku yg jelas tidak suka mendengar ceritanya tadi. Padahal aku berusaha menyembunyikan nya agar ia tidak terganggu.

"Conan-kun itu..," aku menggantung kalimatku, memikirkan kata-kata yg tepat. Conan melirikku sambil tetap fokus dengan minumannya.

"Menurutku lebih ke anak ajaib..?"

Conan tersedak mendengarnya. Lalu ia menoleh ke arahku, "Kenapa sensei berpikir seperti itu?" Tanyanya ragu

Aku memejamkan mata, "Di dunia ini ada anak jenius, berbakat, dan pekerja keras, sehingga mereka disebut hebat. Lebih tepatnya anak itu melebihi anak-anak lainnya. Tapi entah mengapa Conan-kun itu berbeda. Makanya aku bilang Conan-kun itu anak ajaib."

Aku tahu perkataan ku ini tidak masuk logika, tapi aku tidak peduli. Lagi-lagi aku kembali meracau, "Entah kenapa senyuman Conan-kun itu berbeda saat pertama kali bertemu, saat itu Conan-kun berkata, 'Edogawa Conan, tantei saa'. ... Saat itu aku langsung tahu. Ada yg berbeda dengan anak ini." Aku tertawa kecil.

Aku membuka mataku, menatap ke depan, lebih ke memperhatikan suasana cafe. Meski begitu pikiranku kemana-mana, "Sulit menjelaskan maksudku. Aku tahu ini sulit dipercaya dengan rasional."

Aku menoleh ke arah Conan. Conan nampak menunjukkan ekspresi dirinya tidak mengerti maksudku, dan lebih ke tegang. Mungkin takut identitas nya ketahuan, padahal dia tahu tidak mungkin.

Desire... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang