[Curhatan hati Tomoyo soal Izaya hari ini.. lagi.]
Aku pundung di dinding dengan tatapan suram. Kenapa ya? Padahal aku tidak melakukan apapun, tapi entah mengapa aku lelah sekali hari ini. Semua ini karna Izaya.
Aku tidak tahu kenapa. Padahal anak itu terlihat tidak melakukan hal buruk, bahkan melakukan apapun tidak sama sekali. Tapi entah mengapa, firasatku terus mengatakan untuk mengawasinya.
Dan sekarang..
"Nee-chan, tadi itu hebat! Itu seperti kita memecahkan kasus ini bersama."
Syukurlah jika kau berpikir seperti itu. Tomoyo yg dulu sebelum ku rasuki.. ah tidak, maksudku aku yg dulu, adalah orang yg malas berpikir soal hal-hal rumit kayak begini. Kupikir ia akan menghujaniku dengan banyak pertanyaan, itu yg paling kutakutkan karna merepotkan. Rupanya tidak sama sekali.
Anak-anak dan yg lainnya juga setuju soal itu. Sejak kapan Izaya berbaur dengan mereka?!
Benar juga. Aku hampir lupa. Dia itu Izaya.
Aku senang Conan mempercayaiku. Tapi saat ini mood ku sedang tidak bagus-bagusnya.
Sepertinya aku harus berterima kasih pada Conan. Berkat deduksinya yg tiba-tiba itu, semua perhatian tertuju padaku bukan pada Izaya lagi. Akan gawat jika Sato yg peka itu curiga pada Izaya. Meski Izaya pasti bisa mengatasinya; dia cukup hebat dalam hal membuat alasan dan bukti.
Entah Izaya itu bodoh atau bagaimana. Kupikir ia malas memikirkan akibatnya.
Masa tanpa bukti ia bilang mayat itu punya hubungan dengan korban? Pada umumnya, orang-orang tidak akan langsung menemukan mayat di dalam tempat sampah itu. Aku yakin Sato bertanya-tanya soal itu. Dan memiliki banyak pertanyaan soal bagaimana Izaya bisa tahu? Apalagi kata-katanya yg sedikit membuat orang salah artikan.
Jika ada Akai atau Amuro di sini, mereka akan langsung curiga. Ah! Benar juga! Kita punya satu yg hampir sama di sini..
Conan-kun!
Tapi kenapa tiba-tiba ia melancarkan deduksinya tepat saat Izaya selesai berbicara atau apalah itu?
Apa kutanyakan saja? Mungkin ini anak sudah curiga pada Izaya.
Conan juga sepertinya cukup terkejut karna tidak menyangka semua yg Izaya katakan benar. Padahal tempat sampahnya tadi seperti tidak tersentuh sedikit pun.
"Chan.."
Sepertinya aku mendengar suara..
"NEE-CHAN!!"
Aku berjengit kaget. Sontak aku menoleh ke arah sumber suara.
"Apa yg nee-chan pikirkan? Sampai wajah nee-chan berkedut begitu. Tapi tetap cantik kok~"
Bisa-bisanya, di akhir kalimat itu..
Aku hanya menghela nafas kasar. Syukurlah sampai kasus ini selesai Izaya tidak mengeluarkan sifat aslinya sama sekali. Meski ada beberapa juga sih.
Aku malas mikirin hal-hal sulit. Nanti saja deh tanya Conan.. atau mungkin lupakan saja.
"Kita harus pulang mengantar anak-anak ini bukan?" Izaya melirik detective cilik
"Izaya, entah mengapa untuk sesaat tadi nyawaku berkurang beberapa hari.."
"?"
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.
.
.Pada akhirnya kami mengantar anak-anak menuju rumah Hakase.
Dan ada yg menarik. Anak-anak mengobrol dengan Izaya, bahkan Conan dan Ai sekalipun! Apa yg mereka bicarakan? Ah, aku tidak tahu. Kepalaku tadi memikirkan hal lain dan terus fokus pada Izaya.
Perasaanku juga saat ini sedang tidak bagus, apalagi saat melihat Izaya senyum manis terus ke arahku. Aku yakin karna dia sadar aku terus mengawasinya, bikin mood tambah jatuh saja. Itulah mengapa aku tidak tahu garis besar apa yg mereka bicarakan; tapi masih dalam percakapan normal kok.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire...
Fanfiction"EEHH!!? Amuro-san dan Tomoyo-sensei berpacaran?! "Kaget Conan dengan mata yg terbelalak. " Ssshh" Sonoko langsung membungkam mulut Conan dengan tangannya, "Jangan keras-keras, bocah nakal!" "Sou yo, Conan-kun." Ran mengangguk dengan antusias dan ma...