Ch 10

863 100 17
                                    

Tomoyo saat ini sedang berada di RS. Karna luka yg ia dapati dari kejadian memilukan barusan. Sekarang ini sudah malam menjelang jam 8. Dia benci di RS karna makanannya. Dia bisa bertahan saat itu berkat cemilan-cemilan yg dibawa Kyoko dan Miho. Tapi sekarang..?

Dia tidak sendiri di sana. Kali ini dengan Amuro. Amuro membawakannya bekal untuk makan malam. Memang bukan cemilan, tapi ini malah jauh lebih baik karna isinya makanan semua. (Bisa bayangkan masakan Amuro di Zero Tea Time? Bah enak kali itu)

Setelah memakan semuanya. Dengan senang hati Amuro kembali membersihkan semuanya.

"Hiks.. Amuro-san, sejauh mana kau mau membuatku terharu..?" Tomoyo mewek sedramatis mungkin, "Soal makanannya juga terima kasih."

Amuro hanya menanggapinya dengan senyuman.

"Tidak apa-apa,"

"Aku yakin saat ini kau tidak ingin masalah ini terdengar oleh keluargamu."

Amuro ingat, Tomoyo tidak menghubungi siapapun bahkan setelah ia(Amuro) diobati tadi. Padahal seharusnya ia punya keluarga, contohnya anak laki-laki yg pernah ia lihat tempo hari itu.

"Bahkan kau sampai membawakan ku makanan. Jika kau terlalu baik begini, aku kan jadi berpikir kalau Amuro itu ada maunya." Masih dalam keadaan nangis drama, Tomoyo menyeka setitik air mata di sudut matanya.

Memang begitu niatnya Amuro. Tapi bukan sekarang.

"Apa niatku terlalu jelas?"

Eh? Tomoyo langsung menyudahi acara dramatisnya. Kini ia menatap datar Amuro yg masih setia dengan wajah ramahnya.

"Kowa~"gumam Tomoyo.

Kini Amuro sedikit memajukan kursinya ke dekat ranjang Tomoyo.

"Aku bisa menangkap orang itu jika kau membantuku." Amuro memulai sedikit sesi tanya jawabnya.

Masih dalam ekspresi datar Tomoyo menjawab dengan mantap, "Harus dibunuh. Jangan ditangkap. Kalau perlu bunuh saja di tempat."

Amuro cukup terkejut dengan jawaban Tomoyo. Tapi dengan cepat ia kembali menetralkan ekspresinya.

"Baiklah. Akan kubunuh dia,"

"Tapi sebelum itu, apa yg Shinomoto-san ketahui tentangnya?"

Shinomoto berpikir kembali. Apa benar melibatkan Amuro dalam masalahnya ini akan baik-baik saja? Bagaimana jika menimbulkan masalah lebih besar? Izaya saja yg gila butuh waktu lama untuk membereskan orang gila lain yg mengejarnya. Bagaimana dengan Ranpo yg jauh lebih gila?

Hanya saja Tomoyo tidak tahu, Rei juga sama gilanya dalam hal lain.

Tomoyo menatap sayu Amuro, menimang kembali keputusannya. Jika Amuro benar-benar berhasil. Mungkin saja akan tambah gawat. Kemungkinan terbesarnya beberapa orang gila yg mengenal Ranpo penasaran dengan siapa yg menyingkirkan Ranpo. Lalu mulai mencari-cari Amuro, opsi yg lebih parah lagi, mereka akan mengejar dan juga bermain dengannya.

Ini gawat, batin Tomoyo.

"Jangan menatapku seperti itu." Ucap Amuro sambil menghela nafas kecil.

"Habisnya, apa tidak apa-apa melibatkan Amuro-san?" Jawabnya lirih

Lewat jawabannya, Amuro memiliki info terbaru dengan beberapa spekulasi. Tapi ia lebih tertarik dengan satu hal, "Kau meremehkan ku ya?"

Meski perkataannya ini terdengar aneh, karna tahu Tomoyo sendiri pasti juga tidak tahu identitas aslinya. Dia juga tidak berniat memberi tahu sih. Akan dia pikirkan akibat yg timbul setelah masalah ini.

Desire... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang