Sani: hm? Sani sedang sangat kesal, soalnya saat sudah menulis konflik Izaya dan Tomoyo sekitar 1000 kata di draft lain, tiba-tiba pas mau lanjut nulis saat ada waktu luang draftnya hilang. Mana sudah lupa lagi apa yg diketik detailnya. ಠ︵ಠ
(ノ`Д´)ノ彡┻━┻ heh. Sani langsung ubah ch ini jadi ch 36.Sani: seketika mood Sani langsung jatuh. Ya udah, Sani keluar beli cilok sama sate ayam yg pedas.
Sani dalam hati (sambil makan): Buat cerita baru saja deh. OCXDetective Conan. Dimana beberapa character yg harusnya mati kembali hidup, tapi tidak mempengaruhi cerita. Juga OC orang Indonesia tapi tahu soal cerita DC. Hmm, apa coba buat saja? ( ̄ヘ ̄)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Yg Mw baca sampai sini
Terima kasih banyak!
"IZAYA, BERHENTI !!!" Aku berteriak keras.
Aku bisa melihat dari kejauhan. Kalau anak itu tiba-tiba terhenti. Rasanya seperti menekan tombol pause. Dia tidak bergerak sedikitpun setelah dia berhenti, tetap pada posisinya yg dimana memegang cutter yg siap untuk menusuk salah satu bodyguardnya yg sudah.. Uhh, tidak bisa diselamatkan lagi.
Tidak peduli pada sekitar, aku tetap berlari ke arahnya. Saat jarak diantara kami mulai menipis dan menyisakan jarak beberapa langkah, aku terhenti. Sempat terengah-engah karna lelah sehabis berlari dengan kecepatan penuh untuk sampai ke sini.
Aku tahu mendekati Izaya itu adalah sebuah bahaya, tapi aku percaya diri dengan kemampuan anak itu dalam mengendalikan diri apabila ada aku di sekitarnya."Nee-chan..." Aku bisa mendengar Izaya.
Melihatnya begitu berantakan.. cukup membuat hatiku meringis kesakitan.
Aku tahu aku seharusnya lebih mengkhawatirkan apa yg Izaya perbuat sekarang atau korban alih-alih sang pelaku yg tidak lain adalah adik kandungku sendiri. Tapi, entah kenapa aku tidak bisa.
Izaya kemudian bergerak, menjatuhkan cutter miliknya. Dia berdiri, lalu menendang keras kepala manusia yg ada di bawahnya hingga aku mendengar suara keras seperti sesuatu sedang dipatahkan. Sesaat aku bisa merasakan ngilu.
Tapi itu tidak bertahan lama saat fokusku tiba-tiba langsung teralihkan kepada Izaya, saat aku memperhatikan penampilannya lebih tepatnya.
Izaya adalah seseorang yg cukup mementingkan penampilan, walau selera berpakaiannya itu aneh. Sekarang, melihatnya seperti ini tanpa peduli dengan penampilan atau semacamnya. Hal itu membuat perasaanku gelisah entah mengapa.
Ada banyak percikan darah di pakaiannya terutama tangan dan lengan pakaiannya, aku yakin itu bukan darahnya. Mengingat dia habis mengamuk dan betapa ngerinya apa yg ia perbuat tadi.
Aku tidak bisa melihat wajahnya. Walau dia saat ini ada di hadapanku, tapi dia tidak berhadapan denganku. Rambut obsidiannya berantakan hingga menutupi separuh wajahnya termasuk kedua matanya. Jadi, aku tidak tahu ekspresi seperti apa yg ia keluarkan saat ini.
Entah kenapa, hatiku tersayat.
Izaya adalah aktris gadungan terhebat yg pernah aku kenal dalam hidupku. Aktingnya yg bukan main itu, selalu membuatku takut. Apalagi saat dia menggunakan aktingnya untuk memanipulasi pikiran atau orang lain.
Tapi.. sebagai seorang kakak yg dekat dengannya melebihi anggota keluarga manapun, aku tahu; saat Izaya tidak sedang akting dan melepas topengnya sepenuhnya. Juga ada saatnya, dia benar-benar tidak ingin menunjukkan perasaannya. Yaitu seperti sekarang, enggan untuk memperlihatkan wajahnya dengan sengaja mengacak rambutnya hingga berantakan menutupi wajahnya dan terdiam seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire...
Fanfiction"EEHH!!? Amuro-san dan Tomoyo-sensei berpacaran?! "Kaget Conan dengan mata yg terbelalak. " Ssshh" Sonoko langsung membungkam mulut Conan dengan tangannya, "Jangan keras-keras, bocah nakal!" "Sou yo, Conan-kun." Ran mengangguk dengan antusias dan ma...