Ch 22

604 77 7
                                    

Kami mengobrol beberapa topik setelah acara makan dadakan itu. Tapi sayangnya, tidak lama kemudian Amuro pamit pulang. Setelah mendapatkan pesan dari smartphone miliknya, ia pamit; katanya ada urusan penting mendadak.

Kami juga tidak bermaksud menahannya lebih lama, eh cuma aku, ternyata Takeru berniat sebaliknya. Bahkan anak itu nekad melakukan trik kecil agar Amuro lebih lama di sini. Ada apa dengan anak itu? Syukurlah aku menyadarinya dan langsung mengambil tindakan menghentikan aksinya.

Takeru.. sepertinya ia jatuh cinta pada masakan Amuro. Dia pernah melakukan hal ini juga dulu saat pertama kali memakan masakan Misaki. Aku dan kakakku memang penggila makanan, sekarang itu turun ke Takeru.

Aku mengantar Amuro sampai ke bawah apartemen bersama Takeru. Sebenarnya biar tidak diantar juga tidak apa-apa sih. Tapi, Amuro juga tidak melarang. Jadi, aman-aman saja kan? Sekaligus ngantar Takeru pulang ke rumah kediaman utama Mamizuka setelah Amuro pergi.

"Akan ku kembalikan pakaian ini segera setelah aku mencucinya." Kata Amuro padaku.

"Haha, oke. Sekali lagi maaf soal yg tadi ya..." Balasku menanggapinya dengan tawa seperti biasa.

Amuro mendengus pelan. Setelah itu ia tersenyum simpul. Sebenarnya aku tidak mengerti kenapa ia tiba-tiba membuat ekspresi seperti itu.

Pakaian Amuro basah karna berenang di laut tadi. Sebelum aku masuk ke dalam kamar mandi, aku menyuruh Amuro untuk mengganti pakaiannya. Aku juga menyuruh Takeru untuk menyiapkan pakaian Izaya pada Amuro sebagai baju ganti.

Izaya memang kadang menginap di sini. Dan untungnya pakaiannya pas. Err, Amuro memang baby face plus tinggi badan kayak anak-anak remaja sih. Maaf, Amuro! Aku tidak bermaksud berpikir seperti itu, sumpah.

Lalu setelah aku keluar kamar mandi, eh tahu-tahunya Amuro memasakan kami makan malam. Hiks, Amuro keterlaluan baiknya. Padahal aku sudah banyak merepotkannya. Mana makanan yg dimasaknya enak tiada duanya lagi....
Astaga.. ingin rasanya kuculik pria itu dan mengurungnya di sini agar aku bisa makan enak setiap hari.

...........!

Astaga-Shit!

Sial!

Apa yg baru saja kupikirkan?!

Ini pasti karna pengaruh orang gila!

BRAK!

"Shinomoto-san?!/Baa-san?!"

Ah.. ternyata aku membenturkan kepalaku ke dinding ya. Aku melakukannya tanpa sadar.

Huh?

Bau darah.. dan.. rasanya dahi dan wajahku sedikit basah.

Sial. Kacamataku rusak..

Amuro dan Takeru terlihat cemas dan panik melihat kondisiku. Apalagi saat darah mengalir dari dahi ke bawah melewati mata.. ugh, hampir saja darahnya mengenai mataku andai aku tidak menutup mata kananku. Bahkan Amuro lekas mengajakku ke rumah sakit; tapi langsung kutolak.

Meski memang kepalaku berdenyut hebat ditambah rasa nyeri kuat yg cukup tidak tertahankan ini.

"Daijobu-daijobu, aku memikirkan hal buruk tadi. Aku pantas mendapatkannya." Ujarku berniat meredakan suasana yg entah kenapa tiba-tiba menjadi tegang ini.

"Baa-san.. kurasa kau harus ke rumah sakit sekarang!"

"Takeru-kun benar. Kebetulan tujuanku searah dengan rumah sakit. Jadi aku tidak keberatan mengantarmu ke sana."

"Tidak, Amuro-niisan. Kalau begitu, kau tidak akan sempat."

"Huh? Kenapa Takeru-kun berpikir seperti itu?"

Desire... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang