Ke esokkan paginya...
Aku menatap langit-langit kamar apartemen milikku. Aku bisa merasakan suaraku kering dan terasa serak. Entah kenapa aku malah kesal.
Aku melirik ke sekitar. Astaga, kamarku berantakan. Aku menoleh ke samping dan menyadari sesuatu... oh.. Rei ada di mana?
Aku pun bangun, berniat mencari pria yg menghabiskan waktunya denganku kemarin.
"Rei-kun-!"Bruk!
Ambruk. Aku langsung menjatuhkan kembali diriku. Mengerang kesakitan.
"Ukh.. tubuhku.. sakit.. tidak bisa digerakkan." Saat aku berbicara aku menyadari sesuatu, itukan suaraku serak.Salahnya Rei. (눈‸눈)
Mainnya brutal. ⁄(⁄ ⁄>⁄-⁄<⁄ ⁄)⁄Padahal ini yg pertama kalinya bagiku. Dia benar-benar serius soal bagian akan membuatku mengungkapkan semuanya.
Uhh, aku tidak mau membicarakan banyak soal kejadian yg kumaksud. Tapi intinya tidak ada lagi rahasia diantara kami berdua (author: ini tidak termasuk bagian reinkarnasi, ya).
Bagaimana keputusan Rei? Tidak. Aku yg memutuskan lebih dulu. Aku lebih suka dia mementingkan misinya seperti Furuya Rei yg dulu, baik di manga maupun sekarang.Kesimpulannya? Iya masing-masing dari kami memiliki perasaan yg sama dan berniat menjalin hubungan untuk saling memiliki, sayangnya tidak bisa; mengingat keadaan/kondisi masing-masing. Jadi intinya kami tidak berpacaran.. mungkin(?). Tapi entah mengapa aku setuju kalau jika nanti Rei memperlakukanku seperti kekasihnya, walau aslinya kami sedang tidak menjalin hubungan.
Seperti teman tapi mesra. Atau, teman terasa pacar. Au ah sebutannya.
Rei sendiri sudah punya banyak masalah. Sejujurnya aku tidak mau menambahkan masalahku dalam hidupnya. Ini hanya firasatku, mungkin dia sudah merancang sesuatu dalam otaknya.
Aku penasaran apa yg sedang ada di dalam otak detective itu.
Jujur, aku tidak tahu bagaimana Rei menanggapi masa laluku dan masalahku karna... yah begitulah, pikir sendiri. Pikirkan kalau jadi aku, dengan caranya yg bermain kadang kasar-lembut tapi ena-ah, lupakan, emang kalian masih bisa berpikir jernih?
Rei memang punya kekurangan saat bersama Akai. Dia sering kehilangan kendali. Mengesampingkan itu semua, sebenarnya dia adalah orang yg luar biasa, dalam banyak artian.
Ah.. aku hampir melupakan Izaya.
Klak..! Suara pintuku dibuka.
"Kau sudah bangun?"
Aku bisa melihat dan mendengar Rei masuk ke dalam kamar. Hm, dia sudah mengganti bajunya. Aku ingat pakaian yg ia kenakan sekarang ini milik Izaya.
Rei mendekatiku; duduk di sisi samping ranjang yg lebih dekat denganku. Setelah itu ia tersenyum tipis yg membuatku terpesona.
"Selamat pagi, putri tidur." Dia mendusel-duselkan hidungnya di hidungku. "Ah.. sebenarnya sekarang sudah siang."
Aku mendengus. Aku memang lebih suka bangun kesiangan. Bedanya hari ini.. aku bangun kesiangan bukan karna keinginanku.
Aku pengennya salting dan ngereog sekarang, iya. Sayangnya tubuh dan mentalku tidak mendukung.
Cup..! cup..! cup..!
Sekarang dia kembali mencium seluruh sisi wajahku. AAAAAAAAAARRRRRRRRRRGGGGGHHHHHHHH!!!!!!!!!
"Rei-kun.. ittai.." aku bergumam sambil bermanja ria dengan semua perlakuan manis yg ia lakukan. Bahkan ada bulir air mata di salah satu mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire...
Fiksi Penggemar"EEHH!!? Amuro-san dan Tomoyo-sensei berpacaran?! "Kaget Conan dengan mata yg terbelalak. " Ssshh" Sonoko langsung membungkam mulut Conan dengan tangannya, "Jangan keras-keras, bocah nakal!" "Sou yo, Conan-kun." Ran mengangguk dengan antusias dan ma...