5

2.1K 231 4
                                    

Haechan mengetuk pelan ruang kerja Mark,  menampakkan Mark yang tengah sibuk membaca berkas berkas di atas mejanya. 

“ Hun?”

Panggilnya pelan menyadari Haechan yang menatapnya memelas di depan pintu ruang kerjanya. 

“ Apa kau sibuk?”  Tanya Haechan masih berdiri di depan pintu.

“ Ya, aku harus menganalisis beberapa kasus ”

“ Huuft… baiklah.. Semangat babe…aku akan membuatkanmu kopi” Ucap Haechan sendu dan berjalan menjauh dari pintu. 

Tapi tiba tiba saja tubuhnya terangkat, Mark menggotong Haechan, kemudian mendudukkannya di pangkuannya, memangkunya ala koala dan setelah itu Mark kembali bekerja. 

“ Yak Kau!” Kesal Haechan karena Mark yang menggendongnya tiba tiba begitu. 

“ Kau bilang ketika kau bosan kau butuh pelukan” Ucapnya datar

“ Ya tapi kan kau sedang bekerja!” Ucap Haechan dan hendak turun dan Mark langsung menahan tubuhnya. 

“ Aku bisa melakukannya berbarengan.” Ucap Mark sambil memeluk pinggang Haechan dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya fokus membaca berkas berkasnya.

“ Tck… bilang saja kau butuh pelukan ku!” Kesal Haechan memeluk Mark sambil merebahkan kepalanya pada pundak Mark sambil tersenyum malu sedangkan Mark kembali fokus dengan pekerjaannya sambil sesekali mengelus pelan kepala Haechan. 

Di awal pernikahan mereka, Haechan memang sedikit sakit hati dan bingung dengan pria yang ada di depannya ini, kenapa ia begitu acuh padanya, kenapa Mark tampak seolah tidak peduli padanya, tapi setelah Haechan tinggal hampir tiga bulan bersama Mark, kemudian setelah kematian ayahnya. Haechan perlahan mengerti tentang Mark. Selama ini Mark hanya hidup di lingkungan perang, yang ia tau hanya cara bertarung dan memegang senjata, Mark tidak mengerti dalam membaca perasaan orang, tapi Haechan tau, Mark sebenarnya punya hati yang begitu tulus padanya. 

“ Kau bilang kau tidak mengerti apa apa soal mencintai, tapi sikapmu seperti ahli dalam meluluhkan hati siapapun!” Goda Haechan sambil memainkan rambut Mark, menatap pemandangan langit biru dan hutan hijau dari ruang kerja Mark, pasalnya rumah miliknya ini berada di daerah perbukitan dan sedikit jauh dari perkotaan. 

“ Aku hanya mengikuti insting” Ucap Mark dengan masih fokus menyelesaikan pekerjaannya. 

Haechan sedikit merinding saat mendengar kata insting, ia masih ingat bagaimana ia yang berakhir dicumbu dengan sangat panas oleh Mark hanya karena instingnya itu. 

“ aha…. Sepertinya insting mu itu harus kau kendalikan lebih baik agar tidak kelepasan seperti waktu itu ” Tawa Haechan canggung

Mark melonggarkan pelukannya, membuat Haechan dan dirinya saling menatap, kemudian Mark mengecup singkat bibir Haechan. 

“ Seperti ini cukup?” Tanya Mark setelah mengecup pelan bibir Haechan

“ Huh? Kenapa?!” Tanya Haechan panik 

“ Ku pikir kau mengodeku untuk mencium mu”

Wajah Haechan langsung memerah dan ia hanya bisa menyembunyikannya wajahnya pada pundak Mark. 

“ Bukan begitu maksudku!! Sudah!! selesaikan saja pekerjaanmu itu” Ucap Haechan malu 

“ Baiklah, uhm aku boleh menciummu lagi?”

“ Huh?” Tanya Haechan masih menyembunyikan wajahnya 

“ Aku tidak tau, tapi tubuhku seolah menginginkan bibirmu lagi” 

Wajah Haechan semakin memerah, ia pun semakin menenggelamkan wajahnya. 

“ TIDAK! KAU HANYA BOLEH MENCIUMKU JIKA AKU MENGIZINKAN!” Teriaknya kesal 

“ Ba-baiklah…” Ucap Mark pasrah dan kembali melanjutkan pekerjaannya. 

Mark sialaaan… kenapa kau begitu polos….. Aku jadi maluuuu

Kesal Haechan semakin menguatkan pelukannya pada Mark. Selain kaku, Haechan juga menyadari Mark itu cukup penurut, layaknya seorang anak anjing, belum lagi saat dirinya kebingungan dan tidak mengerti dengan maksud Haechan, mata bulat berbinarnya itu tampak begitu polos, yang sering kali membuat Haechan tidak tahan untuk menggodanya. Itu juga yang terjadi beberapa saat yang lalu, saat Mark mengecup pelan bibirnya dan menanyakan apakah begitu cara menciumnya dengan benar. Ia seperti anak kecil yang tidak tau apa apa. 

Haechan membuka matanya perlahan, seingatnya tadi langit masih berwarna biru, tapi kini langit sudah menggelap dan ia masih dalam posisi awalnya yaitu tidur dalam pangkuan Mark. Ia tidak menyangka hanya menemani Mark bekerja dan memeluk pria itu, membuatnya tertidur. Haechan menegakan badannya, ia baru sadar jaket Mark sedari tadi menyelimutinya, dan Mark ikut tertidur bersamanya, tangannya pun masih setia melingkar di pinggangnya.

Mark tadi sudah selesai bekerja, hanya saja karena Haechan tertidur, ia tidak tega untuk membangunkan dan memindahkan Haechan ke tempat tidur, Mark hanya takut Haechan terbangun. Karena itu Mark memilih untuk tetap duduk di posisinya, dan akhirnya ia sendiri ikut tertidur. Haechan terkekeh, Mark itu wajahnya sangat tegas. Tapi ketika ia tidur, entah kenapa wajahnya sangat teduh dan begitu polos, layaknya anak kecil yang sedang tertidur. Haechan menatap jam dinding, saat ini sudah menunjukkan pukul 7 malam dan ia masih sempat untuk menyiapkan makan malam yang proper untuk mereka. Dengan perlahan Haechan melepas pelukan Mark darinya, tidak lupa mengecup pelan kening Mark, menyelimuti Mark dengan jaketnya dan perlahan keluar dari ruang kerja Mark. 

~~~~~~~~~

“ Yak! Hey! “ Kesal Haechan pasalnya tiba tiba Renjun menariknya, membawanya ke ruang interogasi, mematikan cctv dan perekam suara yang ada di ruangan itu. 

“ Yak! Apa-apaan! Aku melakukan apa!” Kesal Haechan lagi saat Renjun sedikit membantingnya duduk di kursi.

“ Aku sudah penasaran ini sejak lama, karena kau selalu menyembunyikan identitas suamimu, kemudian waktu itu saat dia menjemputmu dan di pemakaman ayahmu, dia tampak familiar…”  Jelas Renjun 

Haechan menelan air ludahnya kasar, awalnya Haechan berfikir menjadi suami dari seorang agen rahasia adalah suatu privilege dan ia akan merasa nyaman, karena suaminya adalah orang yang bisa melindunginya, tapi Haechan lupa, semakin hebat dan besar lingkungannya, makan tingkat kejahatan yang akan ia hadapi juga akan semakin berbahaya. 

“ Dia seorang agen rahasia kan?” Tanya Renjun mengintrogasi 

Haechan menutup mulutnya, ia tidak akan membiarkan suaminya itu dalam bahaya, Haechan rela jika nyawanya yang menjadi taruhanya, lagi pula ia sudah rindu dengan papi dan ayahnya, jadi bayaran ini tidak terlalu merugikan dirinya. 

“ Namanya bukan Mark… aargh… aku yakin mengingatnya….” Ucap Renjun sambil mengurut pelipisnya pelan, sedangkan Haechan sudah melangkah mundur, memperjauh jaraknya 

“ Minhyung! Lee Minhyung… itu nama asli suamimu, benar kan? Dia anak korea utara yang selamat saat perang besar waktu itu kan?  dan tentara perang saat itu menyelamatkannya, dengan catatan ia harus menjadi senjata perang korea selatan, aku benar kan?” Ucap Renjun lagi 

Darah Haechan berdesir, tangannya bergetar, tidak banyak yang tau dengan detail asal usul suaminya itu, dan kenapa Renjun bisa tau dengan persis asal usul Mark. Dengan tangan sedikit bergetar, Haechan mengeluarkan pistolnya, mengarahkannya pada Renjun. 

“ Kau …. Siapa….” Tanya Haechan dengan posisi sia*ga, sedangkan Renjun hanya tersenyum tipis dan mengangkat kedua tangannya ke udara. 


Lifetime Mission || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang