22

1.3K 176 5
                                    

Haechan menghela nafasnya panjang, sudah tiga minggu berlalu ia pun sudah kembali bekerja, anehnya tidak ada yang terjadi, seolah sang peneror sadar dan tau bahwa saat ini pergerakannya sedang dimata-matai. ia pun dengan Renjun seperti bagaimana ia berteman sebelumnya. Hanya saja kali ini Haechan lebih hati hati pada pria itu. Renjun pun tampak sedikit menjaga jarak dengan Haechan, entah karena ia yang merasa tidak enak hati karena dituduh menjadi salah satu tersangka, atau Renjun memang sedang memperhatikan gerak geriknya.

Tidak mungkin aku mencelakai mu Haechan, kau bisa percaya padaku.

Begitulah ucap Renjun pada Haechan saat ia kembali ke kantor. Haechan sempat bingung dengan gelagat dan tingkah temannya itu, pasalnya Haechan tidak mengatakan apapun, bahkan tidak membahas teror itu lagi dengan Renjun, Haechan pun tidak pernah mengatakan bawaha ia mencurigai Renjun.

Uhm.. aku mengatakan ini karena aku mungkin saja menjadi tersangka, karena bagaimanapun aku adik tirinya Jaemin.

Ucap Renjun saat itu berusaha lagi menjelaskan ketika merasa Haechan sedikit mencurigainya. Namun inilah yang membuat Haechan semakin curiga dengan Renjun, Haechan memang pernah membahas teror itu dengan Renjun, tapi Haechan tidak pernah menyinggung apapun soal Jaemin. Terlebih lagi tidak ada hubungan Haechan dengan Jaemin. Haechan pun tidak pernah memberitau Renjun bahwa Mark juga ikut diteror, lantas kenapa Renjun langsung menyimpulkan bahwa ini semua berkaitan dengan kematian Jaemin, terlebih lagi Mark juga pernah bercerita pada bahwa Renjun bertemu dengannya di pemakaman dan mengatakan bahwa semua teror ini kemungkinan besar adalah ulah Jeno, tunangan Jaemin. Sangat aneh bagi Haechan, Renjun langsung menyimpulkan secepat itu, melihat track record Renjun adalah seorang Analyst yang sangat hati hati dan detail dalam mengambil keputusan ataupun menyimpulakn sesuatu.

" Hun!"

Panggil Mark dari ruang kerjanya, membuat Haechan yang tengah bersantai di kamarnya sedikit tersentak kaget dan bergegas menuju ruang suaminya itu.

" Iya sayang kenapa? Kenapa berteriak seperti itu?" Tanya Haechan lembut kala masuk kedalam ruang kerja Mark.

" Dia, mengirimkan ku email lagi" Ucap Mark menatap Haechan cukup khawatir.

" Benarkah apa itu?" Ucap Haechan sedikit berlari menuju meja kerja Mark, ikut menatap layar komputer sang suami.

" Ini...sepertinya koordinat suatu lokasi, dan entahlah aku tidak mengerti pesan selanjutnya"

Hidup adalah pilihan. Elon Musk menjadi sukses karena rasa dan keingintahuan yang tinggi, meninggalkan zona nyamannya. Lalu apakah kesuksesan yang Elon Musk dapatkan berbanding lurus dengan kebahagiaan dan kesejahteraannya? Bisakah Elon Musk mendapatkan Kesuksesan dan kebahagiaan di waktu yang sama? Jika dia bisa mendapatkannya dengan sendiri, maka dia adalah seorang dewa.

Haechan menghela nafasnya panjang, membaca teka teki yang dikirimkan oleh si peneror tersebut.

" Aku sudah melacak lokasinya, ini adalah sebuah bangunan tua... tempat pelatihan ku dulu" Jelas Mark.

" Aku sudah memecahkan teka teki angka ini, sepertinya orang ini ingin aku menemuinya di bangunan tua itu, malam ini pukul 11 malam.... Artinya satu jam lagi" Ucap Mark sambil menatap jam tangannya.

" Tapi teka teki ini.... Aku tidak mengerti" Jelas Mark lagi, karena ia benar benar tidak bisa memecahkan makna dari kalimat itu

" Hidup adalah Pilihan..... Tapi apa hubungannya dengan kalimat selanjutnya yang membahas tentang kesuksesan Elon Musk? Kesuksesan..... Kebahagiaan..... Diwaktu yang sama? Sebentar!" Haechan menyadari sesuatu, menjentikkan jarinya

" Kau memecahkannya?" Tanya Mark dan Haechan menganggukkan kepalanya.

" Kau harus memilih..... Bertemu dengan pria itu di lokasi yang ia kirim, atau menjaga ku disini" Jelas Haechan dan raut wajah Mark menjadi panik ketika menyadari sesuatu.

Lifetime Mission || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang