18

1.6K 186 6
                                    

Mark kembali menatap ponselnya, memastikan kembali alamat seseorang yang ingin ia temui. Mark memperhatikan sekitar, terlalu banyak anak kecil yang bermain di sekitar gang, kemudian banyak penduduk yang sudah cukup lansia yang sedang mengobrol di depan rumah mereka.

Apa GPS ku salah?

Gumam Mark dalam hati pasalnya ia hanya mengikuti Maps dari ponselnya untuk mengantarkannya ke alamat itu. Kala Mark ingin mengetuk pintu seseorang tiba tiba meneriaki namanya.

" Oh! Minhyunga-ah!!" Teriaknya girang, Mark membalikkan badannya, tampak dari jauh seorang pemuda yang sepantaran dengannya, berlari ke arahnya dengan kedua tangannya yang penuh dengan kantong belanjanya.

" Berhenti memanggilku Minhyung..." Ucap Mark lurus kala pria itu merangkulnya dan mengajaknya untuk masuk kedalam rumahnya.

" Yak! Bagaimana kau tidak mengundangku ke pernikahan ku!" Protesnya masih merangkul Mark

" Sejak kapan kita dekat?" Tanya Mark lurus mengangkat alisnya.

Pria itu hanya tersenyum tipis, melepaskan rangkulannya dari Mark dan terkekeh pelan.

" Baiklah baiklah kau selalu dingin seperti itu" Ucapnya dan membuka pintu rumahnya, menyilahkan Mark untuk masuk.

" Aku tidak tau kau jatuh miskin" Ucap Mark lagi kala masuk kedalam rumah itu dan pria itu langsung terkekeh pelan.

" Sesuatu terjadi bukan?" Tanyanya dan masuk kedalam kamarnya.

Mark hanya diam, duduk di salah satu kursi di ruang tamu, tapi pria itu kembali mendongakkan kepalanya.

" Kenapa kau duduk disitu? Kemarilah!"

Mark yang hendak duduk kembali berdiri, menatap kenalannya itu penuh curiga sedangkan yang ditatap hanya tersenyum lebar, meminta Mark mengikutinya. Mark siaga dengan posisinya, berjalan mengikuti langkah kaki pria itu memasuki kamar, hingga pria itu membuka lemari pakaiannya.

" Kau pikir aku sebodoh dan semiskin itu?" Ucapnya sambil menggeser pakaiannya dan melihatkan ada sebuah pintu rahasia

" Ya, bodoh dan kekanak kanakan" Ucap Mark menghela nafasnya jengah.

" Ugh! Ayolah jangan kaku seperti itu, kau tau ini rumah impianku sedari dulu, punya ruangan rahasia"

Mark hanya memutar matanya malas, masih mengikuti langkah kaki pria itu hingga mereka sampai di sebuah ruang kerjanya, dengan desain interior yang sangat mewah dan futuristik.

" Bagaimana? Ini lebih terlihat seperti rumah ku?" Tanyanya sambil memberikan Mark sekaleng soda

" Yup..." Ucap Mark mendudukkan tubuhnya di sofa dan menenggak soda itu.

" Jadi, apa yang terjadi? Kau tidak akan menemuiku jika ini bukan masalah serius"

Mark menghela nafasnya panjang, menatap orang yang bisa ia sebut sebagai teman dan musuh di saat yang bersamaan. Namanya, Lucas. Mark pertama kali bertemu dengannya di akademi militer. Mereka pun pernah berada di dalam tim yang sama dan Mark cukup dekat dengan Lucas selama di akademi. Hanya saja setelah lulus akademi dan mereka yang ditugaskan di FBI, Lucas memilih untuk keluar karena ia yang suka bekerja sendiri tanpa dikekang dengan tuntutan dan segala peraturan dari FBI. Saat ini lucas adalah detektif dan mata mata swasta yang namanya cukup besar, karena itu Lucas bisa dikategorikan sebagai musuh FBI karena hampir di semua kasus yang diambil alih FBI, Lucas selalu ada di TKP dan berusaha untuk menuntaskan misi itu sebelum FBI.

Mark sangat hafal bagaimana cara temannya ini bekerja, sangat berantakan, melanggar aturan, tapi ia akan selalu berada di jalan yang benar dan membela keadilan. Memang cara Lucas terkadang sering dicekal oleh FBI, terlebih lagi dengan caranya saat mengolah TKP dan mencari bukti, Lucas tidak akan takut menghancurkan TKP bahkan mengancam beberapa saksi, namun faktanya, dengan caranya yang sedikit ekstrim itu, FBI selalu kecolongan dan Lucas selalu berhasil menemukan bukti lebih dulu dari FBI.

Mark juga sangat kenal dengan pribadi Lucas, orangnya sangat jujur. Alasan ia keluar dari FBI karena ia yang tidak suka adanya beberapa kasus yang ditutup karena permintaan pemerintah. Suap dan korupsi adalah hal yang paling Lucas benci dan hindari, karena itu ia memilih tidak terikat dengan organisasi apapun, karena hal itu sudah menjadi makanan bagi semua organisasi. Lucas juga adalah orang yang sangat loyal. Beberapa kali Lucas dengan senang hati berbagi informasi dengan Mark terkait kasus yang mereka selesaikan.

" Mark, u oke?" Tanya Lucas karena sedari tadi Mark hanya diam

Mark menganggukkan kepalanya, sebenarnya ia bisa menyelesaikan kasus teror padanya itu seorang diri. Mark bahkan sudah mendapatkan data diri orang orang yang ia curigai, hanya saja ia merasa ia harus bercerita dengan seseorang, dan orang yang bisa Mark percaya saat ini adalah Lucas, karena pria itu akan mengulurkan tangannya tanpa bertanya dan mencampuri urusan pribadi Mark.

" Seseorang Menerorku" Ucap Mark pelan dan Lucas tersenyum tipis.

" Apa ini berkaitan dengan istrimu yang hampir mengalami kecelakaan mobil dan hampir diculik saat itu?"

" Ba-bagaimana kau tau?" Tanya Mark kaget

" Sejujurnya aku tidak ingin mencampuri urusan keluarga mu, tapi saat kematian Jendral Seo, melihat mu, aku hanya takut kau menghilang lagi seperti saat itu, karena itu aku memperhatikan kalian dari jauh"

" Jadi kau menyelamatkan istriku selama ini?" Tanyanya dan Lucas menggelengkan kepalanya.

" Nope, seperti yang ku bilang, aku tidak ingin ikut campur dan aku hanya mengamati, kenapa? Kau merasa seseorang tengah berusaha menyelamatkan istrimu?"

Mark menganggukkan kepalanya. Mark memang mengalami teror, begitu juga dengan Haechan. Hanya saja, Mark sering mendapatkan email aneh berupa teka teki dan itu selalu menunjukkan lokasi serta apa yang akan terjadi pada istrinya, dan Mark berhasil beberapa kali menyelamatkan istrinya itu dari maut. Hanya saja Mark tidak mengerti, apakah email itu untuk mengujinya dalam menyelamatkan Haechan, atau itu adalah sebuah peringatan agar ia bisa menyelamatkan Haechan.

" Jadi apa yang harus ku lakukan?" Tanya Lucas mengerti dengan perannya.

" Bisa kau cari tau dua orang ini." Ucap Mark sambil memberikan dua buah map pada Mark

" Kim Jeno....dan Lee... tunggu... jangan bilang?" Tanya Lucas kaget dan Mark menganggukkan kepalanya.

" Aku tidak tau apa tujuan dari teror ini, siapa yang mengirimnya, apakah ia ingin membunuhku, atau Haechan, atau hanya menakuti kami,  hanya saja teror ini muncul semenjak aku menikah dan kembali ke markas, ia pun selalu menargetkan Haechan. Entah kenapa aku merasa ia hanya ingin membalaskan dendamnya pada ku." Ucap Mark tertunduk dan Lucas hanya bisa tersenyum sendu, karena ia tahu seterpukul apa Mark karena kehilangan temannya itu.

" Maaf, ikut menyeret, hanya saja aku tidak bisa fokus mencari tau siapa orang itu..." Sambung Mark lagi

" Semangatlah! kau fokus saja dalam melindungi istrimu, orang ini biar aku yang selesaikan. Aku tau orang yang sangat kau sayangi dan cintai adalah titik lemah mu, tapi jika kau lemah seperti ini, bagaimana caramu melindungi Haechan" Ucap Lucas tersenyum lebar sambil menepuk pelan pundak Mark.

Mark menghela nafasnya panjang dan mengangguk pelan, entah kenapa ia sedikit tenang.

" Luc... Ini hanya jika... sesuatu terjadi padaku..." Mark menggantung kalimatnya menatap Lucas penuh arti

" Tanggal kelahiran mu? Atau pernikahan mu?" Tanya Lucas

" Pernikahan ku..."

" Got It..." 

Lifetime Mission || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang