16

1.7K 180 14
                                    

Mark membuka matanya perlahan, nafasnya terengah karena mimpi buruknya. Semenjak teror paket beberapa hari yang lalu, ia tidak pernah tenang dalam tidurnya. Mark meradarkan pandangnya, menatap Haechan yang tengah terlelap di sampingnya setia menggenggam tangannya. Mark merasa sedikit tidak enak pada Haechan, pasalnya Mark benar benar panik saat Haechan berada jauh darinya, tubuhnya kembali bergetar dan dadanya sesak, walaupun Haechan mengerti akan kondisinya, tetap saja Mark merasa gagal, karena seharusnya Mark lah yang melindunginya saat ini.

Mark menggeser tubuhnya, sedikit membawa Haechan ke dalam dekapannya. Mengelus pelan rambut Haechan dan mengecupnya pelan. Jauh sebelum Haechan mendapatkan teror, Mark sudah mendapatkan sebuah email dari anonymous.

-Jika kau menyayangi Istrimu, berhati-hatilah dengan orang sekitarmu, semua orang bisa menjadi musuhmu.-

Begitu tulis di email hari itu, hanya saja karena kematian Johnny dan kondisi nya yang terpuruk, Mark pun tidak menganggap hal itu serius dan mengabaikannya begitu saja, dan tidak lama setelah itu, Haechan mengalami teror. Beberapa hari yang lalu pesan dari anonymous itu kembali muncul, mengatakan Mark yang mempermainkannya karena mengabaikan pesan darinya dan teror yang diberikan kepada Haechan adalah sebuah ancaman dan peringatan untuk Mark, dan jika Mark mengabaikan lagi pesan itu, nyawa Haechan menjadi taruhannya. Mark sudah mencoba melacak ip address si pengirim pesan itu, tapi Mark tidak berhasil membobol akun orang itu, karena akun itu diproteksi dengan sangat kuat bahkan sekelas FBI pun tidak bisa melacaknya.

Kemudian di hari saat ia diminta untuk kembali ke markas, orang itu kembali mengirimkan email padanya.

-Berhenti mencariku, kau tidak akan bisa menemukan ku. Ini peringatan terakhir ku, tebus kesalahanmu dengan benar, dengan begitu istrimu akan aman.-

Mark saat itu tidak terlalu mengerti isi dari pesan itu. Pekerjaannya tentu sudah membuat luka dan dendam bagi banyak orang, sehingga Mark tidak bisa menebak siapa orang yang mungkin memiliki dendam padanya. Ia terlalu memiliki banyak suspect untuk hal itu. Terlebih lagi, banyak hal yang Mark lalui dan ia tidak bisa mengingat siapa saja yang pernah hadir dalam hidupnya. Namun Mark ingat, semuanya terlalu kebetulan, Mark yang diminta untuk membantu anggota tim baru dan teror itu muncul, Mark pun mengira, orang itu adalah mantan anggota militer yang dulu sempat satu tim dengannya. Mark pun mengirimkan pesan permintaan maaf pada anggota timnya yang dulu, bahkan mendatangi mereka satu persatu, meminta maaf karena dirinya yang menghilang dan meninggalkan Tim begitu saja. Mark bahkan memberanikan diri untuk mengunjungi makam sahabatnya, dulu yaitu Jaemin, yang gugur dalam misi itu.

Tapi sepertinya, bukan itulah maksud dari si pengirim pesan, buktinya ia tetap mengirimkan teror. Mark kembali mengelus pelan kepala Haechan, mengecup keningnya pelan. Karena dirinya, Haechan dalam bahanya. Mark tau, semua teror yang terjadi pada Haechan, itu karena orang yang memiliki dendam padanya. Mark rela jika dirinya dibunuh saat ini, tapi jika Haechan yang berada dalam bahaya, Mark tidak akan diam.

Mark kembali menutup matanya, menghela nafasnya, mengingat semua petunjuk dan pesan yang dikirimkan oleh orang tersebut. Setiap harinya, otaknya terus bekerja, merangkai semua benang merah, mengumpulkan semua informasi yang memori di dalam kepalanya, mengantarkan nya kepada nama ataupun wajah orang orang yang mungkin memiliki dendam padanya. Namun hingga saat ini Mark tidak mendapatkan kesimpulan apapun. Kemudian Mark terdiam, ia baru sadar, buket bunga tulip di dalam box itu persis sama dengan bunga tulip yang ia taruh di makan Jaemin saat dirinya dan Haechan mengunjungi makam Jaemin. Kemudian foto ia dan anggota timnya itu, Mark masih ingat foto itu diambil melalui ponselnya, dan seharusnya hanya orang orang yang berada di sana yang mendapat salinan dari foto itu.

Mark bangun dari tidurnya, sedikit bergegas menuju ruang kerjanya. Mengambil satu box yang selalu ia taruh di atas lemarinya. Mark sedikit membongkar isi box itu, mencari secarik foto yang selama ini ia simpan. Mark menggigit bibirnya, menatap sebuah foto yang sedikit rusak dan penuh dengan bercak darah, menampakkan sahabatnya yang tersenyum cerah sambil menggandeng seorang pria yang begitu gagah dengan jasnya.

Instingku tidak pernah salah.....Aku yakin pernah mendengar suaranya.....

Gumam Mark dalam hati mengingat saat hari itu, ia berkenalan dengan semua anggota tim barunya, dan mengingat dimana ia mendengar suara itu.

3 Tahun yang lalu

" Na Jaemin, Apa kau sudah tidur? Aku ingin mendiskusikan sesuatu denganmu" Ucap Mark sambil mengetuk pintu kamar Jaemin.

" Sebentar Capt!" Teriak Jaemin dari dalam kamarnya dan tidak lama setelah itu Jaemin keluar dari kamarnya.

Mark sedikit menghela nafasnya panjang, menatap anak buahnya itu lurus, pasalnya Jamin tengah menelpon dengan seseorang.

" Baiklah sayang nanti aku akan telfon lagi... ah benar juga aku bersama dengan Sunbaenim saat ini, ingin mengucapkan sesuatu?"

Mark mengangkat alisnya merasa dirinya yang dibicarakan. Mark pun mengangkat dagunya pelan menanyakan siapa orang itu.

" Nono" Jawab Jaemin tanpa mengeluarkan suaranya karena ia yang mendengarkan suara dari seberang.

" Hahaha, sampaikan saja sendiri... ini.." Ucap Jaemin dan langsung menyodorkan telfonnya pada Mark. Mark menghela nafasnya panjang dan mengambil ponsel itu

" Selamat malam..." Sapanya ramah

{ Ah.. malam, sa-saya tunangan Jaemin, apa tuan Atasannya Jaemin?}

" Ya, saya mendengar banyak tentang mu darinya"

{ Ahaha... begitu, saya juga mendengar banyak tentang tuan, Jaemin begitu kagum kepada tuan}

" Jadi apa yang bisa saya bantu?"

{Apa misi kali ini berbahaya? Jaemin mengatakan padaku ini adalah Red Code}

" Ya, jika kau tidak ingin dia turun dalam misi ini, aku bisa menarik mundurnya"

{ TidakTuan, aku hanya ingin menitipkannya, tolong jaga dia, sedikit aneh meminta ini padamu padahal dia tunanganku, tapi aku hanya ingin ia pulang dengan selamat, kita mungkin memang belum pernah bertemu, tapi aku tau, tuan bisa menjaganya dengan baik}

" Ya, Jangan khawatir"

{ Terimakasih banyak tuan, mungkin lain kali setelah misi ini kita bisa bertemu dan mengobrol...}

" Tentu, kalau begitu saya kembalikan pada Jaemin"

Mark mengembalikan ponsel Jaemin dan menunggu bahawannya itu menyelesaikan panggilannya.

" Aku tidak tau kau sudah bertunangan, Terakhir kali bukankah kau menangis padaku karena bertengkar dengannya?" Tanya Mark setelah Jaemin menyelesaikan panggilannya, sambil berjalan ke ruang meeting.

" Oh ahahha, iya kami bertengkar karena yah, masalah pekerjaan. Dia sibuk aku pun sibuk, kau tau kan, dia bekerja di bagian panggilan darurat dan itu sangat menyita waktunya, karena itu aku sedikit kesal padanya, kemudian minggu lalu saat aku pulang dia melamarku, katanya sih dia benar benar tulus dan serius denganku" Ucap Jaemin sambil berjalan mengikuti langkah Mark.

" hmmm..." Ucap Mark sambil mengangkat alisnya, ia tau Jaemin ini sangat pintar dalam membuat cerita

" Oh ayolah Capt, kali ini aku tidak bercanda, ini aku memiliki bukti" Ucap Jaemin sambil mengeluarkan selembar foto.

" Ada aplikasi bernama photoshop" Ucap Mark tersenyum miring.

" CAPT!" Protes Jaemin sedangkan Mark hanya terkekeh pelan. 

Lifetime Mission || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang