Mark menghela nafasnya panjang, menaruh satu buket bunga tulip di makam yang bertuliskan Na Jaemin.
" Capt, kau itu tidak sendiri, jika kau buntu dan tidak tau jalan keluar, kau bisa meminta bantuan teman, salah satunya aku"
Mark tersenyum tipis, mengingat kalimat yang selalu Jaemin ucapkan ketika dirinya bekerja. Mark terbiasa bekerja sendiri dan sangat jarang meminta bantuan kepada orang, dan semenjak berteman dengan Jaemin, Mark sering berdiskusi dengannya.
" Minhyung Hyung...."
Mark berbalik ketika mendengar suara seseorang yang memanggilnya. Mark pun menatap pria itu dengan curiga, sedangkan yang ditatap hanya tersenyum tipis.
" Kau tidak mengingatku, kita pernah berkenalan" Ucapnya sopan
Mark mengerutkan keningnya, mencoba mengingat siapa orang di depannya itu.
" Kau teman istriku, kita bertemu di kantor BIN" Ucap Mark datar sedangkan pria itu tersenyum lega.
" Renjun, jika kau lupa, dan sebenarnya itu bukanlah pertemuan kita" Ucap Renjun lagi tersenyum tipis.
Mark kembali mengerutkan keningnya, menatap Renjun lurus dan sedetik kemudian, Mark melirik sebuah foto yang ada di makam Jaemin.
~~~~~~~~~
Haechan tersentak kaget ketika Mark yang tiba tiba memeluknya yang sedang bersantai di sofa.
" Hey ada apa?" Ucap Haechan sambil mengelus pelan kepala Mark, sedangkan Mark hanya menggelengkan kepalanya dan semakin memeluk Haechan dengan kuat.
" Biarkan seperti ini sebentar" Ucap Mark dan Haechan hanya terkekeh, memperbaiki posisi duduknya, agar Mark bisa berbaring dan memeluknya dengan nyaman.
" Seharian ini kau tidak dirumah, kau kemana? Markas?" Tanya Haechan sambil memainkan rambut Mark dan Mark menggelengkan temannya.
" Hanya bertemu kenalanku..." Ucap Mark pelan masih menenggelamkan wajahnya pada perut Haechan.
Haechan hanya mengangguk sambil berdehem, masih setia memainkan rambut Mark.
" Hun..."
" Hhhm?"
" Terkait teror pada kita, dan jika terjadi teror lagi, untuk saat ini, jangan beritahu siapapun"
Haechan diam sejenak, tapi ia baru menyadari Mark yang semakin memeluknya dengan erat, kemudian suara suaminya itu yang sedikit bergetar.
" Hey ada apa? Semua baik baik saja?" Tanya Haechan dan Mark menggelengkan kepalanya.
" Apa yang ter-" Haechan menghentikan ucapannya pasalnya melihat tubuh Mark yang tersentak.
" Sayang... hey... kau kenapa... Mark..." Ucap Haechan berusaha mendudukkan tubuh Mark, tapi Mark masih mengunci tubuhnya.
" Sayang...." Panggil Haechan lagi lembut, mengusap pelan punggung Mark yang tersentak.
" Hey, kemarilah..." Ucap Haechan berusaha melepas pelukan Mark. Mark pun menurut, melepas pelukannya dari Haechan, mendudukkan dirinya dan menundukkan wajahnya.
Haechan tersenyum sendu, bahkan air matanya ikut mengalir. Ia menangkup wajah Mark, mengusap pelan air mata yang mengalir di pipi Mark.
" Kenapa hmm?" Tanyanya lagi lembut.
Mark sudah membuka mulutnya, tapi entah kenapa suaranya tidak keluar. Mark hanya bisa mengatur nafasnya, air matanya pun semakin mengalir. Mark tidak mengerti dengan dirinya, ini bukan kali pertamanya ia mendapat ancaman dan teror seperti ini. Mark bahkan pernah mengalami teror bom dan ia bisa menyelesaikannya dengan baik. Tapi kali ini, entah kenapa dirinya tidak fokus berpikir, bahkan hanya untuk mencari sedikit petunjuk Mark tidak bisa melakukannya. Setiap detiknya ia ketakutan akan Haechan yang dalam bahaya, Mark benar benar tidak berdaya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifetime Mission || Markhyuck
FanfictionMark yang dijulusi sebagai "Senjata Perang" adalah seorang anggota agen rahasia dari FBI yang sangat dingin kaku, mendapat misi seumur hidup yang sulit untuk ia mengerti dan jalani. Namun, karena misi ini, ia bisa belajar, apa itu namanya cinta, pe...