8

2.1K 247 9
                                    

Mark terdiam, entah sudah berapa lama ia menatap email yang ia dapat dari Taeyong. Jantungnya terasa sesak dan kepalanya sedikit pening.

" Sayang…. Malam ini kau mau makan apa?" 

Tanya Haechan sambil masuk ke ruang kerja Mark. 

" Sayang…? " 

Panggil Haechan lagi berdiri di depan meja kerja pria itu, tapi sepertinya Mark terlalu fokus sehingga tidak mendengarnya pasalnya matanya itu menatap lurus layar komputernya. 

" Kau membaca apa si- akh!" 

Haechan meringis kesakitan pasalnya tadi ia hendak memeluk pria itu dari belakang, tapi karena kaget Mark dengan cepat memelintir tangan Haechan. 

"Sayang ini aku!" 

" Ma-maaf…" Ucap Mark melepaskan tangannya dari Haechan sedangkan Haechan mengurut pelan lengannya. 

"Terjadi sesuatu? Kau bahkan tidak sadar aku memanggil mu" Tanya Haechan khawatir, Mark hanya menelan air ludahnya kasar dan memalingkan pandangannya. 

Haechan pun mengela nafas pelan, dan ikut menatap layar komputer Mark. 

" Anggota baru tim ACE…. Whoa… kau diminta menjadi mentor dan melatih mereka?" Tanya Haechan bangga dan Mark menganggukkan kepalanya.

" Lalu kenapa? Ah….. pelatihannya dua minggu ya… tak apa aku baik saja" Senyum Haechan sedangkan Mark masih menatap layar komputernya itu 

Haechan awalnya bingung kenapa Mark masih menatap layar komputernya. Kemudian Haechan ingat akan masa lalu Mark. Haechan tersenyum tipis dan menangkup wajah Mark dengan kedua tangannya. 

" Hey… kau tau itu siapa?"  Tanya Haechan lembut, Mark hanya diam sambil mengangkat alisnya pelan

" Kau itu anggota ACE terbaik dan semua orang sangat bergantung padamu hm? Jadi kau harus bangga dengan hal itu"

Mark menghela nafasnya panjang dan memalingkan pandangannya. Melihat itu, Haechan tersenyum tipis dan mengambil tangan Mark, meletakkan telapak tangan pria itu pada tengah dadanya sendiri.

" Kau bisa merasakan detak jantungmu?" Tanya Haechan dan Mark mengangguk, masih memalingkan pandangannya 

" Itu tandanya kau hidup… kau manusia… kau bukan senjata perang, kau bukan alat, jadi kau tidak perlu takut pada apapun, kau tak perlu takut melakukan kesalahan, karna bahkan sebuah mesin yang  benda mati sekalipun terkadang bekerja dengan tidak baik. Kita hanya manusia, kesalahan lah yang membuat kita semakin baik" 

Mark menatap Haechan lurus, tidak menunjukkan ekspresi apapun, tapi bola matanya liar menatap pria di depannya itu, nafasnya pun sedikit memburu. 

" Mungkin kau pernah membuat kesalahan dan takut melakukan kesalahan lagi, kau juga mungkin takut untuk datang kembali ke markas karena mengingatkan mu padahal yang membuat mu tidak nyaman. Aku mengerti akan semua ketakutan itu, tapi jika kau tidak melawan rasa takut itu, bukankah kau akan menjadi semakin lemah? " Tanya Haechan lembut. 

" Kesalahan yang kau buat, bukan menunjukkan kau salah,kau tidak mampu, ataupun kau lemah, tetapi itu adalah sebuah pembelajaran, pembelajaran hingga kau bisa sampai di titik ini. Semua orang pernah berbuat salah, semua orang belajar, dan kau tak perlu takut atau malu karna hal itu " Senyum Haechan mengusap pelan rambut Mark. 

" Mark… semua orang datang dan pergi, sebuah pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan, aku tau terdengar jahat, tapi begitulah hidup. Karena itu, agar kita tetap bertahan, agar kita semakin kuat, kita harus tetap maju, dan melakukan yang terbaik, mengahabiskan waktu dan menoreh memori yang indah dengan orang orang yang kita temui, hingga sebuah perpisahan itu datang." 

" Kau seorang Mayor Jenderal… banyak hal yang kau lalui, perpisahan, luka, semua beban itu, semua pengalaman itu, yang membuatmu kuat, karena itu dari semua orang yang ada di markas, mereka memintamu, karena mereka percaya padamu, dan anak anak baru itu pasti ingin mendengar bagaimana kisah mu hingga menjadi menjadi hebat seperti sekarang. " Sambung Haechan lagi

Mark masih diam, nafasnya pun semakin memburu, menatap Haechan dengan lekat. 

" Ayolaah kau harus bangga hmm? Mereka pasti belajar banyak ha-"

Haechan tidak melanjutkan ucapannya pasalnya Mark yang tiba tiba memeluknya. Nafas Mark semakin memburu saat memeluknya, kepalanya ia taruh nyaman di pundak Haechan. Mark tidak mengatakan apapun, hanya memeluk Haechan dengan kuat. 

Haechan tersenyum tipis, mengecup pelan kepala Mark kemudian mengelusnya pelan guna menenangkannya Mark.

" Aku tidak mau pergi jauh darimu…." Ucapnya lirih

" Aku akan baik baik saja sayang…." Ucap Haechan  sambil menepuk nepuk pelan pundak Mark. 

Mark melepaskan pelukannya, menatap Haechan penuh arti seolah memohon,matanya pun sedikit memerah, seolah menahan tangis dan air matanya. Melihat itu Haechan sedikit lega, ia pun mengecup kedua mata Mark bergantian. 

" Kenapa kau takut, aku akan ada selalu disini, menemani mu…." Ucap Haechan dan menunjuk tengah dada Mark. 

" Aku akan baik baik saja… hanya dua minggu… tidak terlalu lama kok" Senyum Haechan lagi sambil memeluk Mark

" Kau tidak bisa ikut dengan ku?" Tanya Mark lagi pelan

Haechan terkekeh, semakin memeluk Mark dengan kuat. Sejak mereka tinggal bersama Mark tidak pernah pergi ke markas dan mengambil misi. Mark hanya bekerja dari rumah, dan setiap kali ia pergi keluar pasti selalu bersama Haechan. Bahkan setelah kematian Johnny, jika biasanya Haechan akan pulang pergi sendiri ke kantornya, kini Mark yang mengantar jemputnya. Mark benar benar tidak pernah jauh dari Haechan.

" Jika kau bersikap menggemaskan seperi itu, aku menjadi tidak ingin membiarkanmu pergi" Ucap Haechan sambil terkekeh

"Kalau begitu aku tolak saja." Ucap Mark tegas

Haechan mendecak kesal, menengadahkan kepalanya menatap Mark dengan tatapan mengancam

" Coba saja lakukan! Kau tidak akan pernah lagi mencicipi bibir ku! " Ucap Haechan sambil memanyunkan bibirnya, kemudian sedikit menjijitkan tubuhnya, merapatkan wajahnya pada wajah Mark dan meniup pelan bibir Mark. Sedangkan Mark menelan air ludahnya kasar, jantungnya pun entah kenapa tiba tiba berdetak dengan cepat dan wajahnya tiba tiba terasa panas.

" Bagaimana?" Tanya Haechan lagi semakin merapatkan tubuhnya pada Mark 

" Ak- aku akan berangkat besok" Ucap Mark semakin memalingkan pandangannya dan Mark tidak mengerti kenapa wajahnya semakin terasa panas. 

" hehe…. Kau sudah menyiapkan barang barang mu? Mau kusiapkan?" Tanya Haechan girang 

" Tidak usah…"

" Tck… tapi aku ingin! Kau tau impian semua istri menyiapkan barang suaminya saat pergi perjalan kerja. Uwaaah akhirnya aku merasakan hal ini"  Ucapnya girang sambil menenggelamkan wajahnya pada pundak Mark, semakin memeluk Mark dengan kuat

"Lalu aku akan menunggu mu dirumah… mengirimu pesan… kita akan menelfon saat malam hingga kita tertidur… saling bertukar kabar… aaakkh aku tidak sabar ingin merasakannya" Ucapnya girang tapi saat Haechan menatap Mark, ia terdiam. Pasalnya pipi pria itu bersemu merah. Kemudian matanya bulatnya itu seperti anak anjing yang tidak ingin ditinggal oleh pemiliknya. 

" Sayang…. Kau aaaakh….…. Kenapa kau menatapku seperti itu… huaaaa ayaaah dimana kau menemukan orang semenggemaskan ini!!!" 

Teriak Haechan kesal sambil memeluk Mark dengan gemas. Kini ingin rasanya Haechan mengurung Mark dikamar dan tidak membiarkannya keluar selamanya. Sedangkan Mark hanya bisa menetralkan detak jantungnya dan masih mencari tau kenapa pipinya terasa panas serta rasa sesak di dadanya dan pening di kepalnya yang menghilang begitu saja.

Lifetime Mission || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang