25

1.5K 180 12
                                    

“ Oke Times Up!”

Ucap Jeno sambil membidik pistolnya ke arah Haechan hendak menembakkan ke arah kaki kanan Haechan agar pria itu itu tidak bisa berjalan karena kedua kakinya sudah tertembak, masih ada waktu 10 menit lagi sebelum bom itu meledak, Jeno masih punya waktu untuk menyusul teman temannya.

DOR

Jeno membalikkan badannya, beruntung ia memiliki kepekaan yang tinggi sehingga ia berhasil menghindari peluru yang hampir saja melesat tepat ke tengah kepalanya. 

“ Tck…tidak ku sangka kau menemukan ku” Ucap Jeno menatap Mark yang tengah menodongkan pistolnya dengan tatapan membunuh. 

“ Haechan!” Pekik Mark panik melihat Haechan yang tengah meringkuk di lantai, Jeno pun menggunakan kesempatan itu untuk kabur. 

“ Sayang… kejar Jeno…” Ucap Haechan sambil berusaha berdiri sedangkan Mark menggelengkan kepalanya sambil menapah Haechan. 

“ Ku mohon… dia.. anggota Black Tiger….” Mark menghentikan langkahnya, menatap Haechan penuh arti. 

“ Ini tidak ada hubungannya dengan Jaemin, akh… banyak yang harus ku ceritakan padamu, tapi tangkap dulu pria itu ku mohon…” Ucap Haechan sambil menahan sakitnya. 

Mark masih diam, matanya berkaca kaca, Haechan tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya, sedikit mendorong tubuh Mark menjauh dari tubuhnya. 

Cup..

Haechan mengecup pelan bibir Mark dan mengelus pelan kepala pria itu. 

“ Pergi lah….” 

Mark hanya bisa menatap Haechan sendu, menelan air ludahnya kasar dan langsung berlari mengejar Jeno. 

Haechan menghela nafasnya panjang, menatap jam tangannya, tersia 9 menit lagi sebelum gedung ini meledak. Dengan mengumpulkan tenaganya, Haechan berjalan secepat yang ia bisa, mengabaikan rasa sakitnya. 

Aku harus selamat….. 

Ucap Haechan dalam hati sambil terus melangkahkan kakinya dengan air mata yang berderai. 

.

.

.

.

Haechan berjalan tertatih,tubuhnya ia rapatkan pada dinding, menuruni anak tangga perlahan. 

" Aku tidak kuat…."

Tangis Haechan sambil mengigit bibir bawahnya, rasanya benar benar sakit saat kakinya dibawa untuk melangkah. Tapi Haechan tidak boleh berhenti, masih lima lantai lagi yang harus ia turuni dan sekarang hanya tersisa waktu 4 menit. 

Bruk

" Arrghhh!"

Haechan berteriak kesakitan tubuhnya terjatuh dan kini kakinya mati rasanya.

" Tidak… kumohon…"

Tangis Haechan menggelengkan kepalanya ribut berusaha membuat tubuhnya untuk berdiri, tapi semuanya percuma, ia tidak bisa merasakan kakinya. 

Air mata Haechan mengalir dengan deras, masih berusaha menyeret tubuhnya untuk menuruni anak tangga, tapi ia tau usahanya sia sia.

Maafkan aku Mark…… 

.

.

.

.

Mark terus membidikkan pistolnya ke arah Jeno yang berjarak beberapa gedung darinya. Tapi semua tembakan itu berhasil dihindari oleh Jeno. Mark awalnya sedikit bingung, kenapa Jeno hanya berpindah dari atap ke atap, bukannya turun ke bawah. Ternyata Mark bisa melihat sebuah helikopter yang sudah menunggu Jeno, Mark hanya perlu melumpuhkan Jeno sebelum ia sempat naik ke helikopter itu. 

“ Akh!”

Jeno tersungkur, sebuah peluru mengenai kakinya, padahal hanya satu kali lompatan lagi hingga ia sampai ke gedung di depannya, naik ke helikopter dan kabur dari sana. 

“ Sial…” Kesan Jeno karena Mark yang semakin mendekatinya. Sambil sedikit mengerang, Jeno memaksakan tubuhnya untuk berdiri, melompat untuk sampai di tempat temannya menunggu. 

“ Hey sialan! Bantu aku!” Teriak Jeno dan tidak lama setelah itu salah seorang sniper yang ada di helikopter itu membidikkan senjatanya pada Mark. 

“ Tck…” Mark mendecak kesal, berlindung dibalik dinding, beruntung ia bisa menghindari peluru itu jika tidak tamat sudah riwayatnya. 

Menggunakan kesempatan itu, Jeno berlari sedikit tertatih menghampiri teman temannya. Melihat Jeno yang sudah hampir sampai menggapai temannya dan helikopter itu yang mulai lepas landas. Mark pun berusaha mengejar Jeno, menggunakan sebuah kursi bekas sebagai tamengnya. 

Ketika Mark hampir sampai menggapai helikopter itu, tepat ketika ia baru saja ingin melompat, sebuah bunyi ledakan keras menghentikan langkahnya. Mark membalikkan badannya, ia dapat melihat bangunan dimana Haechan disekap kini sudah hancur karena ledakan itu. 

“ Haechan!” 

Pekik Mark mengubah arah langkahnya, kembali berlari menuju gedung itu, tapi ia kembali berhenti, ketika suara baling helikopter mengganggu fokusnya, menatap helikopter itu yang mulai menjauh. 

“  See Ya Capt!” Ucap Jeno mengedipkan matanya, memberikan gerakan hormat, setelah itu menembakkan pelurunya tepat mengenai perut Mark. 

.

.

.

.

Mark melangkahkan kakinya pelan. Air matanya sudah mengalir dengan deras, mengikuti arah gps di ponselnya, mengarahkannya pada lokasi Haechan yang membawanya semakin dekat dengan puing puing bangunan. 

Mark sudah membuka mulutnya, ingin berteriak dan memanggil nama istrinya itu, tapi kerongkongannya seolah tercekik, lidahnya begitu kelu, bahkan suara tangisannya pun tidak bisa ia keluarkan. 

Bruk 

Mark terjatuh, darah terus mengucur dari perut kanannya, ia bahkan tidak bisa lagi merasakan sakit di tubuhnya itu. Ketika Mark berusaha berdiri, masih berharap pada keberuntungan dan mukjizat bahwa Haechan akan baik baik saja., ia melihat sebuah cincin yang sangat ia kenal. Sebuah cincin yang seharusnya tampak begitu cantik dan berkilau di jari manis istrinya. Mark sedikit merangkak meraih cincin itu, menggenggamnya dengan kuat. Nafasnya terisak. Mark menggelengkan kepalanya ribut, kembali mencoba meneriaki nama Haechan, tapi dadanya begitu sesak bahkan hanya memanggil nama Haechan. 

" Aaaaaaarrrrghhhhh"

Pada akhirnya hanya satu teriakan yang bisa Mark keluarkan. Mark menenggelamkan wajahnya pada tanah. Tubuhnya tersentak sentak, tangannya menggenggam cincin itu dengan kuat. 

Haechan-ah maafkan aku…..

Tangis Mark dalam hati, berteriak dalam diam dan perlahan kesadarannya mulai menghilang.

Lifetime Mission || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang