Mark menghela nafasnya panjang sambil mengemasi barang barangnya, entah kenapa ia sekarang menjadi sedikit tidak rela untuk pergi.
" Hey ada apa?" Tanya Haechan lembut pasalnya Mark yang termenung kala merapikan barang barangnya. Mark menggelengkan kepalanya dan kembali memasukkan baju bajunya ke dalam koper.
" Kau tidak ingin pulang?" Tanya Haechan lagi dan Mark hanya bisa menghela nafasnya panjang.
Haechan tersenyum tipis, menangkup wajahnya Mark dan Mark dengan cepat memalingkan pandangannya.
" Mau berbohong padaku?" Ucap Haechan mengangkat alisnya dan Mark kembali menghela nafasnya panjang.
" Kau tadi terlihat senang saat mereka bersorak untukmu, Kau juga menjawab pertanyaan mereka dengan sungguh sungguh, kau bahkan beberapa kali menatap mereka dengan tulus, seolah mengatakan kau benar benar bangga pada mereka... kau rindu dengan semua moment itu kan?" Tanya Haechan lembut dan Mark menganggukkan kepalanya
Semenjak kejadian itu Mark tidak pernah lagi ingin tergabung dalam tim, walaupun saat ini ia anggota tim ACE, tapi dalam lapangan Mark akan bekerja sendiri, bahkan menyelesaikan dan hanya mengambil misi individu. Ia hanya mau bekerja di bawah Johnny, selain itu Mark tidak pernah mau ikut tergabung dalam misi tim atau membantu tim yang lain. Mark hanya tidak ingin melakukan kesalahan yang sama.
" percaya padaku, kau akan baik baik saja.... " ucap Haechan sambil mengelus pelan kepala Mark.
" Bisa kau menemani ku ke suatu tempat?" Tanya Mark pelan dan Haechan menganggukkan kepalanya.
~~~~~~~~~
Na Jaemin
Renjun tidak pernah menyebutkan akan siapa nama sahabat Mark itu, dan kini Haechan baru mengetahuinya. Haechan menutup matanya, merapatkan kedua tangannya dan membacakan beberapa doa, kemudian menaruh satu buket bunga tulip yang sempat ia beli tadi bersama dengan Mark. Mark mengatakan itu adalah bunga favorite Jaemin, dan Jaemin pernah bercerita padanya, jika suatu saat nanti dia gugur, tolong bawakan bunga tulip yang banyak saat mengunjunginya.
" Dia seumuran dengan mu.... Dan dia selalu mengikuti ku dulu di akademi" Mark membuka cerita dan Haechan tersenyum tipis, ikut duduk bersama Mark di sebuah kursi taman yang tidak jauh dari rumah duka itu. Mark pun bercerita pada Haechan, akan siapa Jaemin dalam hidupnya dan bagaimana Jaemin kehilangan nyawanya saat itu karena dirinya.
" Menurut ku kau tidak melakukan kesalahan....." Ucap Haechan pelan tersenyum teduh menatap Mark.
" Eung.... Kau sendiri yang bilang ragu dengan keputusanmu kan? Tapi saat itu hanya kau dan Jaemin yang bisa melakukannya, Dan semuanya ternyata sesuai dengan prediksimu, kalian harus mengorbankan satu orang. Menurutmu kenapa Jaemin memilin untuk mengorbankan dirinya?"
" Karna itu perintah dari ku?" Tanya Mark pasrah
" Tidak... karena dia percaya padamu, dia percaya kau bisa memimpin dan menyelesaikan misi itu hingga selesai, dia percaya kau bisa membawa anggota tim mu pulang dengan selamat, karena itu dia tidak ingin kau yang dikorbankan, karena jika kau yang dikorbankan, mungkin saja semua anggota tim mu ikut gugur bersamamu saat itu" Senyum Haechan lagi mengelus pelan kepala Mark.
" Tapi tetap saja... aku tidak bisa melindungi semua tim ku..."
Haechan terkekeh pelan, mengambil kedua tangan Mark.
" Kau lihat ada berapa tangan mu ini? 2 kan?" Tanya Haechan dan Mark menganggukkan kepalanya.
" Bayangkan di sebelah kanan kau memegang ponselmu, di sebelah kiri kau memegang vas bunga, lalu tiba tiba saja kau didorong dan kau harus melepaskan salah satu barang ini untuk berpegangan agar tidak jauh ke dalam jurang." Mark masih diam, menatap Haechan sedikit bingung, mencoba memaknai apa yang ingin Haechan ucapkan
" Begitu juga dengan hidupmu, kau tidak bisa memegang semua orang dalam genggamanmu, ada kalanya kau harus melepasnya. Menurut ku, seorang pemimpin yang bijak adalah orang yang bisa mengorbankan sesuatu untuk hal yang lebih besar, terdengar sedikit jahat, tapi begitulah hidup, harus memilih, ingin menyelamatkan satu orang, atau mengorbankan satu orang." Senyum Haechan dan Mark hanya bisa menghela nafasnya panjang
" Kau tau, aku pernah hidup dalam penyesalan sepertimu...." Ucap Haechan tersenyum tipis saat Mark menatapnya penuh arti.
" Saat itu aku masih kecil, papiku juga seorang agent sama seperti ayah... hingga saat itu papi ku gugur dalam sebuah misi, saat itu aku tidak terima, kenapa harus papiku yang pergi aku pun selalu mengutuk pekerjaan ayahku, mengatakan ayahku gagal melindungi papiku, tapi ternyata setelah aku sedikit membuka hati dan beranjak remaja, membaca ulang kembali misi yang dijalankan oleh papiku, karena pengorbanannya, ia berhasil menyelamatkan dokumen penting negara yang bisa saja mencetus perang besar jika berada di tangan yang salah" Cerita Haechan panjang lebar
" Bisa kau bayangkan, jika papiku bersikap egois, jika papi ku memilih untuk menyelamatkan dirinya dari pada dokumen itu? Perang itu akan terjadi, dan mungkin saja kita tidak akan bertemu, bahkan duduk disini, menatap lagit biru, jadi kau tidak perlu merasa bersalah dan menyesali apa yang kau lakukan" Ucap Haechan mengelus kepala Mark
" Karena Jaemin pun pasti memiliki alasan kenapa dia memilih mengorbankan dirinya, hmm?" Sambungnya lagi dan tersenyum lembut, melihat Mark yang menghela nafasnya panjang.
" Aku yakin, Jaemin pasti tersenyum sekarang diatas sana, dia pasti bagga padamu menjadi sehebat ini serakarang, karena itu, kau harus terus maju dan menjadi kuat, agar tidak mengecewakan dia diatas sana" Ucap Haechan sambil menatap langit.
" Terimakasih..... Karena dirimu, aku baru memberanikan diri untuk mengunjunginya" Ucap Mark sambil memeluk Haechan dengan kuat.
" Hehehe.. Aku senang mendengarnya.... Kita akan mengunjunginya lebih sering setelah ini, okay?" Ucap Haechan dan Mark menganggukkan kepalanya.
" Jadi kau akan kembali mengajar di markas kan? Kau akan kembali mengambil misi?" Tanya Haechan melepaskan pelukannya dan Mark menganggukkan kepalanya gugup
" Janji?" Tanya Haechan dan Mark menganggukkan kepalanya.
" Jaemin-ah... kau dengar itu? Dia berjanji pada kita untuk kembali ke markas dan tidak hidup dalam penyesalan!" Teriak Haechan entah pada saiapa sambil menatap langit.
" Kau sudah berjanji pada Jaemin, jadi awas saja kau mengingkarinya, jika tidak aku akan memintanya untuk menggentayangi mu" Ucap Haechan sambil memangku tangannya di dada
Mark yang menatap Haechan sedikit tertegun, ia pun mengelus kepala Haechan dan tersenyum tipis.
" Terimakasih...." Senyumnya
" Bisakah kau melakukan ini setiap hari? Tidak tidak setiap detik saja, kau sangat menggamaskan saat tersenyum.... Huaaaa aku harus melakukan apa agar kau tersenyum? Aku rela bertingkah konyol seharian jika itu membuat mu tersenyum..." Ucap Haechan sambil menangkup wajah Mark dan memainkan pipinya gemas.
" Hu-hun...kau menyakiti pipiku..."
" Tapi kau sangat menggemaskan saat tersenyuuuum aku tidak tahaaan!" Gemas Haechan sambil membawa Mark kedalam pelukannya dan Mark hanya bisa tersenyum malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lifetime Mission || Markhyuck
FanfictionMark yang dijulusi sebagai "Senjata Perang" adalah seorang anggota agen rahasia dari FBI yang sangat dingin kaku, mendapat misi seumur hidup yang sulit untuk ia mengerti dan jalani. Namun, karena misi ini, ia bisa belajar, apa itu namanya cinta, pe...